Mohon tunggu...
Alin You
Alin You Mohon Tunggu... Insinyur - Penyuka fiksi, khususnya cerpen dan novel.

PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) • Penulis Amatir • Penyuka Fiksi • Penikmat Kuliner • Red Lover Forever • Pecinta Kucing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Serial Noval] Pesona Mang Madun

17 November 2019   11:50 Diperbarui: 17 November 2019   14:34 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kuakui, kadang rasa bosan menyergapku. Apalagi siang-siang begini, rumah terasa sepi. Hanya ada aku dan Bi Isah. Karena Mang Subur sehari-harinya itu menjadi kuli bangunan dan baru balik jelang maghrib. Sedangkan untuk main ke rumah Kang Idrus? Ah, kadang dia pun pergi ke sawah. Sehingga hampir setiap siang hanya kuhabiskan dengan bengong di rumah Aki atau kadang bermain bersama Akbar, tetangga depan rumah Aki itu. Atau bila tidak, maka tidur sianglah yang menjadi aktifitas faviritku. Makanya untuk membunuh hal itu, kadang aku suka membantu Bi Isah memasak di dapur, seperti hari ini.

Hari ini menu makan siangnya adalah ikan mas goreng, perkedel jagung, sayur lodeh dan sambel terasi. Dan sambil masak, kami sibuk membahas soal Mang Madun.

"Nya, kitu atuh, A. Jadi, kalo gak mo jauh-jauh belanja sayur ke Pasar Dengklok, tinggal apalkeun wae jadwalnya Mang Madun."

"Peluang besar tuh, Bi, untuk jadi tukang sayur keliling di sini. Tapi kenapa gak ada yang tertarik ya?" Dari tadi aku memang sempat berpikiran begitu. Tapi Bi Isah hanya memandangiku sambil tersenyum.

"Modalnya kan lumayan besar itu, A. Yang punya warung aja suka ngeluh. Sudahlah beli sayurnya jauh kudu ke Pasar Dengklok, sampe sini sayurannya cepat layu sehingga gak laku."

Oh. Jadi itu alasan kenapa tak ada satu orang warga pun yang tertarik untuk berjualan sayuran keliling seperti Mang Madun. 

***

Pukul sebelas siang. Walaupun acara di rumah Kang Idrus itu baru berlangsung ba'da dzuhur, tapi rasa penasaran terhadap Violet, membuatku mendatangi rumah Kang Idrus lebih awal.

Berdasarkan informasi yang kudapat dari Bi Isah tadi, Violet itu ternyata seorang PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan). Tinggal di desa ini hanya berdua dengan Bi Eha, pembantu yang dibawanya langsung dari Lembang. Oya, keluarga besar Vio memang ada di Lembang. Orangtuanya memiliki peternakan sapi perah di sana. Dan Vio si pecinta alam, lebih memilih berkarir sebagai PPL daripada menghabiskan waktunya bekerja di belakang meja seperti umumnya perempuan zaman now.

Dan alangkah kagetnya aku, saat sampai di rumah Kang Idrus, kulihat bidadari eh Violet tengah asyik membantu Ceu Euis, istrinya Kang Idrus, masak.

"Hei, kamu bisa masak juga rupanya?" sapaku kepada gadis yang tengah asyik mengulek sambel goang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun