***
Satu dekade kemudian...
"Ma... Mama...."
Terdengar suara laki-laki baru baligh dari arah depan rumah. Ah, tak terasa kini bintang kecilku itu telah beranjak remaja.
"Iya, Sayang. Ada apa? Gak usah teriak-teriak gitu juga Mama udah dengar," sahutku seraya menghampiri Bimo, putra semata wayangku.
"Mama tahu gak, Bimo dapat kabar apa tadi di sekolah?" Senyum Bimo tampak sumringah saat mengatakan hal ini.
Aku hanya menggeleng. "Kabar berita apa, Sayang? Kok Bimo tampak senang gitu?"
Bimo tersenyum, kemudian memelukku erat. "Ma, makasih ya. Berkat doa dan dukungan Mama, Bimo berhasil masuk dalam tim sekolah yang akan diberangkatkan ke Aussie, untuk ikut olimpiade internasional matematika."
Melihat mata Bimo yang berbinar, aku benar-benar tak kuasa menahan haru. Ya, Allah, terima kasih. Bintang kecilku kini benar-benar berhasil meraih impian masa kecilnya untuk bisa mengikuti olimpiade internasional matematika.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H