Mohon tunggu...
Ali Mursyid
Ali Mursyid Mohon Tunggu... Guru - Guru di MTs Muslimin Bojongpicung | Awardee LPDP-BIB Kemenag

Pemilik Website Bahasa Arab Madrasah (MI Arabic, MTs Arabic, MA Arabic) | Talk Less Do More

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tinjauan Sejarah Pembelajaran Kolaboratif dan Pembelajaran Kooperatif

9 Agustus 2024   15:45 Diperbarui: 9 Agustus 2024   15:47 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tinjauan Historis Pembelajaran Kolaboratif dan Pembelajaran Kooperatif

Artikel ini mengeksplorasi hubungan yang kompleks antara pembelajaran kolaboratif dan pembelajaran kooperatif, dengan mencatat bahwa definisi dan penerapan kedua konsep ini sering kali tumpang tindih, yang mengakibatkan kebingungan dalam penggunaannya. Artikel ini bertujuan untuk memberikan gambaran historis dari kedua pendekatan ini, melacak asal-usul, perkembangan, serta munculnya Computer-Supported Collaborative Learning (CSCL) selama lima dekade terakhir.

Definisi dan Karakteristik

Pembelajaran kolaboratif ditandai oleh struktur yang lebih longgar, dengan fokus pada konstruksi sosial pengetahuan dan keterlibatan antarteman sebaya. Sebaliknya, pembelajaran kooperatif memiliki struktur yang lebih terorganisir, dengan penekanan pada saling ketergantungan dan pencapaian tujuan belajar yang spesifik. Artikel ini menyoroti bahwa pembelajaran kolaboratif berakar pada teori konstruktivis, sementara pembelajaran kooperatif didasarkan pada teori saling ketergantungan sosial dan behaviorisme. Meskipun ada perbedaan tersebut, kedua pendekatan ini berbagi asumsi teoretis yang sama mengenai pembelajaran sebagai proses yang aktif, sosial, dan bergantung pada konteks.

Perkembangan Awal pada tahun 1960 dan 1970-an

Pada tahun 1960-an dan 1970-an, banyak pendidik sudah mulai mempraktikkan pedagogi kelompok kecil meskipun tidak secara formal menyebutnya sebagai pembelajaran kolaboratif atau kooperatif. Laboratorium Kurikulum di University of London memainkan peran penting dalam mempromosikan pembelajaran kolaboratif, dengan tujuan menumbuhkan demokrasi dalam pendidikan. Kenneth A. Bruffe menjadi tokoh kunci di Amerika Serikat dengan mengadaptasi konsep pembelajaran kolaboratif untuk mengatasi tantangan dalam lingkungan kelas yang beragam.

Pembelajaran Kooperatif Tanpa Nama

Istilah "pembelajaran kooperatif" mulai dikenal luas pada 1980-an, dengan praktik sebelumnya sering disebut sebagai "pembelajaran kelompok kecil." Metode perintis seperti teknik puzzle dikembangkan untuk menangani masalah sosial dalam pendidikan, dengan menekankan pentingnya saling ketergantungan positif di antara siswa. Johnson bersaudara kemudian mengembangkan kerangka teoretis untuk pembelajaran kooperatif, dengan fokus pada saling ketergantungan sosial dan validasi empiris atas metode mereka.

Perkembangan pada tahun 1980 dan 1990-an

Pada tahun 1980-an dan 1990-an, pembelajaran kooperatif mendapatkan penerimaan yang luas dan dukungan penelitian yang signifikan, sementara pembelajaran kolaboratif mulai memantapkan praktiknya. Pertengahan 1990-an menandai konvergensi kedua pendekatan ini, dengan para sarjana mengakui kesamaan mereka dan bekerja sama untuk menjembatani kesenjangan. Desain instruksional dan teknologi juga mulai mengadopsi pembelajaran kolaboratif sebagai paradigma penelitian yang penting.

Menuju Teori Pembelajaran Kolaboratif

Kenneth A. Bruffe memperkenalkan teori konstruksionis sosial, dengan menyatakan bahwa pengetahuan adalah artefak sosial yang dikembangkan melalui interaksi dalam komunitas. Pembelajaran kolaboratif menantang peran otoritas tradisional dalam pendidikan, mempromosikan model berbagi pengetahuan yang lebih terdistribusi di antara teman sebaya. Namun, meskipun kaya secara teoretis, pembelajaran kolaboratif masih kurang memiliki penelitian berbasis bukti yang luas, seringkali mengandalkan studi pembelajaran kooperatif untuk validasi.

Pembelajaran Kooperatif dengan Dukungan Penelitian

Pada tahun 1980-an dan 1990-an, terjadi lonjakan penelitian kuantitatif yang memvalidasi efektivitas pembelajaran kooperatif di berbagai konteks pendidikan. Meta-analisis menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi akademik, pemikiran kritis, dan keterampilan interpersonal siswa dibandingkan dengan pembelajaran kompetitif atau individualistis. Penelitian ini menekankan pentingnya penghargaan kelompok dan akuntabilitas individu dalam menciptakan lingkungan belajar kooperatif yang berhasil.

Teknologi dan Pembelajaran Kolaboratif/Kooperatif

Akhir 1980-an menandai dimulainya penelitian tentang pembelajaran kooperatif berbantuan komputer, yang menunjukkan pentingnya strategi instruksional yang efektif di samping teknologi. Munculnya Computer-Supported Collaborative Learning (CSCL) pada tahun 1989 mengintegrasikan prinsip-prinsip pembelajaran kolaboratif dengan kemajuan teknologi. Penelitian CSCL menekankan perlunya menyeimbangkan interaksi yang terstruktur dengan fleksibilitas pembelajaran kolaboratif untuk meningkatkan pengalaman pendidikan.

Evolusi CSCL di Abad ke-21

CSCL telah mengalami perkembangan signifikan namun tetap menjadi bidang yang berkembang tanpa kerangka teoretis yang terpadu. Tren penelitian saat ini berfokus pada pengembangan skrip kolaborasi yang bertujuan untuk memfasilitasi interaksi produktif dan meningkatkan akuisisi pengetahuan di kalangan siswa. Meskipun ada temuan positif, tantangan tetap ada dalam merancang lingkungan CSCL yang efektif yang sesuai dengan tujuan pendidikan dan mendukung interaksi yang bermakna.

Empat Paradigma Penelitian

Artikel ini juga mengklasifikasikan penelitian tentang pembelajaran kolaboratif dan kooperatif ke dalam empat paradigma: "efek," "kondisi," "interaksi," dan "desain," masing-masing didasarkan pada perspektif teoretis yang berbeda. Paradigma ini membantu memperjelas mekanisme dan hasil dari pembelajaran kolaboratif, dengan menekankan perlunya pemahaman yang komprehensif mengenai interaksi mereka. Klasifikasi ini menggarisbawahi bahwa tidak ada paradigma tunggal yang paling unggul; semuanya penting untuk memajukan penelitian di bidang ini

Implikasi Empat Paradigma dalam Pembelajaran Kolaboratif dan Kooperatif

Memahami Hasil Belajar: Paradigma "efek" berfokus pada evaluasi efektivitas pembelajaran kolaboratif dibandingkan dengan pembelajaran individu. Paradigma ini memiliki implikasi penting bagi pendidik dalam menentukan strategi instruksional yang dapat meningkatkan prestasi siswa dan pemikiran kritis. Hasil penelitian dalam paradigma ini dapat membantu dalam merancang lingkungan belajar yang dapat memaksimalkan pencapaian hasil positif bagi siswa.

Mengidentifikasi Kondisi untuk Sukses: Paradigma "kondisi" menyoroti pentingnya kondisi-kondisi tertentu yang dapat mendukung keberhasilan pembelajaran kolaboratif. Faktor-faktor seperti komposisi kelompok, struktur penghargaan, dan tingkat akuntabilitas menjadi kunci dalam menciptakan kondisi pembelajaran yang optimal. Pendidik dapat memanfaatkan pengetahuan ini untuk merancang lingkungan belajar yang mendorong keterlibatan dan produktivitas siswa secara maksimal.

Membina Interaksi: Paradigma "interaksi" menekankan bahwa kualitas interaksi antar siswa sangat penting dalam pembelajaran kolaboratif yang efektif. Paradigma ini menggarisbawahi bahwa keberhasilan dalam pembelajaran kolaboratif sangat bergantung pada dinamika kelompok yang produktif. Oleh karena itu, pendidik perlu fokus pada interaksi mikro dalam kelompok, yang pada akhirnya dapat memperdalam pemahaman dan meningkatkan konstruksi pengetahuan di antara siswa.

Merancang Lingkungan Belajar Efektif: Paradigma "desain," terutama dalam konteks Pembelajaran Kolaboratif yang Didukung Komputer (CSCL), menekankan perlunya perencanaan yang cermat dalam merancang aktivitas pembelajaran. Paradigma ini menunjukkan pentingnya integrasi teknologi dalam pendidikan, dengan memastikan bahwa alat-alat digital mendukung, dan tidak menghambat, proses kolaboratif. Ini mendorong peneliti dan praktisi untuk mengembangkan kerangka kerja yang memfasilitasi kolaborasi yang bermakna melalui penggunaan teknologi.

Pendekatan Holistik terhadap Penelitian: Pengelompokan empat paradigma ini menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam penelitian tentang pembelajaran kolaboratif dan kooperatif. Masing-masing paradigma menawarkan wawasan unik, dan pemahaman terhadap interaksi antara paradigma tersebut dapat menghasilkan strategi pendidikan yang lebih komprehensif. Perspektif ini mendorong penelitian dan kolaborasi yang berkelanjutan di antara para akademisi untuk memajukan bidang ini.

Memandu Penelitian Masa Depan: Implikasi dari paradigma-paradigma ini juga relevan untuk penelitian di masa depan. Dengan memahami kelebihan dan keterbatasan masing-masing paradigma, peneliti dapat merancang studi yang menutup kesenjangan dalam pengetahuan dan mengeksplorasi dimensi baru dalam pembelajaran kolaboratif. Pendekatan ini dapat mengarah pada praktik inovatif dan peningkatan hasil pendidikan secara keseluruhan.

Secara keseluruhan, keempat paradigma ini memberikan kerangka kerja yang kuat untuk memahami kompleksitas pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, sekaligus membimbing pendidik dan peneliti dalam upaya mereka untuk meningkatkan pengalaman dan hasil belajar siswa.

Kesimpulan

Pembelajaran kolaboratif dan kooperatif mulai berkembang secara independen pada tahun 1960-an dan 1970-an, dengan perkembangan signifikan pada dekade berikutnya yang mengarah pada pengakuan yang lebih besar terhadap keterkaitan mereka. Pemahaman konteks sejarah ini membantu praktisi dalam membuat keputusan yang berdasarkan informasi mengenai strategi pedagogis yang paling sesuai dengan situasi pembelajaran tertentu. Memahami empat paradigma penelitian yang ada memberikan kerangka kerja yang berguna untuk studi dan penerapan masa depan dalam pembelajaran kolaboratif dan kooperatif.

Sumber:

Diadaptasi dari (Xigui Yang, A Historical Review of Collaborative Learning and Cooperative Learning)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun