"Oya, saya Noval. Saya ini cucunya Aki Dahlan, pemilik asli rumah ini. Kebetulan saya lagi ambil cuti dan liburan dimari. Neng saha namina? Tahu nama saya dari mana ya?" Dengan pedenya, aku memperkenalkan diri kepada sang bidadari. Yang kemudian hanya ditanggapi dengan senyuman yang memperlihatkan lesung di pipi kanannya. "Oya, silakan duduk dulu atuh. Masa dari tadi kita ngobrol sambil berdiri aja."
Si bidadari pun akhirnya memilih duduk di kursi teras paling kiri. Kemudian lanjutnya, "Punten nya, A. Saya mo tanya. Tiga hari yang lalu, apa ada seekor kucing persia peaknose betina berwarna abu-abu putih nyasar kemari?"
Ini yang dimaksud si bidadari itu Sassy kah?
"Yang di lehernya ada kalung rantai bertuliskan nama 'Sassy'. Benar begitu?"
"Yup. Benar banget, A. Itu kucing saya. Sekarang, Sassy nya di mana ya?" Wajah si bidadari tampak panik. Kepalanya berputar-putar mencari kucingnya yang hilang itu. Tapi belum sempat kuambilkan Sassy yang tadi sedang tidur siang di kamarku, tiba-tiba saja...
"Meong..."
Ah, si kucing persia peaknose itupun sudah nongol di teras depan. Mungkin saat tidur tadi dia sayup-sayup mendengar suara tuannya. Sehingga dia akhirnya terbangun dan berlari ke teras depan.
"Sassy...." Segera saja si bidadari menggendong Sassy dalam pelukannya. Menciuminya berulangkali, menguwel-uwel badannya, seolah telah berabad-abad lamanya tak berjumpa dengan si kucing bandel yang suka kabur ini.
"Benar itu kucing Teteh?" tanyaku setelah mampu mengendalikan diri. Aih, si bidadari tersenyum lagi. Sungguh, Tuhan. Senyumnya itu membuat lumer hatiku.
"Iya, A. Makasih ya, udah mau direpotkan oleh Sassy."
"Ah, gak kok. Sama sekali gak repot. Cuma..." Aku terdiam sejenak. Membuat penasaran si bidadari.