Panggilan Bangun Sahur
Momen yang saya paling saya ingat saat itu adalah setiap hari mulai sekira pukul 02.30, kita dibangunkan oleh panggilan dari pengeras suara di musala “Toa” (Saya menghindari pemakaian kata ini, karena merupakan merek).
Ditambah suara orang-orang yang berkelililing kampung dengan membawa aneka benda yang bisa mengeluarkan suara atau bunyi-bunyian, seperti: panci, periuk, ember, baskom, pentungan dan lainnya.
Selain itu di saat bersamaan ada pula yang membangunkan dengan memakai mercon atau Meriam bambu. Maka lengkaplah beragam cara beserta aksesoris dalam rangka membangunkan sahur dikampung saya.
Saat itu seingat saya, tidak ada warga yang merasa keberatan dengan tradisi itu, malah mereka senang karena bisa bangun lebih awal. Berbeda dengan sekarang, di beberapa tempat terjadi kontroversi terhadap adanya suara-suara membangunkan sahur.
Di tahun pertama saya berpuasa belum ikut warga dan teman-teman untuk keliling kampung membangunkan sahur. Setelah tahun kedua dan seterusnya, saya sudah ikut dan betapa menikmati keadaan saat itu.
Tersedianya Menu Makanan
Dengan adanya kegiatan membangunkan sahur, ibu tidak pernah telat menyediakan hidangan sahur. Bangun pukul 02.30 dan menyiapkan makanan, biasanya Pukul 03.00 aneka makanan sudah tersedia di meja. Kami sekeluarga makan bersama.
Semua makanan yang disuguhkan ibu terasa enak dan istimewa. Kita semua bisa makan sampai terasa kenyang, hal yang saat sekarang ini jarang terjadi jika kita makan sahur. Saya berpikir saat ini mungkin karena makanan yang disajikan ibu sata itu adalah khas makanan kampung yang alami.
Setelah Makan Sahur