Mohon tunggu...
Alin You
Alin You Mohon Tunggu... Insinyur - Penyuka fiksi, khususnya cerpen dan novel.

PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) • Penulis Amatir • Penyuka Fiksi • Penikmat Kuliner • Red Lover Forever • Pecinta Kucing

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta dalam Lautan Banjir (Bab 3)

22 April 2016   22:40 Diperbarui: 23 April 2016   02:03 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

***

 

Pukul enam sore. Saat seluruh anggota keluarga Oma Bernie berkumpul kembali di dalam rumah.

“Oma.... Ini surat dari Papa, ya?” teriak Girianto saat menemukan sepucuk surat beramplop putih di atas meja di dalam kamarnya. “Kok tumben Papa menulis surat langsung ke Giri? Biasanya kan, selalu atas nama Oma?” Ia tampak tak sabar ingin sekali membaca surat papa yang ditujukan langsung untuknya.

“Iya, itu surat dari Papamu,” Oma Bernie ikut-ikutan berteriak menjawab pertanyaan cucu laki-lakinya itu. “Tapi kau mandi sajalah dulu. Habis itu makan. Baru nanti kita baca bersama-sama surat itu.”

“Surat apa, Oma? Surat dari Papa, ya? Mana suratnya, Oma?” Tiba-tiba Winda–adiknya Girianto - telah berada di samping Oma Bernie. Winda yang baru saja habis mandi itu terlihat bersemangat sekali saat mendengar kata “surat” disebut-sebut Sang Oma. Karena memang surat dari mana lagi yang rutin datang ke alamat rumah ini kalau bukan surat dari orangtuanya, begitu pikir Winda.

"Itu, suratnya ada di kamar Abangmu. Suruh dia keluar, mandi, jangan mendekam terus di kamar. Mending kalo dia bisa bertelur,” ucap Oma Bernie seraya merapikan alat-alat makan di atas meja makan berbentuk persegi, peninggalan Sang Suami. Winda yang mendengar ucapan omanya itu hanya tersenyum kecut. Beliau memang suka ceplas-ceplos seenaknya, tapi hatinya sesungguhnya sangatlah baik.

“Emang Papa cerita apa aja di surat, Oma?” pertanyaan Winda masih saja seputaran surat yang baru saja datang tadi siang. Ia memang sangat penasaran dengan isi surat papanya itu. Sedang apa papa-mamanya saat ini, ya? Tapi jawaban Oma Bernie sedikit membuat Winda kecewa.

“Oma belum baca. Karena surat itu ditujukan Papamu untuk Giri, bukan untuk Oma. Jadi, kalo kamu ingin tahu isinya, ya, tanyakan aja langsung ke Abangmu itu.”

Baru saja Winda hendak memanggil Girianto, sosok tersebut ternyata telah berdiri di dekatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun