Beberapa teori komunikasi dan pemasaran mendukung penggunaan TikTok dalam meningkatkan brand awareness:
1. Theory of Social Influence
Teori ini menyatakan bahwa individu cenderung dipengaruhi oleh orang lain dalam keputusan mereka, terutama dalam konteks sosial. TikTok, dengan fitur interaktifnya, memungkinkan brand untuk memanfaatkan pengaruh sosial secara langsung. Dengan berinteraksi dengan influencer dan audiens, brand dapat memperluas pengaruh mereka dan membangun kepercayaan di antara calon konsumen.
2. The Elaboration Likelihood Model (ELM)
Model ini menjelaskan bagaimana individu memproses informasi yang diterima melalui dua jalur: jalur sentral (dengan pemikiran mendalam) dan jalur periferal (berdasarkan petunjuk atau ketertarikan sejenak). Konten TikTok sering kali mengarah ke jalur periferal, di mana audiens memproses pesan secara cepat berdasarkan ketertarikan visual atau interaksi langsung.Â
Dengan menggunakan TikTok Live, brand dapat menarik perhatian audiens secara langsung dan memotivasi mereka untuk mengambil tindakan lebih lanjut.
3. Uses and Gratifications Theory
Teori ini menyatakan bahwa orang menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan mereka, seperti hiburan, informasi, atau interaksi sosial. TikTok memberikan nilai hiburan yang tinggi, sehingga audiens yang menikmati konten bisa saja tertarik pada produk yang dipromosikan selama live stream.Â
Oleh karena itu, dengan menyediakan konten yang relevan dan menarik, e-commerce bisa memanfaatkan TikTok untuk memenuhi kebutuhan hiburan audiens sambil mempromosikan produk mereka.
Data yang Mendukung Penggunaan TikTok untuk Brand Awareness
Menurut sebuah studi oleh Hootsuite (2023), TikTok kini menjadi salah satu platform media sosial dengan tingkat engagement tertinggi, di mana 50% pengguna TikTok melaporkan bahwa mereka tertarik untuk membeli produk setelah melihatnya di platform tersebut.Â