Mohon tunggu...
Alin You
Alin You Mohon Tunggu... Insinyur - Penyuka fiksi, khususnya cerpen dan novel.

PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) • Penulis Amatir • Penyuka Fiksi • Penikmat Kuliner • Red Lover Forever • Pecinta Kucing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ningrat

9 April 2016   13:37 Diperbarui: 9 April 2016   14:42 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="http://tonibologna.com/the-heartbreak-of-a-broken-heart/"]#PutusCintaTerapalah

 

Kamu segalanya

Tak terpisah oleh waktu

Biarkan bumi menolak

Ku tetap cinta kamu

 

Biar mamamu tak suka

Papamu juga melarang

Walau dunia menolak

Ku tak takut...

Tetap kukatakan kucinta dirimu...

 

Malam kelabu. Lagu MaPaLa (Mama Papa Larang) milik Judika yang mengalun indah lewat mp3 player hape membawaku kembali kepada kenangan bersamamu. Entah bagaimana awalnya, kenangan itu terus saja menari-nari manis di pikiran. Tak lupa, air mata pun ikutan menderas dengan syahdunya.

"Kamu anak siapa? Kok berani-beraninya deketin anak saya? Dari status aja udah beda. Kami ini keluarga ningrat, kamu nggak pantes dapatkan anak saya."

Kembali kata-kata pedas dari ibumu itu muncul ke permukaan dan menancap tepat ke relung hatiku. Tuhan, memangnya salah anak dari keluarga biasa mendapatkan seorang anak ningrat? Sinetron banget, tapi ini nyata.

Dan akhirnya engkau pun tak punya pilihan, selain memenuhi keinginan ibumu.

"Maafkan aku."

Hanya dua kata itu yang terucap darimu. Dan itu berarti aku harus segera berlalu dari hidupmu.

***

Setahun pasca peristiwa itu.

Sebuah pesan singkat muncul di hape-ku. Bergolak hati, karena sungguh, move on darimu itu butuh waktu yang tidak sebentar.

"Maaf kalo aku mengganggu. Kuharap kamu bisa meluangkan waktu Minggu depan untuk hadir di resepsi pernikahanku di bla bla. Maaf, tak sempat kirim undangan. Tapi aku sangat berharap kamu bisa hadir Minggu depan."

Lunglai sudah badanku. Hati yang tadinya sempat merekah, berharap hubungan ini bisa tersambung kembali, ternyata....

Dan bodohnya aku. Tetap saja kuluangkan waktu untuk menghadiri acara yang jelas-jelas akan tambah membuatku hancur. Berbekal nekat dan penasaran, akhirnya aku pun hadir di pestamu yang... wow, mewah sekali! Tak heran bila ibumu beranggapan aku tak pantas mendapatkanmu.

"Al, tadi Mas Riki nyariin kamu, lho! Kenapa sih kamu nggak mau diajak salaman dan foto bareng pengantin?"

Aku memang memenuhi keinginanmu untuk hadir di resepsi pernikahanmu, tapi maaf, aku tak mau dan tak kan sanggup melihatmu bersanding dengan perempuan lain di panggung itu.

***

P.S. 

Akhirnya kuberanikan diri juga menceritakan kisah ini. Kisah yang butuh waktu bertahun-tahun lamanya untuk bisa move on dan membuka hati lagi untuk menerima cinta yang baru. Hiks. :'(

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun