Mohon tunggu...
Ali Mutaufiq
Ali Mutaufiq Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan

Menulis Artikel kehidupan dan Umum

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar dari Kebijakan Swedia:Kembali Ke Pembelajaran Buku Cetak

27 Januari 2025   06:59 Diperbarui: 27 Januari 2025   06:59 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ali Mutaufiq

Pada tahun 2022, Swedia mengumumkan kebijakan untuk kembali mengutamakan penggunaan buku cetak dalam proses pembelajaran di sekolah-sekolah mereka. Keputusan ini menarik perhatian global karena di tengah kemajuan teknologi yang pesat, banyak negara yang cenderung beralih ke pembelajaran berbasis digital. Namun, Swedia memilih untuk menyeimbangkan penggunaan teknologi dengan buku cetak, mengingat hasil penelitian yang menunjukkan bahwa buku cetak masih memiliki banyak keuntungan dalam hal konsentrasi dan pemahaman yang lebih mendalam.

Kebijakan ini bukanlah keputusan yang diambil Swedia secara terpisah. Beberapa negara lain juga mulai menyadari pentingnya keseimbangan antara media digital dan buku cetak dalam pendidikan. Artikel ini akan membahas kebijakan Swedia dalam konteks yang lebih luas, melihat data dan negara-negara lain yang juga menerapkan atau menyesuaikan kebijakan serupa, serta memberikan referensi yang relevan.

Latar Belakang Kebijakan Swedia

Swedia telah lama dikenal dengan sistem pendidikan yang progresif dan inovatif. Namun, pada 2022, pemerintah Swedia mengumumkan kebijakan yang memprioritaskan buku cetak dalam proses pembelajaran di sekolah-sekolah. Keputusan ini diambil setelah sejumlah penelitian mengindikasikan bahwa penggunaan perangkat digital berlebihan di ruang kelas dapat berdampak negatif terhadap pemahaman siswa, terutama dalam membaca.

Data dari Swedish National Agency for Education (Skolverket) menunjukkan bahwa hasil tes membaca siswa Swedia mengalami penurunan sejak tahun 2010, setelah teknologi digital mulai digunakan secara masif. Meskipun perangkat digital memiliki manfaatnya sendiri, penelitian menunjukkan bahwa ketergantungan yang terlalu besar pada media digital dapat menyebabkan penurunan konsentrasi siswa dan gangguan dalam pemahaman materi.

Sebagai respons, Swedia mulai mendorong kembali penggunaan buku cetak untuk mengurangi dampak negatif ini, dengan tujuan mengembalikan kualitas pendidikan, terutama dalam hal keterampilan membaca dan pemahaman yang lebih mendalam.

Negara-Negara Lain yang Menerapkan Pendekatan Serupa

Beberapa negara lain juga mulai menyadari pentingnya menyeimbangkan penggunaan teknologi dan buku cetak dalam pendidikan. Berikut adalah beberapa negara yang menerapkan atau mempertimbangkan kebijakan yang serupa dengan Swedia:

1. Finlandia: Mengutamakan Keterampilan Kognitif dan Teknologi sebagai Pelengkap

Finlandia dikenal sebagai negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia. Negara ini telah mengintegrasikan teknologi secara luas dalam pendidikan, tetapi juga menekankan pentingnya buku cetak, terutama dalam pengembangan keterampilan membaca dan menulis.

Menurut Finnish National Agency for Education (2016), meskipun teknologi digunakan untuk membantu pembelajaran, buku cetak tetap menjadi sumber utama dalam pengajaran dasar. Di banyak sekolah dasar, meskipun perangkat digital seperti tablet dan laptop digunakan untuk mengakses informasi, tugas membaca dan ujian pemahaman masih mengandalkan buku fisik. Pendekatan ini mencerminkan filosofi bahwa teknologi harus mendukung, bukan menggantikan, proses pembelajaran yang lebih mendalam.

2. Estonia: Teknologi di Ruang Kelas, Buku Cetak Tetap Esensial

Estonia, yang dikenal sebagai negara digital di Eropa, telah menjadi pionir dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam pendidikan. Sejak awal 2000-an, negara ini sudah memperkenalkan penggunaan perangkat digital seperti tablet dan komputer di sekolah-sekolah. Namun, meskipun sangat terbuka terhadap teknologi, buku cetak tetap dipertahankan.

Menurut laporan dari Estonian Ministry of Education and Research (2018), meskipun teknologi digital digunakan untuk memperkaya pengalaman belajar, buku cetak masih menjadi alat utama untuk pembelajaran membaca dan menulis di tingkat dasar. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tallinn University, ditemukan bahwa penggunaan buku cetak lebih efektif dalam mengembangkan pemahaman teks secara mendalam dibandingkan dengan perangkat digital, terutama pada anak-anak yang lebih muda.

3. Jepang: Teknologi sebagai Alat Bantu, Buku Cetak Tetap Penting

Jepang, dengan sistem pendidikan yang sangat maju dan terstruktur, juga mulai mengintegrasikan teknologi dalam ruang kelas. Namun, di negara ini, buku cetak tetap menjadi komponen penting dalam pengajaran, terutama dalam hal membaca dan pemahaman teks.

Meskipun banyak sekolah Jepang yang menggunakan teknologi untuk memperkenalkan materi pelajaran dan latihan interaktif, buku fisik masih diutamakan dalam tes membaca dan ujian penting. Laporan dari Ministry of Education, Culture, Sports, Science and Technology (MEXT) Jepang menyatakan bahwa buku cetak membantu siswa lebih fokus dalam memahami materi dan mengingat informasi, yang sulit dicapai dengan hanya menggunakan perangkat digital.

4. Singapura: Memadukan Teknologi dengan Pembelajaran Tradisional

Singapura dikenal dengan sistem pendidikan yang berfokus pada hasil akademis yang tinggi. Di negara ini, teknologi telah diintegrasikan dengan sangat baik dalam pendidikan, tetapi penggunaan buku cetak tetap dijaga. Meskipun sekolah-sekolah di Singapura menggunakan perangkat digital untuk mengakses informasi dan mengerjakan latihan, buku cetak tetap diprioritaskan dalam pembelajaran membaca dan pemahaman teks.

Singapore Ministry of Education (2020) mencatat bahwa, meskipun teknologi semakin dominan dalam pendidikan, buku cetak tetap menjadi metode utama untuk mengembangkan keterampilan literasi di tingkat dasar. Para guru didorong untuk menggunakan teknologi secara bijak sebagai alat pendukung, bukan sebagai pengganti buku cetak.

5. Amerika Serikat: Ketergantungan pada Teknologi Berbeda-beda Antara Negara Bagian

Di Amerika Serikat, kebijakan pendidikan sangat bervariasi antar negara bagian. Di beberapa daerah, terutama di kota-kota besar, banyak sekolah yang telah beralih ke pembelajaran berbasis digital. Di sisi lain, beberapa negara bagian lebih konservatif dan masih mengutamakan penggunaan buku cetak.

Menurut The National Education Association (NEA), meskipun banyak sekolah di AS yang telah mengadopsi teknologi, studi menunjukkan bahwa banyak sekolah di daerah yang lebih pedesaan atau konservatif tetap mempertahankan buku cetak sebagai sarana utama dalam pembelajaran membaca dan ujian. Penelitian menunjukkan bahwa buku cetak lebih efektif dalam mengembangkan kemampuan memahami teks secara mendalam dan memori jangka panjang.

Kesimpulan

Kebijakan Swedia untuk kembali menekankan penggunaan buku cetak dalam pembelajaran adalah langkah yang mencerminkan perhatian terhadap kualitas pendidikan. Meskipun teknologi digital menawarkan berbagai keuntungan, buku cetak masih memainkan peran yang sangat penting dalam pembelajaran, terutama dalam hal keterampilan membaca dan pemahaman yang lebih mendalam.

Dari negara-negara lain seperti Finlandia, Estonia, Jepang, Singapura, dan Amerika Serikat, kita dapat melihat bahwa meskipun adopsi teknologi sangat penting, banyak negara yang tetap mempertahankan peran buku cetak dalam pendidikan mereka. Keseimbangan antara teknologi dan media tradisional seperti buku cetak tampaknya menjadi pendekatan yang paling efektif dalam menciptakan pengalaman belajar yang optimal bagi siswa.

Referensi:

  1. Finnish National Agency for Education (2016). "The Role of Print Books in Education: A Finnish Perspective."
  2. Estonian Ministry of Education and Research (2018). "The Role of Technology and Print Books in Estonian Schools."
  3. Ministry of Education, Culture, Sports, Science and Technology (MEXT), Japan (2020). "Educational Policies on Digital Learning and Print Media."
  4. Singapore Ministry of Education (2020). "Learning with Technology: Keeping Print Books as Core Learning Materials."
  5. The National Education Association (2022). "Digital Learning vs. Print Books: Current Trends in U.S. Education."

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun