Mohon tunggu...
Ali Maksum
Ali Maksum Mohon Tunggu... Guru - Education is the most powerful weapon.

Guru, Aktifis dan Pemerhati pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menciptakan Supervisi yang Nyaman di Sekolah

6 Mei 2024   07:30 Diperbarui: 6 Mei 2024   10:43 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika mendengar kata Supervisi yang kita rasakan adalah rasa takut, justifikasi, aksi kuasa dan lain sebagainya. Supervisi sering ditempatkan sebagai sebuah proses penilaian dari orang yang "punya power" kuasa kepada orang yang kekuasaanya lebih rendah. Akibatnya yang terjadi nantinya adalah proses yang tidak seimbang, penilaian yang lahir dari kata-kata yang kurang tepat, justifikasi yang seakan-akan yang memberikan supervisi itu "sempurna" daripada yang diberikan supervisi. Namun jika jika kita melihat dari pengetahuan tentang coaching, proses supervisi itu bisa dilakukan dengan asik dan nyaman tanpa persepsi negatif dari keduanya. 

Untuk itulah sebagai seorang supervisor perlu untuk mengetahui dan menguasai teknik-teknik sepervisi terlebih dalam pemilihan kata-kata yang tepat agar tidak cenderung negatif apalagi kaku dan terkesan menakutkan. Jika proses supervisi dilakukan secara kaku maka tujuan utama supervisi untuk membangkitkan motivasidari orang yang kita supervisi dari dalam hatinya sendiri tidak akan tercapai dengan baik.

Inti dari supervisi yang efektif dan bermakna adalah sebagiamana tujuan coaching yaitu bagaimana orang yang kita supervisi dapat menemukan kekurangan dan menemukan solusi sendiri dari proses supervisi tersebut selain keunggulan-keunggulan yang mereka miliki. Dalam beberapa hal kita temukan dilapangan sebagai contoh kepala sekolah melakukan supervisi kepada gurunya, kepala sekolah justru yang menyebutkan semua kekurangan yang ditemukan sesuai daftar list hasil pengamatan dia dan guru hanya taat dan mengangguk dari `proses judgement` tersebut dan inilah proses yang tidak kita harapkan.

Memberikan Kritik yang Tepat

Setiap kritik yang kita berikan kepada orang lain bukan hanya sebatas kritik tanpa kita harus ukur seberapa efektif kritik tersebut di terima oleh orng yang menerima kritik. Ada beberapa hal yang patur dipertimbangkan ketika kita memberikan kritik yaitu:

a. Harus ada standard yang jelas.

    Ketika kita melakukan kritik kepada kinerja seseorang kita harus mengetahui standard apa yang kita gunakan dalam melakukan      kritik, misalnya 

".....jika berdasarkan menurut stnadard penilaian yang diminta ada beberapa hal yang Bapak/Ibu harus lakukan agar penampilan mengajar lebih maksimal... ". 

Jangan langsung memberikan kalimat justifikasi seperti "Tadi Bapak/Ibu mengajar tidak ada tahapan `pembukaan` jadi pembelajaran kurang bagus..." jadi pemilihan diksi dan kalimat yang tepat akan mempengaruhi dari segi kenyamanan dan perubahan mindset.

b. Jangan terlalu lama dari kejadian.

Ketika memberikan kritik jangan terlalu lama dari waktu kejadian, lakukan langsung agar segera setelah kejadian berlangsung hal ini untuk menghindari asusmsi negatif dari orang yang kita kritik padahal sebelumnya sudah positif. Misalnya kritik yang kurang tepat "Semester lalu saya melihat penampilan Bapak/Ibu ketika mengajar ada yang perlu dibenahi dalam hal ....". mendengar kalimat ini orang yang kita kritik akan merasa bingung dan menimbulkan pertanyaan dalam hatinya, "Yang mana ya? " karena kejadiannya sudah lama sekali yaitu semester lalu, padahal sebelumnya setelah kejadian itu tidak ada kritik dan menimbulkan rasa percaya diri. Namun setelah belakangan ada kalimat tersebut maka timbul perasaan negatif sekan-akan mencari kesalahan yang tidak perlu.

b. Jangan lakukan kritik di hadapan umum.

Satu hal yang sering terjadi adalah kadang seorang observer atau dalam hal ini kepala sekolah melakukan penilaian di hadapan orang banyak dengan menyebut nama seseorang. Meskipun hal terebut adalah kritik yeng membangun namun dirasa kurang tepat karena akan menimbulkan perasaan negatif dari orang yang kita kritik maupun yang mendengarnya sehingga lebih tepat jika dilakukan secara personal. Seperti kita menyanjung seseorang di hadapan orang lain, mungkin efeknya akan membangkitakan rasa bangga orang tersebut namun akan menimbulkan perasaan tidak baik orang lain karena merasa didak disanjung di froum yang sama.

c. Meminta untuk mengkritik dirinya sendiri.

Hal inilah yang jarang dilakukan oleh seorang superviser. Dalam proses supervisi kadang terjebak dalam posisi senior menilai junior, uperior menilai inferior dll sehingga pemilihan kata yang dipilih adalah justifikasi penuhh tanpa memberikan kesempatan orang yang kita supervisi memberikan pendapatnya dan cenderung mendengar secara pasif namun sejatinya supervisi dg model coaching adalah hal yang sangat tepat karena memberikan kesempatan orang yang kita supervisi. Sebelum memberikan umpan balik berikanlah kesempatan kepada orang yang kita supervisi untuk menilai dirinya sendiri dengan kalimat seperti, 

"Ok, baik bapak/Ibu bagus sekali dalam proses pengamatan tadi bapak/Ibu sudah memberikan........menurut Bapak/Ibu hal apa saja yang perlu dibenahi dan diperbaiki dari penampilan tadi ....  "

 

d. Berikan umpan balik yang positif dulu sebelum memberikan kritik.

Proses ini membutuhkan pendapat yang jujur dari seorang supervisor. Memberikan sisi-sisi positif seblum memberikan umpan balik adalah hal yang positif untuk membangkitkan rasa percaya diri dan kebanggaan oleh penerima kritik. Penerima kritik akan berfikir negatif dan merasa dicari kesalahannya karena observer hanya menilai hal negatif yang terlihat tanpa menilai hal positfnya. Teknik ini dapat dilakukan seperti rangkaian kalimat

"Baik Bapak/Ibu sepanjang pembelajaran tadi bapk/Ibu sudah berjalan dengan baik sekali seperti memberikan  permainan sebelum pelajaran sehingga anak-anak sangat nyaman......Jika dilihat durasi waktu mengajar alangkah baiknya dapat memilih permainan yang lebih singkat agar pembelajaran lebih efektif"

Usahakan hindari kata `tetapi dan namun` karena setika kita menyanjung terus disambung denga kata `tetapi` akan lebih terdengar menjatuhkan lawan bicara meskipun sebelumnya diangkat dan disanjung.

Dalam melakukan supervisi perlu memeprhatikan tahapan-tahapan pengkondisian pra dan pasca supervisi. Berikut ini beberapa tahapan supervisi yang jarang dilakukan dan beberapa pemilihan kalimat yang tepat yang perlu dilakukan untuk menciptakan suasana nyaman dan jauh dari kesan jastifikasi.

1. Pra Supervisi

Sebelum melakukan supervisi kepada guru alangkah baiknya seorang kepala sekolah menciptkakan kondisi yang nyaman dan memastikan bahwa supervisi ini tidak akan ada justifikasi, asosiasi atau sejenisnya yang terlalu formal dan kaku. Untuk itu perlu adanya dialog pengkondisian dengan metode coaching seperti:

"Ok Bapak/Ibu hari ini kan saya akan mengamati pembelajarannya nih, menurut Bapak/Ibu ingin saya fokus yang mana nih? komunikasinyakah? menajemen kelaskah atau yang mana?.."

"Terus nanti waktunya ingin saya amati berpa lama ....."

"Perlu gak nanti kalau waktunya sudah selesai saya kasih tanda? atau bagaimana?...."

"Dalam pengamatan kegiatan Daring ini saya amati dalam keadaan kamera mati atau hidup..."

Intinya semua serahkan kondisi kenayamanan kepada orang yang kita amati dan bukan ditentukan oleh observer dengan mengabulkan suasana observasi berdasarkan jawaban dari guru yang kita amati.

2. Pssca Supervisi

Seperti halnya kondisi pra supervisi, pasca supervisi juga mengimplementasikan metode coaching dalam hal komunikasi dengan guru yaitu:

a. Jangan langsung menilai berdasarkan penilaian obeserver namun kembalikan kepada guru yang kita amati.

Sebagaimana yang sudah berjalan selama ini kadang kepala sekolah sebagai seorang observer langsung menyampaikan hal-hal yang menjadi catatannya selama observasi seperti kalimat:

"Selama supervisi tadi Bapk/Ibu tidak ada evaluasi murid..."

"Bapak/Ibu tidak menkondisikan peserta didik sehingga terlihat kacau dan tidak bisa diatur.."

Jika hal tersebut dilakukan maka guru menjadi tidak nyaman dan merasa dihakimi berdasarkan pengamatan dan pikiran observer. Kalimat tersebut bisa diganti dengan metode coaching yang lebih berdampak dan bermakna untuk memggali kesadaran pada diri guru yang kita observasi.

"Bagus sekali ya saya lihat tadi sudah berjalan denagn baik dan lancar, Menurut bapak/Ibu dari proses belajar mengajar tadi hal-hal mana nih yang perlu dibenahi?"

b. Sampaikan penilaian observer dengan cara yang baik dan komunikastif.  

Setelah menggali kekurangan dari diri guru yang kita amati maka selanjutnya tentunya seorang observer atau kepala sekolah mempunyai catatan-catatan yang menjadi bahan untuk perbaikan kedepan. Kalimat yang bisa disampaikan seperti:

"Wah keren ya Bapak/Ibu sudah menemukan hal yang perlu diperbaiki. Saya sepanjang pengamatan tadi juga ada beberapa catatan, Bapak/Ibu mau mendengarkan ? ....."

c. Tanyakan kepada guru tentang bagaimana cara memperbaikinya dan kapan.

Hal ini menjadi penting agar ada Rencana Tindak Lanjut (RTL) dan tidak hanya sebatas penilaian dan setelah itu selesai. Dari beberapa perbaikan yang diungkapkan oleh guru maupun dari diri obeserver tanyakan kepada guru kapan dan bagaimana cara memperbaikinya.

"Ok Bapak/Ibu  tadi kan kita sudah menemukan ya hal-hal yang perlu diperbaiki, lantas kapan dan bagaiman nih memperbaikinya ke depan" 

Pastikan catat kembali tentang waktu dan cara guru memperbaikinya sebagai tolak ukur observer tentang perkembangan guru ke depan. Hal ini dilakukan dengan harapan ada perkembangan positif dari indikator-indikator yang bisa dilihat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun