Mohon tunggu...
Ali Musri Syam
Ali Musri Syam Mohon Tunggu... Sekretaris - Belajar Menulis

Pekerja, menyukai sastra khususnya puisi, olahraga khususnya sepakbola, sosial politik. Karena Menulis adalah cara paripurna mengeja zaman, menulis adalah jalan setapak menjejalkan dan menjejakkan kaki dalam rautan sejarah, menulis menisbahkan diri bagi peradaban dan keberadaban. (Bulukumba, Makassar, Balikpapan, Penajam Paser Utara) https://www.facebook.com/alimusrisyam https://www.instagram.com/alimusrisyam/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Surat untuk Ibu #2

9 Mei 2021   23:20 Diperbarui: 10 Mei 2021   03:01 1794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surat Untuk Ibu #2 (Dokpri @AMS99)

Kepada Ibuku Tersayang

Di

Kampung Halaman

Melalui surat ini kusampaikan kepadamu dengan penuh rasa rindu dan sejuta penyesalan, kalau lebaran tahun ini aku belum bisa pulang kampung. Aku sadar jika ini sudah lebaran kedua dan aku belum mampu menemuimu. Meluahkan segala rasa rindu yang telah berkecamuk di dada.

Ibu tahu kan, aku tak berdaya dengan keadaan ini, Pemerintah resmi melarang mudik Lebaran 2021 untuk mencegah meningkatnya virus corona Covid-19 di masyarakat. Saya tak punya pilihan lain untuk mengurungkan niat pulang kampung dan tetap bertahan di tanah rantau. Ibu tahu juga kan sebagai abdi bangsa, kuli negara mesti harus patuh dan taat kepada pemimpinnya, serta harus menjadi teladan bagi masyarakat lainnya.

Ibu sebagai ungkapan rasa dan permohonan maaf anakmu, kusampaikan sebuah syair kerinduan untukmu.

***

Telah pun berganti tahun
Musim juga demikian
Menyemarakkan dirinya tertanam
Setelah pancaroba dalam dua zaman
Aku masih disini tertahan

Kupejamkan mata rapat-rapat
Agar pandanganku berubah pekat
Kudiamkan barang sejenak
Berharap di pelupuk rindu kau nampak mendekat
Meski lamat-lamat

Ibu…
Tahukah dirimu
Saat aku menulis surat ini untukmu
Aku begitu rapuh
Mengingatmu adalah puncak paling rindu

Ibu…
Waktu telah membuat kita kian lampau
Kau tetap di tempatmu utuh
Tak bergeming walau sedikit pun
Akulah yang pergi melangkah jauh

Ibu…
Dalam ramai aku melihatmu
Pada wajah-wajah perempuan tangguh
Lalu lalang di jalan berbatu dan berliku
Demi anaknya yang seperti tak tahu malu

Ibu…
Dalam sepi aku merapalmu
Senantiasa terkenang wajahmu
Hanya bisa menerawang keriput kulitmu
Aku diam dan gagu

Ibu…
Aku sangat tahu
Betapa doa-doamu melangit tak kenal waktu
Pagi, siang, petang, malam hingga subuh
Tak pernah sedikitpun asamu meluruh

Ibu…
Aku tak bisa lagi menemuimu
Bahkan ini untuk ketiga kali aku berjanji padamu
Corona ini masih mengganggu
Menghalangi langkah kakiku

Ibu…
Kali ini tahun kedua tanpa ayah disisimu
Aku pun tak mampu menemanimu
Betapa hinanya diriku
Seperti terhinanya corona itu

Ibu…
Aku titip salam cinta dan rindu untukmu
Juga untuk kedua saudaraku
Yang masih setia tak mau menjauh darimu
Pun kepada keluarga, kerabat, handaitaulan seluruh

Ibu…
Aku berdoa dengan tengadah paling khusyuk
Izinkan aku mencium tangan, wajah dan kakimu
Tahun depan aku mengunjungimu
Semoga sehat selalu, panjang umur

*Catatan akhir:

Pada lebaran tahun 2020, saya berjanji akan kembali kekampung untuk lebaran bersama ibu, tapi awal pandemi covid-19, memaksa saya terlockdown di tanah rantau, Kota Balikpapan.

Foto terakhir alm. ayah dan ibu saat lebaran tahun 2019 (Dokpri @AMS99)
Foto terakhir alm. ayah dan ibu saat lebaran tahun 2019 (Dokpri @AMS99)
Sejatinya saya sempat kembali pada tanggal 11 April 2020, saat ayah meninggal. Tapi harus kembali ke Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara tanggal 19 April 2020 karena ada pekerjaan/ dinas yang harus di selesaikan.

Saya berniat untuk kembali lagi ke kampung pada saat menjelang hari lebaran, namun saat itu larangan mudik juga berlaku. Akhirnya saya tidak jadi pulang kampung.

Saat itu saya membuat puisi:

Surat Untuk Ibu #1

https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/5ec8f608d541df3bbc072eb9/surat-buat-ibu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun