Mohon tunggu...
Ali Mustahib Elyas
Ali Mustahib Elyas Mohon Tunggu... Guru - Bacalah atas nama Tuhanmu

Pendidikan itu Membebaskan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dilema Pendidikan Indonesia dalam Bayangan Finlandia

4 September 2024   21:18 Diperbarui: 4 September 2024   21:22 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : quipper.com

Hal ini dapat berdampak negatif pada motivasi dan masa depan mereka. Oleh karena itu, diversifikasi jalur pendidikan menjadi sangat penting untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa sesuai dengan minat dan bakat mereka. Dr. Andreas Schleicher, Direktur OECD untuk Pendidikan dan Keterampilan, menekankan bahwa "pendidikan harus memberikan kesempatan yang setara bagi semua siswa untuk sukses, terlepas dari jalur yang mereka pilih."

Sistem Pembelajaran yang Formalistik dan Sarat Beban

Jadwal belajar di Indonesia biasanya sangat padat, dengan siswa mulai belajar lebih pagi dan memiliki jadwal yang padat hingga sore hari. Jam belajar yang panjang ini, ditambah dengan banyaknya tugas dan PR, sering kali membuat siswa merasa lelah dan kurang memiliki waktu untuk aktivitas lainnya.

Hal ini berbanding terbalik dengan Finlandia, di mana siswa memiliki jadwal belajar yang lebih fleksibel dan waktu istirahat yang lebih panjang. Prof. Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, telah mengusulkan bahwa "penyesuaian jadwal belajar yang lebih fleksibel dapat meningkatkan kesejahteraan siswa dan efektivitas pembelajaran."

Di Indonesia, siswa biasanya berganti-ganti guru setiap tahun ajaran. Hal ini dapat mengurangi kontinuitas dalam proses belajar-mengajar. Berbeda dengan Finlandia, di mana siswa diajar oleh guru yang sama selama bertahun-tahun, sistem di Indonesia sering kali tidak memungkinkan terbentuknya hubungan yang mendalam antara guru dan siswa.

Hubungan yang kuat antara guru dan siswa sangat penting untuk memahami kebutuhan belajar individu dan menciptakan lingkungan belajar yang positif. James Comer, seorang psikiater anak dan pendidik, menekankan bahwa "hubungan yang stabil antara guru dan siswa adalah kunci untuk menciptakan iklim belajar yang aman dan mendukung."

Pembelajaran di Indonesia cenderung lebih formal dan ketat, dengan tekanan yang besar pada disiplin dan kepatuhan. Suasana kelas sering kali kaku dan fokus pada pencapaian kurikulum, dengan sedikit ruang untuk kreativitas atau pendekatan pembelajaran yang menyenangkan. 

Hal ini sangat berbeda dengan Finlandia, di mana suasana pembelajaran cenderung lebih santai dan menyenangkan. Prof. Sugata Mitra, seorang pakar pendidikan, menyatakan bahwa "menciptakan lingkungan belajar yang lebih menyenangkan dapat membantu siswa merasa lebih terlibat dan termotivasi dalam proses belajar."

Siswa di Indonesia sering kali dibebani dengan pekerjaan rumah yang banyak, yang memakan waktu berjam-jam setiap harinya. PR yang banyak ini sering kali menambah tekanan pada siswa dan mengurangi waktu mereka untuk istirahat, bermain, atau mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang penting untuk pengembangan diri mereka secara menyeluruh. 

Berbeda dengan Finlandia, di mana siswa hanya memiliki sedikit PR, yang dirancang untuk tidak mengganggu keseimbangan hidup mereka. Alfie Kohn, seorang penulis dan kritikus pendidikan, menyarankan bahwa "pengaturan PR yang lebih seimbang dapat membantu siswa memiliki lebih banyak waktu untuk aktivitas lainnya yang mendukung perkembangan mereka."

Bagaimana Meperbaikinya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun