Mohon tunggu...
Ali Mutaufiq
Ali Mutaufiq Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan

Menulis Artikel kehidupan dan Umum

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menemukan Hakekat Hidup Melalui Maqashid Syariah: Menjaga Kesimbangan Dunia dan Akhirat

14 Desember 2024   06:03 Diperbarui: 14 Desember 2024   10:07 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Islam juga memperhatikan pentingnya menjaga keturunan yang baik, melalui pernikahan yang sah dan pengasuhan yang benar. Dalam hal ini, maqashid syariah berusaha untuk menjaga keluarga dan keturunan yang bisa menghasilkan generasi yang baik, beriman, dan berakhlak mulia. Allah SWT berfirman:

"Dan orang-orang yang berkata, 'Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa."
(QS. Al-Furqan: 74)

Keseimbangan Dunia dan Akhirat dalam Maqashid Syariah

Menjaga keseimbangan dunia dan akhirat berarti menjalani kehidupan dengan tidak berlebihan dalam mengejar kepentingan duniawi, namun juga tidak melupakan kehidupan ukhrawi. Keduanya harus dijalani dengan saling mendukung, bukan saling bertentangan. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:

"Beramallah untuk kehidupan duniamu seolah-olah kamu akan hidup selamanya, dan beramallah untuk kehidupan akhiratmu seolah-olah kamu akan mati esok hari."
(HR. Bukhari & Muslim)

Hadis ini mengajarkan kita untuk tidak hanya mengejar kepentingan dunia, tetapi juga mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah mati dengan amal saleh.

Kesimpulan

Maqashid syariah adalah prinsip dasar yang mengarahkan umat Islam untuk menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat. Islam mengajarkan kita untuk menjaga lima aspek pokok kehidupan: agama, jiwa, akal, harta, dan keturunan, sebagai landasan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Dengan memahami dan mengamalkan maqashid syariah, umat Islam dapat menemukan hakekat hidup yang sesungguhnya, yaitu hidup yang penuh dengan kemaslahatan duniawi dan kebahagiaan ukhrawi.

Referensi:

  1. Al-Ghazali, Ihya' Ulumuddin.
  2. Al-Shatibi, Al-Muwafaqat.
  3. Al-Qur'an, QS. Al-Isra: 33, QS. Al-Imran: 190, QS. Al-Furqan: 74.
  4. Hadis-hadis Bukhari dan Muslim.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun