Sejauh pandangan
Semungkin pikiran berkelindan
Matahari menampakkan wajah biru
Awan putih menyeruak tak menentu
Nyala meredup pada rumah-rumah orang
Nyala terang di rumah Tuhan
Tak ada yang lebih mengerti dari waktu-waktu berlalu
Selain dari padanya adalah takdir dan kanun
Sebagian telah sempurna menjamu malam
Sebagian lain masih lalu lalang
Harapan untuk sementara saja
Hakikat adalah penghujung cinta-Nya
Kelap-kelip lampu nun jauh disana
Nampak keruh menggenangi suasana
Samar-samar kota menjarah dirinya
Penghuni lupa bagaimana menyiasatinya
Bahkan Aku di atas bukit
Lebih tinggi dari menara masjid
Melihat batas-batas luas
terpana menjejal makna
Ilmu tak membekas
Pada hati yang buas
Kedalaman taat memantaskan asas
Sejati cinta mengakhirkan; celaka, prahara, bengis
Waktu sebelum isya
Masa terpendek menjeguk rukuk, mencium sujud
Kedangkalan Iman, melalaikan
Bersuci pun tak lekas-lekas
Balikpapan, 22 Februari 2021
Ali Musri Syam Puang Antong
Baca Juga:
Puisi Sebelumnya : Inspirasi Pagi di Pelabuhan Kecil. Â
Puisi Pilihan :Â Perahuku Tak Sampai ke Samudera.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H