Chapter 2: Ketertarikan yang Semakin Dalam
Ryan Memperjuangkan Perhatiannya
Ryan Santoso semakin sering berkunjung ke toko, terkadang tanpa alasan yang jelas. Setiap kali ia datang, dia selalu mencari Lia dengan matanya terlebih dahulu, memastikan bahwa gadis itu ada di sana, tersenyum sambil melayani pelanggan. Lia menjadi semacam pelarian bagi Ryan---seorang yang bisa membuatnya melupakan rutinitas keras sebagai pengusaha, meskipun hanya sesaat. Setiap kali ia datang ke toko, perasaannya semakin dalam. Lia bukan sekadar gadis pekerja biasa. Ia memiliki ketulusan yang jarang ditemui Ryan dalam kehidupan sosialita yang biasanya ia jalani.
Ryan mulai melakukan hal-hal kecil yang lebih personal. Ia menyempatkan diri menanyakan kabar Lia setelah setiap kunjungannya. Kadang-kadang, ia mengirim pesan terima kasih singkat ke nomor toko setelah ia membeli sesuatu, dengan pesan tambahan seperti, "Terima kasih sudah merekomendasikan baju ini, Lia. Kamu selalu punya selera yang bagus." Meski pesannya terlihat profesional, setiap kata dipilih dengan hati-hati oleh Ryan. Ia ingin Lia tahu bahwa dia memperhatikannya, namun tetap berhati-hati agar tidak terlihat terlalu mencolok.
Lia, di sisi lain, merasa bahwa pelanggan ini sedikit berbeda dari yang lain. Ia sering berterima kasih setelah berbelanja, dan caranya berbicara sangat ramah, seolah-olah ia mengenal Lia lebih lama dari sekadar hubungan karyawan-pelanggan. Namun, karena kesibukannya bekerja dan tanggung jawabnya terhadap adik laki-lakinya di rumah, Lia tidak terlalu memikirkan hal itu. Baginya, Ryan hanyalah pelanggan yang sering datang dan kebetulan sangat baik.
Tapi, meski berusaha bersikap profesional, Lia tidak bisa menolak perasaan aneh yang sering muncul saat Ryan ada di sekitarnya. Ada sesuatu dalam sorot mata Ryan yang membuatnya merasa nyaman, dan setiap kali Ryan berbicara, suaranya memiliki nada yang lebih lembut daripada pelanggan lainnya. Lia tidak bisa memungkiri bahwa Ryan adalah pria yang menarik---tampan, berpenampilan baik, dan memiliki kepribadian yang mudah disukai. Namun, ia berusaha menahan dirinya. Bagaimanapun, Ryan hanyalah pelanggan, dan Lia tidak ingin terlibat dalam sesuatu yang berpotensi mengganggu pekerjaannya.
Sementara itu, perasaan Ryan terhadap Lia semakin berkembang. Ia mulai sadar bahwa perasaannya terhadap Lia bukan hanya sekadar ketertarikan fisik. Lia adalah sosok yang sederhana, tetapi penuh semangat. Ia memperlakukan semua orang dengan baik, tidak peduli siapa mereka. Ada ketulusan yang terpancar dari setiap tindakan Lia---sesuatu yang membuat Ryan semakin terpikat. Tapi, dengan perasaan ini juga muncul kekhawatiran. Ryan mulai merasa tertekan oleh kebohongannya sendiri. Sejauh ini, ia masih belum mengungkapkan identitasnya sebagai pemilik toko, dan itu terus menghantuinya.
Ryan sering memikirkan bagaimana jika Lia mengetahui siapa dia sebenarnya. Apakah Lia akan melihatnya dengan cara yang berbeda? Apakah hubungan mereka akan berubah? Kekhawatiran ini semakin menyiksanya, tetapi Ryan belum menemukan keberanian untuk mengakui semuanya. Setiap kali ia berencana untuk memberitahu Lia, ada perasaan takut bahwa Lia akan menjauh.
Di balik layar, desas-desus mulai beredar di kalangan staf manajemen toko. Beberapa staf senior mulai memperhatikan bahwa Ryan sering menghabiskan waktu di toko tersebut, lebih sering dari yang biasanya. Mereka juga memperhatikan bahwa Ryan tampaknya memiliki ketertarikan khusus pada Lia, seorang karyawan baru yang tidak terlalu menonjol. Desas-desus ini membuat beberapa staf manajemen merasa tidak nyaman. Mereka khawatir bahwa hubungan pribadi antara pemilik dan karyawan dapat merusak citra perusahaan, terutama jika berita ini bocor ke media.
Di antara mereka yang merasa tidak senang adalah Michelle, salah satu staf senior di perusahaan Ryan. Michelle sudah bekerja dengan Ryan selama bertahun-tahun dan diam-diam menaruh hati pada pria muda tersebut. Ia adalah wanita yang ambisius, cerdas, dan berpengaruh dalam manajemen perusahaan. Selama ini, Michelle berharap bahwa kedekatannya dengan Ryan sebagai rekan kerja akan berlanjut menjadi sesuatu yang lebih. Namun, harapannya mulai hancur ketika ia menyadari bahwa Ryan tertarik pada Lia, seorang karyawan baru yang tidak memiliki apa-apa untuk ditawarkan selain wajah cantiknya dan sikap cerianya.
Cemburu, Michelle mulai merencanakan cara untuk menjauhkan Lia dari Ryan. Sebagai staf senior, Michelle memiliki akses ke banyak hal di dalam perusahaan, termasuk kinerja para karyawan. Ia mulai mencari celah untuk menjatuhkan Lia, dan ketika tidak menemukan kesalahan yang cukup berarti, Michelle memutuskan untuk menciptakan masalah itu sendiri.
Suatu hari, ketika Lia sedang sibuk bekerja di toko, Michelle memerintahkannya untuk menangani sejumlah dokumen administrasi penting---sesuatu yang biasanya tidak ditugaskan pada karyawan junior. Lia, yang belum pernah menangani tugas sebesar ini sebelumnya, merasa tertekan tetapi tidak ingin mengecewakan atasannya. Ia mencoba yang terbaik untuk menyelesaikan tugas itu, tetapi Michelle dengan sengaja memberikan instruksi yang membingungkan dan tidak lengkap, membuat Lia melakukan kesalahan dalam laporan akhir.
Beberapa hari kemudian, Lia dipanggil oleh manajemen. Mereka memberitahukan bahwa ada kesalahan serius dalam laporan administrasi yang dia tangani. Lia kaget. Ia tidak tahu apa yang salah, tetapi ia merasa bersalah. Manajemen memberi tahu Lia bahwa kesalahan ini bisa berakibat fatal bagi pekerjaannya jika tidak segera diperbaiki. Lia, yang sudah berjuang keras untuk mempertahankan pekerjaan ini demi adiknya, merasa sangat tertekan.
Di balik layar, Michelle tersenyum puas. Ia tahu bahwa Lia akan kesulitan membela diri, dan jika Lia akhirnya dipecat, Ryan tidak akan lagi memiliki alasan untuk sering datang ke toko. Michelle berharap bahwa setelah Lia pergi, Ryan akan kembali memusatkan perhatiannya padanya, seperti dulu.
Namun, Ryan mulai merasakan ada yang tidak beres. Pada kunjungan berikutnya, dia melihat Lia tampak lebih murung dari biasanya. Gadis yang biasanya ceria itu tampak tegang dan tertekan, dan Ryan tidak bisa menahan diri untuk tidak menanyakannya.
"Kamu baik-baik saja, Lia? Kamu terlihat sedikit... berbeda hari ini," Ryan bertanya dengan nada penuh perhatian.
Lia mencoba tersenyum, tetapi jelas bahwa ia sedang terbebani. "Tidak apa-apa, hanya ada masalah pekerjaan. Aku... mungkin membuat kesalahan besar dalam laporan, dan sekarang aku khawatir akan berdampak buruk pada pekerjaanku."
Ryan terkejut mendengarnya. Lia, yang selama ini dia lihat sebagai karyawan yang teliti dan bekerja keras, tidak mungkin melakukan kesalahan yang fatal tanpa alasan. Sesuatu di dalam hatinya mengatakan bahwa ada yang tidak beres. Ryan memutuskan untuk menyelidiki lebih jauh tanpa sepengetahuan Lia. Dia ingin memastikan bahwa Lia diperlakukan dengan adil, dan jika ada yang mencoba menjatuhkannya, Ryan akan memastikan bahwa mereka dihukum.
Sementara itu, Lia semakin merasa tertekan. Ia tidak tahu bahwa ada intrik di balik masalah yang ia hadapi. Yang ia tahu, jika kesalahan ini tidak segera diperbaiki, ia mungkin kehilangan pekerjaannya---satu-satunya sumber pendapatan yang ia andalkan untuk menghidupi adiknya. Lia mulai meragukan masa depannya di toko tersebut, tanpa mengetahui bahwa Ryan diam-diam memperjuangkan keadilan untuknya.
Di tengah kebingungan dan kekhawatirannya, Lia tidak pernah menyadari bahwa seseorang, seseorang yang diam-diam mencintainya, sedang berusaha keras untuk menyelamatkannya dari konspirasi yang bisa menghancurkan hidupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H