"Ih, Kak Andine, bangun dong...." Kali ini suara Nando yang terdengar.
Demi menyenangkan mereka yang telah bersusah payah memberikan kejutan padanya, Andine pun akhirnya bangun dan tersenyum kepada Mama, Nando dan Om Mario yang telah berkumpul di dalam kamarnya. Kemudian memeluk Mama dan mendaratkan kecupan di pipi kanan Mama.
"Makasih ya, Ma, udah capek-capek ngasih surprise buat Andine."
"Ih, makasihnya masa buat Mama aja? Buat Nando dan Papa nggak nih?" protes Nando.
Andine meninju perut Nando yang gendut, gemas. Kemudian meleletkan lidahnya. "Iya, iya. Makasih juga buat Nando dan Om Mario." Andine tersenyum, tapi Nando kembali protes.
"Masih manggil Om ke Papa? Hellooo...."
Tapi Mama keburu melotot ke arah Nando, sehingga ia langsung mengkeret.
"Oke, oke. Sekarang biarkan Andine make a wish. Ayo, Sayang, ucapkan apa harapanmu untuk tahun ini." Mama mengusap-usap rambut gadis sulungnya itu.
Andine menatap Sang Mama. "Boleh Andine ucapkan sekarang, Ma?" Sungguh, Andine sudah tak sabar untuk mengungkapkannya.
"Ayo, ungkapkan! Mama juga penasaran pengen dengar. Tapi ingat, jangan minta kawin ya. Umur kamu itu masih tujuh belas tahun soalnya," ujar Mama seraya bercanda. Andine gemas dan mencubit lengan mamanya.
"Nggak minta kawin kok, Ma. Tenang aja!" Andine melirik Sang Mama sambil mengedipkan sebelah matanya. Kemudian ia menghirup napasnya pelan-pelan, lalu berkata, "Andine... cuma minta... seperti janji Mama dahulu, hm... Andine cuma ingin tinggal bareng Papa terhitung mulai hari ini. Diizinkan ya, Ma?"