Mohon tunggu...
Ali Mutaufiq
Ali Mutaufiq Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan

Menulis Artikel kehidupan dan Umum

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Di Antara Harapan dan Ketidakpastian dalam Perspektif Maqashid Syariah

28 November 2024   13:37 Diperbarui: 28 November 2024   13:45 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam perjalanan hidup Ahmad, Maqashid Syariah menjadi landasan yang memberi arah yang jelas.

  1. Menjaga Agama (Hifz ad-Din)

Dalam pandangan Maqashid Syariah, tujuan hidup seorang Muslim pertama-tama adalah untuk menjaga dan memperkuat agama. Ahmad menyadari bahwa tanpa agama, hidupnya akan terasa kosong dan tidak terarah. Dalam setiap langkahnya, dia berusaha untuk tidak hanya mencari kesuksesan dunia, tetapi juga tetap menjaga hubungan yang erat dengan Allah SWT, melakukan ibadah dengan tulus, dan selalu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan-Nya.

" "

"Barangsiapa bertakwa kepada Allah, Dia akan menjadikan jalan keluar baginya." (QS. At-Talaq: 2)

  1. Menjaga Jiwa (Hifz an-Nafs)

Ahmad juga memahami bahwa menjaga jiwa adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupannya. Keinginan untuk sukses memang ada, tetapi bukan dengan cara yang merusak jiwa dan mentalnya. Ketika dia merasa tertekan dan cemas tentang masa depannya, dia selalu mengingat prinsip untuk menjaga keseimbangan dalam hidup. Ia belajar untuk tidak membandingkan dirinya dengan orang lain di media sosial dan menerima dirinya dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

" "

"Tidak ada beban bagi seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."
(QS. Al-Baqarah: 286)

  1. Menjaga Akal (Hifz al-'Aql)

Maqashid Syariah juga mengajarkan pentingnya menjaga akal dan pikiran. Ahmad mulai menyadari bahwa dunia yang penuh dengan distraksi dan informasi yang melimpah tidak boleh membuatnya kehilangan fokus. Oleh karena itu, dia berusaha untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya, tidak hanya dari pendidikan formal tetapi juga dari berbagai sumber yang dapat memberikan wawasan dan pencerahan. Dengan menjaga akalnya, Ahmad merasa lebih bijak dalam membuat keputusan dalam hidupnya.

" "

"Dan katakanlah, 'Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku.'"
(QS. Taha: 114)

  1. Menjaga Keturunan (Hifz an-Nasl)

Keluarga dan keturunan juga menjadi salah satu tujuan yang harus dijaga dalam Maqashid Syariah. Ahmad mulai berpikir tentang masa depannya bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk keluarga yang kelak ia bangun. Ia belajar bahwa kebahagiaan sejati adalah yang bisa dinikmati bersama keluarga, serta memberikan manfaat bagi generasi yang akan datang. Ahmad berusaha untuk membangun karier dengan cara yang halal, agar kelak dapat memberikan contoh yang baik bagi anak cucunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun