Bisnis yang baik harus mampu menjaga kesejahteraan fisik dan mental para pemangku kepentingan. Pengusaha yang sukses tidak hanya mengejar keuntungan tetapi juga peduli terhadap kesejahteraan karyawan, pelanggan, dan masyarakat. Kesehatan, keselamatan kerja, serta kesejahteraan sosial adalah bagian dari upaya memelihara jiwa.
Allah SWT berfirman dalam al-Qur'an:
"Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu ke dalam kebinasaan dengan tanganmu sendiri." (Al-Baqarah: 195)
- Hifz al-'Aql (Memelihara Akal)
Bisnis yang etis harus menciptakan lingkungan yang mendukung pengembangan akal dan kecerdasan. Pemimpin bisnis harus memastikan bahwa kegiatan yang dijalankan tidak merusak akal dan pertumbuhan intelektual, baik untuk diri mereka sendiri maupun orang lain. Penyalahgunaan obat terlarang, perjudian, atau praktik yang merusak integritas akal adalah hal yang harus dihindari dalam bisnis.
Allah berfirman:
"Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik hingga ia mencapai kedewasaannya." (Al-Isra: 34)
- Hifz al-Mal (Memelihara Harta)
Memelihara harta atau sumber daya dalam bisnis sangat penting. Bisnis harus menghindari cara-cara yang merugikan orang lain, seperti korupsi, penipuan, atau praktik tidak adil lainnya. Menghormati hak-hak orang lain dalam transaksi bisnis adalah salah satu bentuk implementasi maqashid syariah dalam menjaga harta.
Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya jual beli itu sah jika ada kerelaan di antara kedua belah pihak." (HR. Bukhari)
- Hifz al-Nasl (Memelihara Keturunan)
Kegiatan bisnis juga harus mempertimbangkan dampaknya terhadap keluarga dan keturunan. Bisnis yang sehat adalah bisnis yang memperhatikan hak-hak keluarga dan masyarakat luas. Tanggung jawab sosial dan kesadaran terhadap keberlanjutan generasi masa depan adalah bagian dari memelihara nasl.
Allah SWT berfirman: