Seiring berjalannya waktu, setelah mengajarkan banyak hal. Orang tua saya membiasakan membangun pola komunikasi yang efektif. Mereka memantau perkembangan pengetahuan agama saya secara tidak formal dan tidak kaku.
Baca Juga: Dari Al Baqarah 183, Bukhari Muslim hingga Kutipan "Janda" Zainuddin MZ: Kisah Klasik Ramadan
Dalam waktu-waktu tertentu ketika sedang santai atau sambil bermain di rumah. Mereka memberi pertanyaan-pertanyaan seputar ilmu agama dan membenarkan bacaan-bacaan ayat suci Al quran yang saya lantunkan.
Situasi ini memberi kesan suasana yang cair, tidak menoton dan membosankan buat saya. Menyenangkan sekaligus dapat menyerap ilmunya dengan mudah.
Memberi Penghargaan (Reward)
Salah satu hal pemicu atau motivasi dalam melaksanakan pengajaran orang tua saya dulu adalah mereka sering memberi hadiah, ketika melaksanakan suatu hal, baik tentang ibadah maupun tentang pelajaran sekolah. Hadiahnya kadang berupa: makanan kesukaan, pakaian, mainan, ajakan berkunjung atau jalan-jalan ke kota dan lain-lain.
Baca Juga: Olahraga Ringan di Bulan Ramadan? "Joging" Pilihannya: Mudah, Praktis dan Maksimal Manfaatnya
Meski hadiahnya kecil, namun sangat berarti dan menyenangkan buat saya. Tetapi pada saat memberikan hadiah, mereka menjelaskan, jika ini hanya hadiah kecil, akan tersedia hadiah besar dari Tuhan, mereka menyebutnya tabungan akhirat.
Kata mereka, tabungan akhirat itu dapat mengabulkan segala permintaan. Kalimat itu begitu masih membekas dalam ingatan saya hingga kini.
Itulah empat hal pokok warisan orang tua yang menjadi renungan batin dalam mengajarkan anak ibadah di bulan ramadan.
Sebagai kelanjutan proses siklus anak menjadi orang tua. Hal tersebut pelan-pelan juga saya terapkan kepada anak-anak saat sekarang ini. Semoga saja bisa bermanfaat dan membuakan hasil positif.
“Siapa yang dengan keikhlasan dan ketulusan menabur benih yang baik, memelihara dan merawat dengan baik, akan menuai (memanen) buah yang baik pula”