Telolet telolet...
"Minggir woi, minggir. Preman tanah abang mo lewat nih. Ora minggir, tabrak sisan."
Dengan gaya bahasa campur aduk begitu, seorang perempuan berusia empat puluhan akhir yang berada di belakang kemudi sebuah truk yang berisi aneka ikan hasil tangkapan nelayan malam tadi berteriak lantang. Aku yang kaget segera menyingkir ke pinggir jalan.
"Hahaha... Kaget ye? Ngomong-ngomong, ente siape anak muda? Aye baru kali ini dah liat elu dimari,"Â sapa perempuan itu seraya melongokkan kepalanya ke luar jendela truk yang terbuka lebar.
"Eh, Mpok Atiek. Kabar baik, Mpok? Ini teh ponakan saya dari Jakarta. Namanya Noval. Udah dua minggu di sini. Ntar sore juga mo balik lagi ke Jakarta." Aku yang ditanya, eh malah Mang Subur yang jawab. Ngomong-ngomong, siapa tapi namanya? Mpok Atiek? Kayak nama artis saja.
"Bah! Baru tau kau kalo namaku seperti nama artis pelawak perempuan yang suka latah itu."
Eh, dia bisa mendengar suara hatiku?
"Tentu bisalah. Kapan-kapan aye ajarin ente dah biar bisa dengar ape nyang disembunyiin seseorang di dasar hatinya."
Argh! Pusing juga lama-lama aku mendengar gaya bahasa plus logat Mpok Atiek yang campur aduk ini.
"Hahaha. Mang Subur, ponakan kau ini lucu kali lah. Kapan-kapan aku jadi pengen ngobrol banyak ama dia," seru Mpok Atiek seraya tertawa terbahak-bahak. "Ah, sudahlah. Aku tinggal dulu sebentar ya. Aku mau antar ikan-ikan ini dulu ke bos besar. Nanti aku kembali lagi. Kuharap kau belum balik ke Jakarta, Anak Muda."
Kemudian dengan kecepatan penuh (Oh, God. Ini di pasar geto loh), Mpok Atiek pun kembali mengendalikan laju truknya sambil tak lupa membunyikan klakson truk super hebohnya.