Ali Mutaufiq., S.E., M.M., CAIA., CODS
Pendahuluan Perubahan iklim, degradasi lingkungan, dan ketimpangan sosial merupakan tantangan global yang tidak dapat diabaikan. Di tengah berbagai krisis yang melanda dunia, konsep green economy atau ekonomi hijau semakin digemakan sebagai solusi yang tidak hanya mengutamakan keberlanjutan lingkungan, tetapi juga inklusivitas ekonomi dan sosial. Green economy, yang bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, perlindungan lingkungan, dan kesejahteraan sosial, dianggap sebagai jalan menuju pembangunan yang lebih berkelanjutan.
Dalam artikel ini, kita akan membahas strategi untuk mewujudkan ekonomi hijau yang inklusif dan berkelanjutan, yang mencakup teori-teori yang relevan, data yang mendukung, serta referensi terkait.
1. Definisi Green Economy
Ekonomi hijau adalah sistem ekonomi yang berusaha untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan, sekaligus memaksimalkan manfaat ekonomi dan sosial. Konsep ini pertama kali diungkapkan oleh UNEP (United Nations Environment Programme) dalam laporan Green Economy: Towards a Green Economy: Pathways to Sustainable Development and Poverty Eradication pada tahun 2011. Green economy berfokus pada tiga pilar utama: pertumbuhan ekonomi yang inklusif, pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, dan pengurangan dampak perubahan iklim.
Menurut UNEP, ekonomi hijau berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dan kesetaraan sosial, sambil secara signifikan mengurangi risiko lingkungan dan kelangkaan sumber daya alam. Pencapaian ini memerlukan transformasi sektor-sektor kunci seperti energi, industri, pertanian, dan transportasi.
2. Prinsip-prinsip Green Economy
Untuk mencapainya, ada beberapa prinsip utama dalam ekonomi hijau yang harus diterapkan:
- Efisiensi Sumber Daya: Penggunaan sumber daya alam harus lebih efisien, dengan mengurangi pemborosan dan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produktivitas dengan dampak lingkungan yang lebih kecil.
- Pengurangan Polusi: Pengurangan emisi karbon dan limbah, serta pengelolaan polusi udara dan air harus menjadi prioritas.
- Konservasi Alam dan Keanekaragaman Hayati: Menjaga keanekaragaman hayati dan ekosistem agar tetap sehat dan berfungsi dengan baik.
- Inklusivitas Ekonomi: Memastikan bahwa transisi menuju ekonomi hijau memberikan manfaat bagi semua kelompok, termasuk masyarakat miskin dan terpinggirkan.
- Pengelolaan Energi Terbarukan: Mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan beralih ke sumber energi terbarukan yang lebih bersih dan ramah lingkungan.
3. Strategi untuk Mewujudkan Green Economy yang Inklusif
Ada beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan untuk memastikan bahwa ekonomi hijau tidak hanya berkelanjutan secara ekologis tetapi juga inklusif secara sosial:
a. Investasi dalam Energi Terbarukan
Investasi dalam teknologi energi terbarukan, seperti tenaga surya, angin, dan biomassa, sangat penting untuk mengurangi emisi karbon dan menciptakan lapangan kerja baru. Menurut data dari IRENA (International Renewable Energy Agency), pada tahun 2020, sektor energi terbarukan global menciptakan lebih dari 11 juta pekerjaan, dan diperkirakan dapat menciptakan 85 juta pekerjaan pada tahun 2050.
b. Pemberdayaan Masyarakat Lokal
Pemberdayaan masyarakat lokal, terutama yang berada di daerah pedesaan dan terpencil, melalui pelatihan dan akses ke teknologi hijau dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Program seperti green jobs yang menawarkan pelatihan dalam bidang pertanian berkelanjutan, pengelolaan limbah, dan energi terbarukan, dapat membantu menciptakan ekonomi yang lebih inklusif.
c. Penguatan Kebijakan dan Regulasi
Pemerintah perlu mengimplementasikan kebijakan yang mendukung transisi menuju ekonomi hijau. Salah satunya adalah pemberian insentif bagi perusahaan yang mengadopsi praktik ramah lingkungan dan pengenaan pajak karbon untuk mendorong pengurangan emisi. Di Eropa, kebijakan European Green Deal bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 55% pada tahun 2030 dan mencapai netralitas karbon pada tahun 2050.
d. Meningkatkan Akses Pembiayaan Hijau
Pemerintah, lembaga keuangan, dan sektor swasta perlu meningkatkan akses terhadap pembiayaan hijau. Green bonds, yang diterbitkan untuk mendanai proyek-proyek ramah lingkungan, dapat menjadi salah satu solusi untuk mempercepat transisi menuju ekonomi hijau. Data dari Climate Bonds Initiative menunjukkan bahwa pasar green bonds global telah berkembang pesat, mencapai lebih dari USD 500 miliar pada tahun 2020.
e. Pengembangan Infrastruktur Hijau
Pengembangan infrastruktur hijau, seperti sistem transportasi berkelanjutan, bangunan ramah lingkungan, dan sistem pengelolaan air yang efisien, dapat memperkuat fondasi ekonomi hijau. Di Jepang, Tokyo telah mengembangkan sistem transportasi umum berbasis listrik yang efisien dan ramah lingkungan, yang menjadi contoh bagi kota-kota besar lainnya di dunia.
4. Tantangan dalam Mewujudkan Green Economy yang Inklusif
Meskipun ekonomi hijau menawarkan potensi besar, terdapat sejumlah tantangan yang harus dihadapi:
- Ketimpangan Akses Teknologi: Tidak semua negara atau komunitas memiliki akses yang sama terhadap teknologi hijau, sehingga penting untuk menciptakan solusi yang dapat diakses oleh semua kalangan.
- Kurangnya Pembiayaan: Pembiayaan untuk proyek-proyek hijau masih terbatas, terutama di negara berkembang yang membutuhkan dana besar untuk melakukan transformasi.
- Perubahan Kebijakan yang Lambat: Proses perumusan kebijakan yang mendukung ekonomi hijau seringkali terhambat oleh kepentingan politik dan ekonomi yang tidak selaras dengan tujuan keberlanjutan.
5. Kesimpulan
Green economy yang inklusif dan berkelanjutan adalah jawaban atas tantangan besar yang dihadapi dunia saat ini. Dengan strategi yang tepat, seperti investasi dalam energi terbarukan, pemberdayaan masyarakat, penguatan kebijakan, serta pengembangan infrastruktur hijau, kita dapat memastikan bahwa transisi ini membawa manfaat ekonomi yang luas tanpa mengorbankan keberlanjutan lingkungan. Namun, untuk mencapainya, dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk menciptakan masa depan yang lebih hijau dan lebih adil bagi semua.
Referensi:
- UNEP (2011). Towards a Green Economy: Pathways to Sustainable Development and Poverty Eradication. United Nations Environment Programme.
- IRENA (2020). Renewable Energy and Jobs -- Annual Review 2020. International Renewable Energy Agency.
- European Commission (2019). The European Green Deal. European Commission.
- Climate Bonds Initiative (2020). Green Bond Market 2020. Climate Bonds Initiative.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H