Mohon tunggu...
Aline Lintang
Aline Lintang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemilik

Hallo ! Aku Lintang, seorang pengusaha, pecinta fashion dan kuliner. Lagi sibuk banget nih mengurus Beanshop, tempat di mana kamu bisa belanja baju kece sambil ngopi santai. Aku percaya kalau hidup itu harus dinikmati, jadi aku bikin tempat ini biar kamu bisa nemuin semuanya di satu tempat. Yuk, mampir dan rasain vibe-nya sendiri!

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Rahasia di Balik Warung Bu Sari

29 September 2024   19:48 Diperbarui: 29 September 2024   19:57 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ritual persembahan ini tidak main-main. Bu Sari harus memberikan "sesuatu" yang sangat berharga setiap bulan. Awalnya, dia hanya menggunakan daging hewan untuk mempersembahkan pada jinnya, tetapi setelah beberapa waktu, jin itu mulai meminta lebih. Banyak hewan di sekitar desa hilang tanpa jejak. Dan yang lebih mengerikan, beberapa anak-anak juga dilaporkan hilang tanpa ada petunjuk.

Cerita ini membuat bulu kudukku merinding. Aku mulai teringat tentang bisikan-bisikan yang kudengar setelah makan di warung itu. Apakah aku juga telah terikat dengan pesugihan Bu Sari?

Aku memutuskan untuk tidak pernah kembali lagi ke warung itu. Tapi entah bagaimana, setiap kali aku berusaha menjauh, aku selalu merasa ingin kembali. Bahkan dalam mimpiku, aku melihat Bu Sari, tersenyum dan memintaku untuk kembali. Mimpi itu terasa sangat nyata, dan setiap kali aku bangun, aku merasa tubuhku semakin lemah.

Suatu malam, aku tidak tahan lagi. Aku memutuskan untuk menyelinap ke warung Bu Sari setelah tutup. Aku harus melihat sendiri apa yang terjadi di sana. Dengan hati-hati, aku mendekati warung itu, menyembunyikan diri di balik pohon besar di seberangnya. Dari kejauhan, aku melihat Bu Sari keluar dari pintu belakang dengan membawa sesuatu yang besar terbungkus kain hitam. Dia berjalan menuju sebuah bangunan kecil di belakang warungnya---sebuah gudang tua yang selalu terkunci.

Dengan rasa ingin tahu yang besar, aku menunggu sampai Bu Sari masuk ke dalam gudang. Setelah beberapa saat, aku mendekat dan mencoba mengintip melalui celah kecil di pintu. Apa yang kulihat di dalam sana membuat darahku membeku. Di tengah ruangan, ada sebuah meja kayu besar dengan sesajen di atasnya: kepala kambing, darah, dan... rambut manusia.

Di sisi lain ruangan, ada sebuah kandang besi. Di dalamnya, seorang anak kecil duduk dengan mata kosong, tubuhnya kurus kering. Aku nyaris berteriak, tapi aku menahan diriku. Aku tahu, jika Bu Sari tahu aku di sini, aku tak akan pernah keluar hidup-hidup.

Aku lari sekuat tenaga malam itu, berusaha menjauh dari desa dan warung terkutuk itu. Tapi sesuatu tetap mengejarku, sesuatu yang tak terlihat. Di sepanjang jalan, aku merasakan bisikan-bisikan itu semakin keras, memanggilku kembali. Ketika akhirnya aku tiba di rumah, aku merasa aman untuk sesaat.

Namun, keesokan harinya, tubuhku semakin lemah. Aku tak bisa makan, tak bisa tidur. Bayangan anak kecil di dalam kandang terus menghantuiku. Dalam keputusasaan, aku menghubungi Pak Arif dan menceritakan semuanya. Dia terkejut, tetapi juga ketakutan.

"Bu Sari telah melampaui batas. Jin penglarisnya tidak hanya mengikat pelanggan, tapi juga menggunakan nyawa manusia sebagai persembahan," katanya. "Kamu harus pergi dari sini, atau nyawamu akan terancam."

Aku mendengar nasihatnya dan segera meninggalkan kota, pergi sejauh mungkin dari warung Bu Sari. Tapi aku merasa, meskipun aku telah pergi, sebagian dari diriku masih terikat di sana. Setiap malam, aku bermimpi melihat Bu Sari berdiri di depan pintu rumahku, memintaku kembali.

Dan aku tahu, cepat atau lambat, aku harus kembali ke sana. Bukan karena aku ingin, tapi karena aku tidak punya pilihan lain. Sebab, pesugihan Bu Sari telah mengikatku, dan seperti pelanggan lain yang terjerat, aku tak akan pernah bisa benar-benar bebas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun