Mohon tunggu...
Ali Mustahib Elyas
Ali Mustahib Elyas Mohon Tunggu... Guru - Bacalah atas nama Tuhanmu

Pendidikan itu Membebaskan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Negeri Kaya Terseok-seok Hegemoni "Amplop"

28 Juli 2024   12:07 Diperbarui: 28 Juli 2024   12:07 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber gambar : News.detik.com)

Dr. Syafi'i Ma'arif, seorang cendekiawan muslim terkemuka, mengungkapkan bahwa sebagai negara dengan mayoritas muslim dan memiliki kementerian khusus agama, Indonesia seharusnya lebih agamis dan berintegritas. Namun, kenyataannya justru kalah dalam hal tersebut dibandingkan dengan negara-negara yang dikenal lebih liberal atau bahkan komunis.

Bahkan  Muhammad Abduh (1849-1905), seorang cendekiawan asal Mesir sudah sejak lama berkata, "dzahabtu ilaa bilaad al-ghorbi, roaitu al-Islam wa lam aro al-muslimiin. Wa dzahabtu ilaa bilaad al-'arobi, roaitu al-muslimiin, wa lam aro al-Islam". (aku pergi ke negara Barat, aku melihat Islam namun tidak melihat orang muslim. 

Dan aku pergi ke negara Arab, aku melihat orang muslim namun tidak melihat Islam). Abduh mengatakan ini karena selama tinggal di Perancis ia melihat negara ini lebih bersih, rapi, dan disiplin. Berbeda dengan keadaan negeri kelahirannya, Mesir.  Ini menimbulkan pertanyaan besar tentang seberapa efektif nilai-nilai agama diajarkan dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari di negeri-negeri dengan penduduk mayoritas muslim, termasuk Indonesia.

Ironi ini semakin tampak jelas ketika melihat bahwa korupsi di Indonesia telah menjadi kanker bangsa dengan stadium akhir. Dari "kepala" hingga "ujung kaki", dari nilai yang fantastis hingga recehan dalam "amplop-amplop" kecil, korupsi merajalela di berbagai tingkat pemerintahan dan masyarakat. Korupsi tidak hanya menghambat pembangunan tetapi juga merusak moral dan integritas bangsa. Kondisi ini menciptakan siklus yang sulit diputus, di mana korupsi menyebabkan kemiskinan, dan kemiskinan pada gilirannya memicu lebih banyak korupsi.

Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan kembali pada jati diri bangsa yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kepemimpinan yang kuat, amanah, dan berintegritas adalah kunci utama dalam mewujudkan solusi tersebut. Pemberantasan korupsi harus menjadi prioritas utama. 

Seperti yang diungkapkan oleh Dr. Todung Mulya Lubis, seorang pakar hukum dan aktivis anti-korupsi, tidak ada jalan lain selain memerangi korupsi dengan tegas dan tanpa pandang bulu. Reformasi hukum dan penguatan institusi penegak hukum adalah langkah penting untuk menuju Indonesia yang lebih baik.

Dengan kepemimpinan yang kuat dan komitmen untuk memberantas korupsi, Indonesia dapat memanfaatkan potensi besar yang dimilikinya untuk mencapai kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh rakyatnya. Inilah tantangan besar bagi bangsa ini, namun juga peluang emas untuk membuktikan bahwa Indonesia bisa bangkit dan bersaing dengan negara-negara lain di kancah global. 

Tantangan ini tidak hanya memerlukan keberanian dan ketegasan dari pemerintah tetapi juga partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam melawan praktik korupsi.

Jika kita bisa bersama-sama melawan korupsi dan menguatkan integritas serta moral bangsa, maka Indonesia memiliki peluang besar untuk bangkit dari keterpurukan. Ini adalah tugas besar namun bukan tidak mungkin untuk dilakukan. Kita harus optimis bahwa dengan usaha bersama, Indonesia bisa mencapai cita-cita sebagai negara yang sejahtera, adil, dan makmur sesuai dengan yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun