Perempuan yang Kupanggil Kirana
Nyaris tiga belas tahun sejak perjumpaan kali pertama, Kini kita berteman, bersahabat dan menyatu dalam cinta, tentang cinta sepasang kekasih, cinta dua orang dewasa, cinta kebebasan, cinta kesetaraan, cinta hakikat, cinta karena Engkau istimewa, cinta karena Aku memaksa.
Permulaan keakraban itu terjalin, tatkala Engkau merayakan hari lahir, Aku datang tanpa hadiah, tanpa bunga, tanpa lilin. Aku datang hanya dengan sebuah senyuman, sebait diksi puisi kampungan dan sebuah ucapan singkat "Selamat Ulang Tahun, Semoga Kebaikan dan Keberkahan Hidup Tercurah Padamu, wahai pemilik wajah ayu kemerah-merahan”,
Aku tahu Aku tak pantas untukmu, Engkau bahkan begitu istimewa di mata para lelaki, kecantikan wajah, kelembutan tutur sapa mampu meredupkan senja, Bahkan perempuan-perempuan dengan gamblang menyatakan keirian dan kecemburuannya, tak mampu bersanding denganmu dalam tataran jelita dan tutur kata.
Segala yang ada pada dirimu adalah ketulusan, tanpa citra, tanpa rekayasa, kemilau pesonamu adalah keluhuran kalbu, Engkau perempuan paling masyhur dalam pandangan maskulinku, Engkau pemilik ketabahan paripurna, kesabaran tiada batas, Engkau terjajah oleh keadaan, namun setia pada penerimaan.
Engkau kukenal sebagai sosok ideal bagi perjalanan cinta sang lelaki pilihan, tak seperti diriku, sekuat apapun tak mampu memantaskan diri. kemurahan hatimu tak terkira; empati, simpati pada setiap yang lemah, peduli bagi setiap yang menderita, ringan tangan bagi siapa saja yang membutuhkan. Engkaulah Kirana yang ku kenal pada sebuah senja dan hendak kurengkuh menikmati senja-senja bersama berikutnya.
Balikpapan, 8 Maret 2021
Ali Musri Syam Puang Antong
Baca Juga Puisi Lainnya:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H