Mohon tunggu...
AL IMRON
AL IMRON Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis dengan hati

alimron91.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Efisiensi Biaya Logistik Nasional dengan National Logistic Ecosystem

16 Desember 2020   13:53 Diperbarui: 16 Desember 2020   14:08 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Koleksi pribadi 2015

Letak geografis indonesia ditengah-tengah dua samudera yaitu, samudera Hindia dan Samudera Pasifik menjadikan indonesia sebagai negera maritim. Jumlah wilayah teritorial laut indonesia lebih luas daripada jumlah wilayah teritorial darat serta memiliki jumlah pulau ribuan, menjadi nilai tambah untuk menjadi poros maritim dunia.

Cita-cita menjadi poros maritim dunia bukan hal yang mudah untuk diwujudkan, karena masih banyak hal-hal yang harus diperbaiki terkait sistem logistik nasional. Berbicara sistem logistik, menurut Bank Dunia (World Bank) dengan program Logistic Performance Indeks (LPI) pada tahun 2018. Indonesia berada diperingkat 46 dari 160 negara yang tergabung dengan LPI. Namun, indonesia masih kalah dengan negara-negara ASEAN yaitu, Malaysia diperingkat 41, Vietnam diperingkat 39, Thailand diperingkat 32, dan Singapura diperingkat 7. Logistic Performance Indeks (LPI) memiliki beberapa indikator penilaian yaitu :

1. Bea dan Cukai

2. Infrastruktur

3. Pengiriman Internasional

4. Kompetisi Logistik

5. Pelacakan dan Penelusuran

6. Ketepatan Waktu

Dari ke-enam indikator tersebut, indonesia masih belum memiliki sistem logistik yang efesien dibandingkan dengan negara-negara tetangga yang tergabung dalam LPI.

Berdasarkan Intruksi Presiden (Inpres) No 5 Tahun 2020 Tentang Penataan Ekosistem Logistik Nasional, maka pemerintah melalui Kementerian Keuangan dan Kementerian atau Lembaga yang terkait, meluncurkan program National Logistic Ecosystem (NLE).

National Logistic Ecosystem adalah suatu Hub ekositem logistik yang menyelaraskan arus lalu lintas  barang dan dokumen internasional (sejak kedatangan sarana pengangkut kapal/pesawat) hingga barang tiba di gudang. Secara sederhana bisa dipahami dengan gambar di bawah ini :

Dari gambar diatas, proses pengeluaran barang dari warehouse/pabrik, trucking, serta clearence (pengurusan dokumen import/ekspor) dengan kementerian atau lembaga terkait dapat dilakukan secara online melalui satu platfrom yang berbasis website. Setelah data/ dokumen diterbitkan, maka pihak terkait akan memperoleh gate pass yang akan dibawa oleh driver ke terminal operator/pelabuhan untuk melakukan pengiriman barang/container. Sebaliknya, ketika barang/container telah diturunkan dari kapal dan berada di lapangan penumpukan peti kemas, driver dengan gate pass yang dibawa malakukan pengambilan barang/container dengan lebih efisien. Tabel Efisiensi bisa dilihat di sini


***

Perkembangan teknologi dan informasi mentransformasi pola kerja yang selama ini manual menjadi digital. Digitalisasi merupakan impact dari revolusi industri 4.0 yang harus disikapi oleh semua perusahaan yang bergerak di bidang logistik. Terminal Operator/ pelabuhan menjadi gambaran utama bagi industri perkapalan internasional, karena kapal yang beredar berbeda dengan kapal sebelumnya. Perbedaan ini terlihat dari jumlah tonase kapal yang mengalami penambahan (mother vessel)  dan kerangka kapal (buatan terbaru). Pelabuhan menerima kapal, bukan sebaliknya.

Berbicara pelabuhan tidak lepas dari peran karyawan dan alat/mesin untuk bongkar/muat. Selama 24 jam bekerja melayani kapal yang sandar, tentunya memerlukan tenaga yang ekstra agar waktu sandar kapal sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Jika National Logistic Ecosystem adalah Soft Skill , maka pelabuhan adalah Hards Skill logistik.

Hards Skill memiliki peranan penting agar Soft Skill berjalan sesuai sistem. Berbicara aktivitas-aktivitas di pelabuhan, maka tidak pernah lepas dari Stevedoring, Cargodoring, Receive atau Delivery dan mesin untuk bongkar/muat container. Penjelasan serta hal-hal yang perlu diperbaiki sebagai berikut :  

1. Stevedoring

Stevedoring adalah aktivitas pekerjaan yang dilakukan di ditepi dermaga, ketika kapal sandar untuk melakukan bongkar atau muat container dari/ke kapal dengan alat utama yaitu, Quay Crane Container (QCC) dan didukung oleh truk khusus untuk mengangkut container ke lapangn penumpukan petikemas.

www.pexels.com
www.pexels.com
QCC merupakan salah satu mesin/alat yang membutuhkan perawatan ekstra, jika terjadi kerusakan maka semua aktivitas utama dipelabuhan terhenti. Selain itu, periode layak pakai QCC perlu diperhatikan, karena setiap kapal yang sandar memiliki tonase dan kerangka yang berbeda sesuai dengan perkembangan zaman. Suatu contoh, kapal yang memiliki ukuran besar (mother vessel), secara otomatis tumpukan peti kemas lebih tinggi dari kapal yang standart. Apakah QCC bisa beoperasi , jika tumpukan peti kemas yang ada dikapal (mother vessel) lebih tinggi dari QCC?

2. Cargodoring

Cargodoring adalah aktivitas pekerjaan ketika bongkar/muat container yang diangkut oleh truk khusus dari dermaga setelah (stevedoring) dan diletakan dilapangan penumpukan peti kemas. Setelah sampai di lapangan penumpukan peti kemas, container akan diangkat oleh Rubber tyred gantry crane (RTG).

Sumber : Koleksi pribadi 2015
Sumber : Koleksi pribadi 2015
RTG merupakan alat utama untuk menyusun dan mengatur tumpukan container di lapangan penumpukan. RTG memerlukan perawatan ekstra, karena melayani truk khusus dan truk umum. Truk umum yang dimaksud adalah truk yang akan mengirim atau mengambil container untuk keperluan komersial/pabrik. Jika terjadi kerusakan yang fatal, maka akan berpengaruh terhadap biaya logistik. Selain itu hal yang perlu diperhatikan adalah kelayakan alat/RTG dengan ekosistem logistik Nasional  yang telah direncanakan.

3. Receiving/ Delivery

Receiving adalah proses pengiriman container ke pelabuhan dengan truk umum dan diletakan dilapangan penumpukan peti kemas oleh RTG.

Delivery adalah proses pengambilan container di pelabuhan yang berada di lapangan penumpukan petikemas oleh truk umum.

industrytoday.com
industrytoday.com
National Logistic Ecosystem seharunya selaras dengan keterampilan karyawan yang ada dan kelayakan alat/crane. Karyawan diberikan pendidikan singkat untuk mengetahui dunia kemaritiman dan perkembang teknologi informasi. Sedangkan alat/crane bisa diremajakan sesuai dengan perkembangan zaman.

Menurut saya hal pertama untuk menyikapi perubahan industri 4.0 adalah membenahi seluruh pelabuhan di indonesia agar kapal-kapal yang berukuran besar (mother vessel) bisa sandar/berlabuh dengan tenang. Akurasi data antar pelabuhan terjamin akurat, baik pusat ataupun cabang. Selain itu , infrastruktur di pelabuhan cabang harus segera dibangung agar kapal-kapal domestik bisa menjangkau ke  pulau-pulau terpencil di seluruh indonesia. National Logistic Ecosystem tidak akan terwujud, jika sarana dan prasarana belum dibangun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun