Mohon tunggu...
Alin You
Alin You Mohon Tunggu... Insinyur - Penyuka fiksi, khususnya cerpen dan novel.

PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) • Penulis Amatir • Penyuka Fiksi • Penikmat Kuliner • Red Lover Forever • Pecinta Kucing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Manusia Bodoh

22 Maret 2016   12:32 Diperbarui: 28 Juni 2016   22:25 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oke. Ririn pun lega. Segera dihapusnya SMS tak penting itu sambil tak lupa untuk menyimpan nomor ponsel si pengirim. "Buat jaga-jaga," katanya dalam hati.

Namun ternyata, teror itu tak berhenti hanya sampai di situ. Sebulan kemudian, kembali Ririn menerima SMS dari nomor asing. Tapi kali ini dari nomor ponsel yang berbeda.

"Aku ini perempuan, seorang istri lagi. Tapi aku tak pernah tertarik dengan laki-laki lain. Kenapa kamu yang masih muda, single lagi, mau aja dirayu dengan laki-laki beristri? Ke mana harga dirimu sebagai perempuan?"

Deg! Jantung Ririn berdetak hebat membaca isi SMS tersebut. Hati nuraninya terusik saat disinggung soal harga diri. Tanpa sadar, sebuah bulir air pun perlahan menetes di pipi cubby-nya. Segera, dipencetnya nomor ponsel Pak Dewo, untuk mengetahui soal SMS teror yang baru saja diterimanya.

Namun alangkah terkejutnya Ririn, karena ternyata yang mengangkat telponnya itu bukanlah Pak Dewo, melainkan suara seorang perempuan.

"Inilah yang kutunggu dari kemaren. Akhirnya kamu berani juga menghubungi ponsel suami saya. Masih mau mengelak? Saya jadi penasaran, apa sih yang telah kamu terima dari laki-laki bangkotan seperti itu? Mending kamu cari laki-laki lain yang lebih muda, ganteng, kuat, dan tentunya kaya juga. Jangan suka ganggu suami orang, kalo tak mau dikatakan sebagai perempuan nakal."

Klik!

Telinga Ririn tak sanggup lagi mendengar kata-kata yang bagaikan muntahan lahar panas itu. Seketika tubuhnya pun melemas. Air mata yang sudah sejak tadi turun dan mengaburkan pandangan sama sekali tak dihiraukannya. Harga dirinya tercabik. Ririn benar-benar merasa bagaikan manusia bodoh yang telah begitu mudahnya luluh oleh bujuk rayu seorang laki-laki tua yang masih memiliki istri.

***

Karawang, 22 Maret 2016

Terinspirasi dari lagu "Manusia Bodoh" nya ADA Band.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun