Mohon tunggu...
Mukti Ali Bin Syamsuddin Ali
Mukti Ali Bin Syamsuddin Ali Mohon Tunggu... Konsultan - Trainer di OPP

Suaminya Novi, ayahnya Sheikha, domisili di kampung tengah, dekat kampung monyet, Jakarta Timur.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dua Wajah Kota Bandung

24 April 2015   01:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:44 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_412248" align="aligncenter" width="580" caption="Kompas"][/caption]

Sebelum nguli di gurun saya sempat tinggal di Bandung, saya tinggal di kota kembang ini sejak tahun 1990, sempat belajar di sebuah sekolah pariwisata  di sana, sempat menjadi remaja masjid, sempat juga berprofesi sebagai penjual miras di salah satu tempat dugem paling ngetop di Bandung, sempat kerja di beberapa hotel, mulai dari hotel imut sampai hotel berbintang, pernah jadi room service Waiter, itu tuh yang nganterin makanan dan minuman ke kamar, sempat jadi tukang jus, jus saya dulu kesukaan yang punyanya hotel, kalo dia maen ke hotel pasti pesen jus buatan saya.

Dari pengalaman saya tinggal di Bandung, saya merasakan kota ini memang punya dua wajah, wajah pertama adalah wajah kesalihan sedang wajah kedua adalah wajah ''Malamnya'' kota Bandung, di sini Bandung menawarkan berbagai kenikmatan Saitoni mulai dari miras sampai hangatnya selangkangan perempuan.

Wajah Salih di Bandung dapat kita temui di seputaran Geger Kalong Girang, di sana ada pesantren Daarut Tauhid yang di asuh oleh AA Gym, di pesantren in setiap ahad pagi dan malam Jum'at selalu ramai dengan jamaah, di sana mereka mendengar Taushiah AA Gym lalu di lanjutkan dengan doa bersama. Tidak sedikit yang berurai air mata ketika acara doa bersama.

Turun sedikit dari Geger Kalong Girang ada Geger Kalong Hilir, tepatnya di Telkom ada pengajian Ustadz Aam, beliau ini ustadz Persis ( Persatuan Islam) menyandang gelar doktor, isi ceramahnya selalu aktual, menguasai berbagai ilmu klasik Islam juga faham bener dengan isu-isu kekinian. Cocok deh dengan anak-anak muda yang lagi haus dengan khazanah ilmu-ilmu Islam.

Dari Geger Kalong Hilir anda bisa terus saja berjalan nanti anda akan sampai di kawasan Sarijadi, paling tidak ada dua pesantren di sini, seingat saya setiap malam kamis ada pengajian untuk umum di pesantren Al-Barokah asuhan ajengan Mumuk, beliau adalah murid dari  wak Khoer, Tasik, jadi sebenarnya masih satu ''perguruan' dengan Aa Gym. Uniknya kalo di pesantren Daarut Tauhid kagak boleh merokok maka di pesantren Al- Barokah kita boleh merokok, malah sambil dengerin ceramah kita juga bisa merokok.

Di kawasan Buah Batu ada pengajian pak Athian Ali, belum lagi di tempat lain, di masjid Agung Bandung, Masjid Raya Cipaganti, Masjid Persis deket BNI, semuanya ngadain pengajian, belum termasuk kajian-kajian khusus di Masjid Salman ITB. dari sini kita melihat bahwa di Bandung, enggak sulit-suit banget buat cari tempat pengajian. Ada wajah kesalihan terpancar. Bandung memang kota yang dapat membuat kita menjadi taat.

Lantas bagaimana dengan wajah ''malam'' kota Bandung?

Em, ini beda lagi, di kota ini dengan bermodalkan uang, kita bisa dapetin apa aja yang kita mau, tempat-tempat karaoke yang menawarkan miras ada, tempat-tempat panti pijat yang menawarkan kehangatan juga ada, tempat-tempat jual miras tersebar hampir merata di kota Bandung.

Saya mulai dari kawasan atas saja, Setia Budhi atas itu ada terminal, namanya terminal Ledeng, di depan terminal itu ada jalan namanya Sersan Bajuri, dari sana anda bisa naek ojek menuju Fame Station, ini nama diskotik yang lumayan beken di Bandung.

Apa yang di jual di Fame Station?, apalagi kalo bukan Miras?, mereka punya minuman yang namanya Tyson, campuran dari berbagai miras, mengapa namanya Tyson?, karena kalo anda minum Tyson, di jamin anda bakal ''KO''. Mereka juga jual Long Island, minuman favorit para ahli dugem.

Turun dikit dari Setia Budi ada Ciwalk, nama Mal ini, tapi tidak hanya mal, di Ciwalk juga ada diskotik, dulu, warga sekitar Ciwalk sempat protes karena bising suara dentuman Diskotik, pihak diskotik bergerak cepat, dengan '' fulus'' mereka menyogok warga agar tidak protes. Sejak itu diam deh  warga. Malah kalo ada warga yang mau maen ke diskotik, mereka kagak usah  bayar. Keren banget kan?

Dari jalan Cihampelas anda bisa melanjutkan perjalanan ke daerah Sudirman, ini kalo anda pecinta musik dangdut, di jalan Sudirman ada sebuah tempat hiburan malam yang khusus membawakan lagu-lagu dangdut, tidak jauh dengan tempat hiburan malam lain, tempat ini juga jualam miras.

Di sekitaran jalan Pasir Kaliki kita juga dapat menemukan tempat hiburan malam lainnya, sebagai mantan ''penjual miras'' saya tahu kalo setiap malam minggu, puluhan botol miras laku terjual. Malam minggu adalah malam ''panen'' bagi tempat-tempat hiburan malam di Bandung.

Di malam Minggu Bandung di serbu orang Jakarta, mereka memadati tempat-tempat hiburan, pulang dari dugem mereka mabok, kalo udah mabok, ngapai lagi, maen kelereng? kagaklah, mereka cari cewek bos....

Saritem memang sudah di tutup, tapi jaringan prostitusi tetep ada di Bandung, terbukti, baru-baru ini di gerbek sebuah rumah kos-kosan yang berfungsi menjadi tempat jualan ''paha dan dada''. di mana rumah kos-kosan itu?, di sekitar jalan Dewi Sartika.

Waktu saritem tutup, saya masih kerja di sebuah hotel berbintang di Bandung, tiap malam ada cewek yang sama datang ke cafe hotel, ternyata dia ''mantan'' penghuni Saritem...

Ketika malam minggu orang-orang berpeluh dan berpenuh-penuh di tempat dugem, ahad paginya di pesantren Daarut Tauhid, AA Gym berkisah tentang Allah yang maha penerima Tobat..

Itulah Bandung, yang punya dua wajah, satu wajah Salih, kedua wajah Saitoni.

Dubai bertepatan dengan malam Jum'at.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun