Mohon tunggu...
Alin You
Alin You Mohon Tunggu... Insinyur - Penyuka fiksi, khususnya cerpen dan novel.

PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) • Penulis Amatir • Penyuka Fiksi • Penikmat Kuliner • Red Lover Forever • Pecinta Kucing

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Delman/Bendi, Nasibmu Kini

22 April 2015   14:15 Diperbarui: 4 Januari 2016   20:34 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dahulu, delman/bendi dijadikan salah satu alat transportasi umum (http://pojoksatu.id/wp-content/uploads/2015/03/delman-300x202.jpg)

Selain itu, saya bisa leluasa melihat Pak Kusir menarik-ulur tambang yang diikatkan di bendi. Bahkan, saya pernah ingin sekali memegang tali kendali kuda itu, tapi langsung ditolak oleh Pak Kusirnya.

Alasan lain kenapa saya lebih suka duduk di samping kusir bendi daripada di belakang bersama Ibu adalah karena duduk di depan itu lebih stabil dan tidak berat sebelah. Coba saja kalian duduk di belakang yang harus menyamping. Kalau seimbang sih, no problemo. Tapi bila hanya kalian seorang yang duduk di belakang, wah ... sensasi duduknya terasa sekali. Apalagi harus mengikuti alunan jalannya kuda yang agak melompat-lompat, siap-siap selalu berpegangan erat di tiang keratanya. Hehehe ....

Tapi sebenarnya, bukan hanya itu saja alasan saya lebih memilih duduk di samping Pak kusir. Ada alasan khusus juga. Ya, saya ogah banget bersentuhan dengan belanjaan Ibu yang beraneka bau itu. Bayangkan saja, bau amis yang berasal dari ikan atau ayam, hm ... mending jauh-jauh deh. Eh, tapi jangan bilang-bilang ke Ibu saya ya. Karena beliau pasti akan cerewet dan mengatakan, "Saat mentah bilang bau amis, eh pas udah jadi ayam kentucky pada rebutan deh."

Hahaha .... Itulah sekelumit kisah masa kecilku bersama bendi. Entahlah, apakah anak saya kelak masih bisa merasakan sensasi naik bendi/delman atau tidak. Mengingat sekarang saja, bendi/delman sudah jarang ditemui di jalan-jalan kampung.

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun