Letak geografis indonesia ditengah-tengah dua samudera yaitu, samudera Hindia dan Samudera Pasifik menjadikan indonesia sebagai negera maritim. Jumlah wilayah teritorial laut indonesia lebih luas daripada jumlah wilayah teritorial darat serta memiliki jumlah pulau ribuan, menjadi nilai tambah untuk menjadi poros maritim dunia.
Cita-cita menjadi poros maritim dunia bukan hal yang mudah untuk diwujudkan, karena masih banyak hal-hal yang harus diperbaiki terkait sistem logistik nasional. Berbicara sistem logistik, menurut Bank Dunia (World Bank) dengan program Logistic Performance Indeks (LPI) pada tahun 2018. Indonesia berada diperingkat 46 dari 160 negara yang tergabung dengan LPI. Namun, indonesia masih kalah dengan negara-negara ASEAN yaitu, Malaysia diperingkat 41, Vietnam diperingkat 39, Thailand diperingkat 32, dan Singapura diperingkat 7. Logistic Performance Indeks (LPI) memiliki beberapa indikator penilaian yaitu :
1. Bea dan Cukai
2. Infrastruktur
3. Pengiriman Internasional
4. Kompetisi Logistik
5. Pelacakan dan Penelusuran
6. Ketepatan Waktu
Dari ke-enam indikator tersebut, indonesia masih belum memiliki sistem logistik yang efesien dibandingkan dengan negara-negara tetangga yang tergabung dalam LPI.
Berdasarkan Intruksi Presiden (Inpres) No 5 Tahun 2020 Tentang Penataan Ekosistem Logistik Nasional, maka pemerintah melalui Kementerian Keuangan dan Kementerian atau Lembaga yang terkait, meluncurkan program National Logistic Ecosystem (NLE).
National Logistic Ecosystem adalah suatu Hub ekositem logistik yang menyelaraskan arus lalu lintas  barang dan dokumen internasional (sejak kedatangan sarana pengangkut kapal/pesawat) hingga barang tiba di gudang. Secara sederhana bisa dipahami dengan gambar di bawah ini :
Dari gambar diatas, proses pengeluaran barang dari warehouse/pabrik, trucking, serta clearence (pengurusan dokumen import/ekspor) dengan kementerian atau lembaga terkait dapat dilakukan secara online melalui satu platfrom yang berbasis website. Setelah data/ dokumen diterbitkan, maka pihak terkait akan memperoleh gate pass yang akan dibawa oleh driver ke terminal operator/pelabuhan untuk melakukan pengiriman barang/container. Sebaliknya, ketika barang/container telah diturunkan dari kapal dan berada di lapangan penumpukan peti kemas, driver dengan gate pass yang dibawa malakukan pengambilan barang/container dengan lebih efisien. Tabel Efisiensi bisa dilihat di sini
***
Perkembangan teknologi dan informasi mentransformasi pola kerja yang selama ini manual menjadi digital. Digitalisasi merupakan impact dari revolusi industri 4.0 yang harus disikapi oleh semua perusahaan yang bergerak di bidang logistik. Terminal Operator/ pelabuhan menjadi gambaran utama bagi industri perkapalan internasional, karena kapal yang beredar berbeda dengan kapal sebelumnya. Perbedaan ini terlihat dari jumlah tonase kapal yang mengalami penambahan (mother vessel) Â dan kerangka kapal (buatan terbaru). Pelabuhan menerima kapal, bukan sebaliknya.
Berbicara pelabuhan tidak lepas dari peran karyawan dan alat/mesin untuk bongkar/muat. Selama 24 jam bekerja melayani kapal yang sandar, tentunya memerlukan tenaga yang ekstra agar waktu sandar kapal sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Jika National Logistic Ecosystem adalah Soft Skill , maka pelabuhan adalah Hards Skill logistik.
Hards Skill memiliki peranan penting agar Soft Skill berjalan sesuai sistem. Berbicara aktivitas-aktivitas di pelabuhan, maka tidak pernah lepas dari Stevedoring, Cargodoring, Receive atau Delivery dan mesin untuk bongkar/muat container. Penjelasan serta hal-hal yang perlu diperbaiki sebagai berikut : Â
1. Stevedoring
Stevedoring adalah aktivitas pekerjaan yang dilakukan di ditepi dermaga, ketika kapal sandar untuk melakukan bongkar atau muat container dari/ke kapal dengan alat utama yaitu, Quay Crane Container (QCC) dan didukung oleh truk khusus untuk mengangkut container ke lapangn penumpukan petikemas.
2. Cargodoring
Cargodoring adalah aktivitas pekerjaan ketika bongkar/muat container yang diangkut oleh truk khusus dari dermaga setelah (stevedoring) dan diletakan dilapangan penumpukan peti kemas. Setelah sampai di lapangan penumpukan peti kemas, container akan diangkat oleh Rubber tyred gantry crane (RTG).
3. Receiving/ Delivery
Receiving adalah proses pengiriman container ke pelabuhan dengan truk umum dan diletakan dilapangan penumpukan peti kemas oleh RTG.
Delivery adalah proses pengambilan container di pelabuhan yang berada di lapangan penumpukan petikemas oleh truk umum.
Menurut saya hal pertama untuk menyikapi perubahan industri 4.0 adalah membenahi seluruh pelabuhan di indonesia agar kapal-kapal yang berukuran besar (mother vessel) bisa sandar/berlabuh dengan tenang. Akurasi data antar pelabuhan terjamin akurat, baik pusat ataupun cabang. Selain itu , infrastruktur di pelabuhan cabang harus segera dibangung agar kapal-kapal domestik bisa menjangkau ke  pulau-pulau terpencil di seluruh indonesia. National Logistic Ecosystem tidak akan terwujud, jika sarana dan prasarana belum dibangun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H