"Cuma apa, A?"
"Hm... Sassy itu kok sukanya bobo di bawah payung ya?" tanyaku, penasaran.
"Payung ungu tepatnya, A. Payung warna lain dia gak suka."
"Oya, payung ungu. Kebetulan itu kepunyaan Bi Isah. Pas Sassy melihat payung itu langsung aja dia loncat dan menjatuhkan payung itu. Dan saat saya kembangkan, Sassy pun langsung ambil ancang-ancang dan tidur deh di bawah payung ungu."
"Hahaha... Emang seperti itulah Sassy." Kali ini si bidadari tertawa lepas. Deretan gigi putih rapihnya terlihat jelas. Menambah manis penampilan wajahnya. "Kebetulan ungu itu warna kesukaan saya. Jadi, Sassy ikutan suka. Oya, nama saya Violet. Panggil aja Vio." Tangan kanannya terulur, mengajakku berkenalan. Dan kemudian kusambut hangat awal pertemuanku dengan bidadari mojang Karawang.
Bagaimana kelanjutan hubunganku dengan Violet atau Vio? Entahlah. Itu mah rahasia Illahi. Yang pasti aku jadi makin cinta sama Karawang dan enggan rasanya meninggalkan desa ini bila saja tak ingat akan tanggung jawab dan masa depanku di tanah Batavia.Â
Well, Sassy Violet. Nama kucing dan pemiliknya ini akan selalu abadi di dalam hatiku.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H