Mohon tunggu...
alineaurora
alineaurora Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswi yang memiliki banyak hobi dan cita cita tapi banyak hal belum tercapai karena terlalu banyak yang ingin dicapai

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dampak Proses Pembelajaran yang Monoton

13 Januari 2025   20:21 Diperbarui: 13 Januari 2025   20:21 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dampak Proses Pembelajaran yang Monoton

Pendidikan merupakan sebuah hal yang penting bagi sebuah negara, bahkan kemajuan sebuah negara dilihat melalui kualitas pendidikan negara tersebut (Kurniawati, 2022). Pendidikan bertujuan membentuk manusia yang memiliki kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Pendidikan bukan hanya sekedar memasukkan informasi ke dalam otak, tetapi juga membantu mereka untuk memahami dan mengapliksikan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (John Dewey, 1916). Namun, dalam penerapannya terdapat beberapa masalah yang menyebabkan kualitas pendidikan menjadi rendah dan salah satu penyebabnya adalah pembelajaran yang monoton (Kurniawati, 2022).

Pembelajaran monoton merupakan aktivitas pembelajaran yang dilakukan berulang kali dengan metode dan gaya pembelajaran yang sama tanpa adanya inovasi atau perbedaan dalam setiap pembelajarannya. Menurut Sudjana (2005) pembelajaran monoton sering kali terjadi ketika guru bergantung pada metode ceramah atau pengajaran satu arah. Hal ini menyebabkan siswa tidak aktif dan menghambat perkembangan keterampilan berpikir kritis mereka. Tidak adanya interaksi antara guru dan siswa menjadikan kegiatan pembelajaran menjadi membosankan. 

Pembelajaran yang membosankan mengganggu kegiatan belajar itu sendiri, misalnya siswa justru mengobrol dengan teman sebangku dan membicarakan hal menarik bagi dirinya, sehingga tidak tertarik pada pelajaran yang dijelaskan oleh guru. Selain itu, yang mungkin terjadi adalah ketika guru memberikan tugas dan siswa tidak akan memahami cara mengerjakannya (Nadika, 2018). Hal ini dapat menurunkan kualitas siswa karena pembelajaran yang monoton, membuat siswa tidak dapat berkembang dan hanya sampai pada level yang sama setiap pertemuannya.

Menurut Tika Nurti Sartika Sari (2021), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengajaran monoton.

  • Guru cenderung menggunakan metode pengajaran tradisional seperti metode cermah atau penugasan tanpa variasi. Hal ini membuat pembelajaran kurang menarik dan siswa menjadi pasif.
  • Kurangnya pelatihan dan rendahnya kreativitas guru dalam merancang pembelajaran yang inovatif juga menjadi penyebab pembelajaran monoton.
  • Kurangnya ketersediaan media atau sumber belajar yang menarik membuat proses pembelajaran tidak dapat berkembang.
  • Kurangnya motivasi menjadikan siswa merasa bosan dan malas.
  • Perbedaan kondisi dan karakteristik siswa membuat guru harus mengenali setiap kondisi siswanya.
  • Fokus pada menyelesaikan kurikulum dalam waktu tertentu dapat menyebabkan guru mngesampingkan inovasi dan hanya berfokus pada transfer materi secara cepat.

Selain itu, dengan berkembangnya teknologi secara pesat, menyebabkan guru dituntut untuk beradaptasi dengan pendekatan baru. Guru yang tidak atau kurang mendapatkan pelatihan rutin tentang metode pembelajaran modern sering kali merasa kesulitan. Pada akhirnya, mereka tetap mempertahankan metode pembelajaran ceramah karena sudah terbiasa dan tidak membutuhkan perubahan besar dalam persiapan. Guru memerlukan pelatihan professional yang berkelanjutan untuk  memperbarui keterampilan mereka, tetapi banyak yang tidak mendapatkan akses ke program ini (Rusman, 2013).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran monoton seperti penggunaan metode ceramah, kurangnya pelatihan guru, keterbatasan media pembelajaran, dan fokus pada penyelesaian kurikulum, secara langsung menimbulkan beberapa dampak negatif terhadap guru, siswa, dan juga prestasi pada siswa. 

Menurut Hamalik (2004), dampak negatif dari metode pengajaran monoton pada guru dapat mencakup beberapa hal, yaitu:

  • Menurunnya kreativitas mengajar. Guru yang selalu menggunakan metode monoton seperti ceramah, akan kehilangan kreativitas dalam mengajar. Ketika guru tidak mencoba metode baru, tidak akan adanya sebuah inovasi dalam pengajaran.
  • Kejenuhan dalam mengajar. Metode yang tidak bervariasi akan menimbukan rasa jenuh dan perlahan kehilangan motivasi dalam bertugas.
  • Stres dan tekanan kerja. Guru akan merasa stres dan tertekan saat mereka harus mempersiapkan media dan perencaan pembelajaran yang sama terus menerus.
  • Menurunnya interaksi dengan siswa. Penggunaan metode ceamah dalam pembelajaran,secara tidak langsung menghambat siswa untuk menjadi aktif. Ketidakaktifan tersebut dapat mengurangi interaksi siswa dan guru.

Selain guru, siswa juga terkena dampak negatif dalam pembelajaran monoton ini. Seperti hilangnya motivasi siswa dan dapat memicu emosi negatif. Menurut Rizki Ananda Syahfitri, et. al. (2022), dampak negatif tersebut antara lain:

  • Kejenuhan belajar. Metode pengajaran yang dikenalkan secara terus menerus tanpa adanya inovasi, membuat siswa mulai jenuh dalam belajar.
  • Kurangnya minat. Siswa yang mulai kehilangan minat karena metode pembelajaran monoton, dapat berpengaruh pada motivasi belajar siswa dan kinerja akademik yang menurun.
  • Prestasi rendah. Kehilangan motivasi dan minat belajar siswa dapat mempengaruhi bgaimana prestasi siswa tersebut. Siswa kan mengalami kesulitan belajar dan sulit mencapai hasil akademik yang diinginkan.
  • Emosi negatif. Emosi negatif siswa dapat muncul ketika mereka mulai bosan dan jenuh. Siswa akan merasa lebih sensitif dan cepat lelah.

Hilangnya motivasi dan minat belajar siswa sebagai hasil pembelajaran monoton, sangat berpengaruh  pada prestasi siswa. Menurut Slavin (2006), dampak negatif dari pembelajaran yang monoton terhadap prestasi siswa adalah:

  • Prestasi akademik yang menurun. Pembelajaran yang masih berfokus pada metode ceramah, mengurangi kemampuan siswa dalam berpikir kreatif dan kritis. Sehingga pemahaman sisw terhadap materi tidak bisa berkembang dan berpengaruh pada penurunan hasil belajar siswa.
  • Ketidakmampuan menguasai keterampilan yang lebih tinggi. Metode monoton seringkali tidak melibatkan siswa untuk menjadi lebih aktif saat di kelas. Dengan membatasi kemampuan siswa, hal ini tidak menjadikan siswa berpikir kritis dan pemahaman yang lebih mendalam.

Gaya mengajar yang monoton dapat berdampak negatif terhadap guru, siswa, dan juga prestasi siswa. Hal ini menjadi urgensi penting yang harus segera ditangani. Dengan melibatkan siswa pada aktivitas di kelas seperti tanya jawab juga dapat menjadikan siswa lebih aktif. Selain itu, dengan memanfaatkan penggunaan teknologi sebagai media pembelajaran dan adanya inovasi yang variatif dapat mengurangi pembelajaran yang monoton. Beberapa jenis variatif  yang dapat dilakukan oleh guru yaitu:

  • Variasi dalam gaya mengajar, seperti variasi suara, gerak dan mimik, posisi guru, pemusatan perhatian, dll.
  • Variasi dalam penggunaan media. Guru harus memiliki kemampuan dalam mengenal dan memilih media.
  • Variasi penggunaan metode yang disesuaikan dengan karakteristik siswa.
  • Variasi dalam pola interaksi, seperti penggunaan pola interaksi multi rah antara guru dan siswa.

Selain itu, menurut Juliawati (2017), terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah pembelajaran monoton, yaitu:

  • Menggunakan variasi metode pembelajaran. Dengan adanya variasi dalam metode pembelajaran yang dikombinasikan dengan metode ceramah seperti diskusi, tugas kelompok, dan permainan edukatif, dapat meningkatkan keaktifan siswa.
  • Memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Pemanfaatan teknologi seperti penggunaan aplikasi digital dapat meningkatkan daya tarik belajar siswa.
  • Meningkatkan partsipasi siswa. Memberikan kesempatan siswa dalam berpartisipasi atau aktif saat kegiatan belajar dan mengajar, mengurangi siswa dalam perasaan jenuh dan bosan.
  • Pelatihan dan pengembangan professional guru. Dengan memperkenalkan guru dengan berbagai metode pembelajaran dan dengan adanya pelatihan rutin akan membantu guru menghindari kebiasaan mengajar secara monoton.
  • Menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan siswa. Mengenali karakteristik dan kebutuhan siswa dapat membantu siswa dalam meningkatkan motivasi belajar mereka.

Selain penggunaan metode pembelajaran yang variatif, guru dapat mengatasi pembelajaran monoton dengan pengembangan keterampilan reflektif. Pendekatan ini menekankan evaluasi terus-menerus terhadap praktik pengajaran melalui analisis mandiri dan kolaborasi dengan sesama pendidik. Menurut Schon (1983) dalam teorinya tentang "The Reflective Practitioner", refleksi adalah proses guru untuk berpikir mendalam tentang pengajaran mereka, termasuk bagaimana metode, interaksi, dan pendekatan mereka memengaruhi siswa. Refleksi ini bertujuan untuk terus memperbaiki strategi pengajaran. Schon juga menekankan pentingnya refleksi dalam praktik profesional, khususnya melalui dua pendekatan:

  1. Reflection-in-Action: Refleksi yang dilakukan selama proses mengajar, di mana guru langsung menyesuaikan pendekatan ketika menemukan masalah.
  2. Reflection-on-Action: Refleksi setelah kegiatan pembelajaran, untuk meninjau efektivitas metode yang digunakan.

Menurut Schon, praktik refleksi ini akan membantu guru keluar dari kebiasaan monoton karena mereka terus menerus memperbarui pendekatan berdasarkan analisis mendalam terhadap pengalaman mereka. Langkah-langkah untuk meningkatkan keterampilan reflektif yaitu:

  1. Mencatat dan Mengevaluasi Pengalaman Mengajar
  2. Melibatkan Observasi dan Umpan Balik
  3. Menyusun Rencana Perbaikan Berdasarkan Refleksi
  4. Mengikuti Program Pengembangan Profesional
  5. Membangun Komunitas Praktik (Community of Practice)

Pembelajaran monoton menghambat kualitas pendidikan karena mengurangi kemampuan siswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan aktif. Metode yang berulang tanpa inovasi, seperti ceramah dominan, menyebabkan kejenuhan, hilangnya motivasi siswa, menurunnya prestasi, dan berkurangnya kreativitas guru. Penyebabnya mencakup kurangnya pelatihan guru, keterbatasan media pembelajaran, fokus pada kurikulum, dan minimnya adaptasi teknologi. Untuk mengatasinya, diperlukan variasi metode, pemanfaatan teknologi, pelatihan rutin, serta refleksi mendalam terhadap praktik pengajaran. Dengan langkah-langkah ini, proses belajar dapat menjadi lebih menarik, interaktif, dan efektif, sehingga mendukung pengembangan siswa secara maksimal.

Referensi

Adinugroho, K. (2022). Metode pembelajaran yang monoton di sekolah. Kompasiana. Diakses pada tanggal 25 Desember 2024 dari https://www.kompasiana.com/kukuhadinugroho4183/635a6e7c97125e63cd7b0502/metode-pembelajaran-yang-monoton-di-sekolah

Binus University. (2022). Differentiated instruction sebagai cara mengajar interaktif. Diakses pada tanggal 25 Desember 2024 dari https://psychology.binus.ac.id/2022/11/29/differentiated-instruction-sebagai-cara-mengajar-interaktif/

Hamalik, O. (2004). Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara.

Jaya, E. (2022). Meningkatkan pembelajaran yang interaktif melalui inovasi metode mengajar. Pedagogik, 10(3), 407-529.

Mahasiswa Syariah. (2013). Mengatasi kejenuhan dalam pembelajaran: Apa solusinya?. Diakses pada tanggal 25 Desember 2024 dari https://mahasiswasyariah.wordpress.com/2013/03/19/mengatasi-kejenuhan-dalam-pembelajaran-apa-solusinya/

Schon, D. A. (1983). The Reflective Practitioner: How Professionals Think in Action. Basic Books.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun