Ali Mutaufiq., S.E, M.M., CAIA., CODS
Pendahuluan
Manusia bermuka dua, atau dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah "muka dua" atau "munafiq" (orang yang tidak jujur), adalah seseorang yang menunjukkan dua identitas yang berbeda dalam situasi yang berbeda, yaitu satu identitas yang tampak di luar dan identitas lain yang tersembunyi. Dalam Islam, fenomena ini sangat dikecam, baik dari segi moral, sosial, maupun agama, karena bertentangan dengan prinsip-prinsip kejujuran dan integritas yang sangat dijunjung tinggi dalam ajaran Islam.
Maqashid Syariah, yang berarti tujuan-tujuan utama dari syariat Islam, berfokus pada pelestarian lima hal pokok: agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Dalam perspektif Maqashid Syariah, tindakan bermuka dua atau berlaku munafik jelas bertentangan dengan prinsip-prinsip tersebut, terutama yang berkaitan dengan kejujuran dan keutuhan integritas pribadi.
Pengertian Manusia Bermuka Dua (Munafiq)
Secara terminologis, manusia bermuka dua merujuk pada individu yang memperlihatkan satu sikap atau pendapat di depan orang lain, tetapi memiliki sikap atau pendapat yang berbeda di belakang mereka. Dalam konteks agama Islam, istilah ini lebih merujuk kepada sifat munafik, yang merupakan sifat seseorang yang mengaku beriman tetapi hatinya tidak sesuai dengan perkataan atau perilakunya. Orang yang bermuka dua ini bertindak dengan maksud untuk menipu dan mendapatkan keuntungan dengan cara yang tidak jujur.
Pandangan Islam tentang Manusia Bermuka Dua
Ayat Al-Qur'an tentang Munafik
Dalam Al-Qur'an, Allah SWT dengan tegas mengutuk sifat munafik. Salah satu ayat yang menggambarkan sifat ini adalah sebagai berikut:
"Di antara orang-orang yang ada di sekitar kamu (wahai Muhammad), ada orang-orang yang munafik, dan di antara penduduk Madinah (pun) ada orang-orang yang keras kepala dalam kemunafikan. Kamu tidak mengetahui mereka, tetapi Kami mengetahui mereka." (QS. At-Tawbah: 101)