Aku melihat,
Orang-orang ramai pulang kampung,
Kampung halaman tercinta,
Mudik lebaran idul fitri.
Ada yang berangkat sendiri,
Ada yang berangkat ramai-ramai.
Yang dekat kampungnya dan satu daratan naik sepeda motor,
Yang jauh kampungnya dan satu daratan,
;naik mobil, bus, kereta api atau dengan transportasi lainnya,
Yang jauh kampungnya dan lintas pulau,
; naik perahu, kapal, atau pesawat.
Mereka begitu antusias,
Dengan hajatan tahunan ini,
Pulang kampung atau mudik,
Seolah tak hanya sekadar rutinitas diri,
Tetapi nutrisi bagi kekerabatan.
Bertemu saudara
Silaturahmi keluarga
Sungkeman ayah dan bunda
Adalah rutinitas ritual dan nutrisi bagi jiwa
Yang mengagungkan keramahtamahan.
Lalu Aku bertanya kepada diri
Mengapa tak pulang kampung?
Bukannya tak punya saudara
Tidak karena hilangnya keluarga
Bukan tak punya hasrat untuk bersua
Bukan juga tak mau menyambung ukhuwah
Tapi karena tak ada lagi tempat yang paling aku sakralkan
Untuk bersimpuh di bawah kakinya
Sejak Ayah dan ibu telah pergi meninggalkan bumi yang fana
Seolah separuh halaman dikampungku telah tiada.
Balikpapan, 10 Maret 2024
Ali Musri Syam Puang Antong
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H