Mohon tunggu...
Alin You
Alin You Mohon Tunggu... Insinyur - Penyuka fiksi, khususnya cerpen dan novel.

PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) • Penulis Amatir • Penyuka Fiksi • Penikmat Kuliner • Red Lover Forever • Pecinta Kucing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ibu Lastri dan Kucing-kucing Liar

1 Agustus 2016   23:17 Diperbarui: 1 Agustus 2016   23:35 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: molifeet.com

"Tapi ya... begitulah. Mereka pun juga sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing dan jarang sekali mengajak saya ngobrol. Hingga akhirnya... setelah saya bertemu kucing-kucing itu di sini, saya pun merasa betah dan hampir setiap hari saya kemari, terutama pada pagi dan sore hari."

Aku mengangguk-anggukan kepala, tetap menyimak omongan yang Ibu Lastri kemukakan.

"Sejak kapan memangnya Ibu mulai suka memberi makan kucing-kucing di sini?" tanyaku sambil mengelus-elus kepala salah satu kucing yang berwarna hitam pekat.

"Entahlah, saya sendiri lupa. Yang pasti saat itu tak sengaja saya melihat kucing-kucing itu mengorek-korek tumpukan sampah yang ada di sana." Ibu Lastri pun kemudian menunjuk ke arah bak sampah besar yang berada tak jauh dari tempat kami duduk. "Saat itu saya merasa kasihan saja. Takut kalau kucing-kucing itu nantinya sakit akibat terlampau sering mengkonsumsi sampah."

Wah! Betapa pedulinya Ibu Lastri terhadap kondisi kucing-kucing liar yang ada di pinggir jalan ini.

"Memangnya Ibu ke sini naik...." Belum usai pertanyaan yang kuajukan, perempuan yang kutaksir telah berumur di atas kepala lima itu menunjuk ke arah sepeda mini yang terparkir sekitar sepuluh meter dari tempat Ibu Lastri duduk.

"Oh!" Akhirnya aku hanya dapat ber'oh' saja.

Tak terasa obrolan kami ternyata panjang juga. Hingga matahari hendak beranjak dari peraduannya, obrolan kami sebenarnya belum usai dan aku masih betah berlama-lama di sini sambil memandangi sunset.

"Ah, sudah hampir maghrib rupanya. Ibu pulang dulu ya, Nak. Besok kita bisa lanjutkan ngobrolnya di sini. Atau kalau Nak Wisnu mau ke rumah Ibu silakan. Tak jauh kok. Itu hanya sekitar seratus meter dari gang itu ke dalam. Rumah Ibu catnya warna hijau muda." Kulihat Ibu Lastri mulai bersiap-siap pulang. Dirapihkannya hijabnya yang agak berantakan. Kemudian ditepuk-tepukannya celana bagian bawahnya dan menyapa kucing-kucing liar itu untuk terakhir kalinya.

"Teman-teman, saya pulang dulu ya. Kalian jangan pada nakal ya. Kalau masih pada lapar, kalian bisa datang ke rumah saya. Ada banyak makanan untuk kalian di sana. Dan insya Allah, besok pagi kita ketemu lagi ya, di sini. Assalamualaikum...."

Ah, Ibu Lastri! Ia menganggap kucing-kucing liar itu mengerti bahasanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun