Kidung Asmara
/1/
Sebelum gempa terjadi, getaran bumi menjadi penanda
Setiap kapal berlayar, getaran mengitari sekelilingnya
Setiap udara berhembus, alam bergetar meresapi maknanya
Seperti itulah diriku, kekasih
Setiap bersua denganmu, betapa jantungku bergetar hebat tiap detik
/2/
Perihal udara, setiap yang hidup membutuhkan
Manusia, hewan, tumbuhan; tanpanya, tak mampu melanjutkan kehidupan
Setiap yang bernyawa memastikan ketersediaan
Kekasih, begitulah dirimu
Adalah udara bagi tiap hela nafasku
/3/
Perihal langit, adalah atap bagi segenap alam
Yang hidup maupun mati; di bawah perlindungan
Segala yang ada di kolongnya, menikmati curahan
Kekasih, demikianlah dirimu
Adalah rabung bagi rumahku
/4/
Perihal air, ialah sumber bagi segala kehidupan
Semua makhluk membutuhkan
Tak ada satupun penghuni bumi tak mengindahkan
Kekasih, khatamlah dirimu
Jika kasihmu tak tercurah, adalah takdir kehausan bagi diriku
Balikpapan, 15.08.2021
Ali Musri Syam Puang Antong
Baca Juga Puisi Sebelumnya: Sajak Futur
https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/6116bd256e7f010c8e059802/puisi-sajak-futur
Puisi Pilihan: Belum Mampu
https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/611281d406310e5f6c02c893/puisi-belum-mampu
Puisi Pilihan Lainnya: Merdeka yang Dipertanyakan
https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/61076c1dc0cfa175137827b2/puisi-merdeka-yang-di-pertanyakan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H