Mohon tunggu...
Ali Maksum
Ali Maksum Mohon Tunggu... Guru - Education is the most powerful weapon.

Guru, Aktifis dan Pemerhati pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Capaian Pembelajaran (CP)

2 Juni 2023   14:06 Diperbarui: 2 Juni 2023   14:10 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bloom`s Revised Taxonomy

Untuk lebih memahami kurikulum prototipe kita akan belajar tentang capaian pembelajaran. Capaian Pembelajaran (CP) adalah kompetensi dan karakter yang ingin dicapai setelah menyelesaikan pembelajaran dalam kurun waktu tertentu. Capaian Pembelajaran (CP) setara dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada kurikulum 2013. 

Kurikulum Prototipe mengusung konsep merdeka belajar sehingga capaian belajarpun diusung dengan memperhatikan tahapan-tahapan perkembangan murid sesuai dengan usianya. Capaian pembelajaran dirancang berdasarkan perfase bukan pertahun. Satu fase memiliki rentang satu sampai 3 tahun. Dengan demikian rentang waktu murid untuk mencapai kompetensi menjadi lebih lama. Murid dan guru mempunyai waktu lebih leluasa untuk mengambangkan kompetensi dan memperdalam pemahaman. 

Pada kurikulum prototipe Capaian Pembelajaran (CP) dibagi menjadi 6 fase dimaulai dari jenjang SD Fase A (Kelas 1-2 SD), Fase B (untuk kelas 4-4 SD), fase C (kelas 5-6 SD). Untuk jenjang SMP murid pada jenjang fase D, jenjang SMA terbagi menjadi dua fase yaitu fase E untuk kelas X dan fase F untuk kelas XI dan XII. PAUD menjadi fase pondasi untuk mempersiapkan murid siap memasuki fase A. Capaian pembelajaran tiap fase memuat kompetensi murid yang ingin dicapai di akhir fase tersebut.  Misalnya capaian pembelajaran pada fase A akan berakhir pada kelas 2 SD sehingga murid mempunyai waktu 2 tahun untuk menguasai kompetensi yang ada dalam capaian pembelajaran pada fase A. 

Capaian pembelajaran fokus memuat dua hal utama yaitu Kompetensi Inti dan Konten Esensial. Pertimbangannya ketika kurikulum memuat konten isi yang terlalu rinci proses pembelajarn berpotensi menjadi terlalu padat akibatnya pembelajaran disampaikan secara terburu-buru untuk menyelesaikan konten isi yang terlalu padat tersebut. Jadinya guru hanya fokus pada ketercapaian konten isi dibanding ketercapaian kompetensi murid. Dengan terbatasnya waktu proses pembelajaran menjadi seragam dan kurang memperhatikan kebutuhan dan karakteristik murid. Pembelajaranpun menjadi tidak mendalam dan terkesan mengejar penuntasan konten.

Pada kurikulum prototipe capaian pembelajaran hanya memuat Kompetensi Inti dan Komptensi Esensial dengan tujuan mendorong proses pembelajaran yang mendalam pada murid. Jadi penyederhanaan ini bukan berarti standard pencapaian yang ditetapkan menjadi lebih rendah. Dengan mengacu pada Kompetensi dan Konten Esensial, guru mempunyai ruang untuk mengembangkan kompetensi setiap anak. Walaupun Kompetensi awal mereka berbeda beda. Pembelajarpun menjadi tidak seragam karena hanya berfokus pada pengembangan kompetensi dan bukan pada penuntasan konten. Seberapa dalam konten isi yang disampaikan disesuaikan dengan kompetensi awal murid. 

Capaian pembelajaran disusun sesuai tahapan perkembangan murid.  Kita ambil contoh Capaian Pembelajaran (CP) dalam bidang pelajaran Matematika.  

 Dalam konten matematika terdapat konten isi dan kecakapan matematika sebagai sebauh kesatuan. Elemen konten isi dan kecakapan inilah yang menjadi dasar pengembangan kompetensi pada setiap fase. Kita bisa lihat contoh elemen geometri pada bangun datar. Di dalam fase A  kompetensi murid berada pada kemampuan untuk mempresentasikan apa yang dilihatnya melalui kata-kata jika dikaitkan dengan konten isi maka murid mengenal dan mendeskripsikan berbagai bentuk bangun datar. Pada akhir Fase B komptensi murid meningkat pada kemampuan untuk membandingkan namun pada hal-hal yang masih konkret. Seperti membandingkan ciri-ciri berbagai bentuk bangun datar. Pada akhir jenjang SD yaitu fase C kompetensi murid naik dari membandingkan menjadi mengklasifikasikan namun tetap pada hal-hal yang konkrit. Jika dikaitkan dengan konten isi, maka murid dapat mengklasifikasikan berbagai bentuk bangun datar sesuai dengan ciri-cirinya.

Naik pada jenjang SMP kompetensi murid pada fase D  meningkat ke konsep abstrak dan pembuktian seperti membuktikan teori Pythagoras dengan berbagai cara. Di awal jenjang SMA yaitu fase E kompetensi murid meningkat ke kemampuan memecahkan persoalan yang abstrak . Jika dikaitkan dengan konten isi maka murid mempunyai kompetensi untuk memecahkan masalah  dengan segitiga siku-siku. Di akhir jenjang SMA yaitu fase F, kompetensi mengarahkan ke tahap menerapkan untuk konsep yang abstrak seperti menerapkan teorema tentang lingkaran. 

Tahapan pembelajaran ini disesuaikan dengan 4 tahapan perkembangan kognitif anak menurut teori Piaget. Menurutnya pada usia 0-2 tahun bayi mengembangkan pemahaman tentang dunia melalui pengalaman melihat, mendengar, menggapai juga menyentuh (Tahapan sensorimotor). Ketika anak memasuki usia 2-7 tahun anak mulai mempresentasikan dunianya dengan kata dan gambar mereka mulai menggunakan bahasa serta gambar/simbol untuk menggambarkan suatu proses yang konkret (tahap Pra-operasional). 

Di usia 7-11 tahun anak mulai berfikir secara logis yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah yang konkrit anakpun memiliki kemampuan untuk mengurutkan, mengklasifikasikan, dan menganalisis. dan ketika memasuki usia 11 tahun ke atas anak sudah mulai berfikir secara abstrak, lebih logis sehingga memiliki kemampuan memecahkan masalah yang lebih abstrak dan menarik kesimpulan dari ragam informasi dan pengalaman. 

Jadi setiap fase memiliki kompetensi yang bertahap dan disesuaikan dengan tahapan perkembangan murid. Selain menggunakan teori Peaget konsep dasar penyusunan  Capaian Pembelajaran (CP) juga menggunakan Teori Konstruktivisme yaitu teori belajar yang merupakan proses membangun pengetahuan baru yang dilakukan sendiri oleh murid. Pengetahuan baru ini dibangun dari pengetahuan awal, pengalaman belajar dan interaski sosial yang dimiliki murid. Konsep ini menemukan murid untuk aktif menemukan pengetahuannya sendiri berdasarkan kematangan kognitifnya. Tentunya setiap murid mempunyai pengetahuan awal dan pengalaman yang beragam. Sehingga hasilnya setiap murid di kelaspun akan membangun pengalamannya masing-masing secara unik. 

Tujuan pendekatan kosntruktivisme adalah untuk membangun pemahaman dengan menciptakan sebuah karya yang dimana dalam menciptakan sebuah karya tersebut murid perlu memepunyai pengetahuan dan keterampilan .

Bloom`s Revised Taxonomy
Bloom`s Revised Taxonomy

 Seperti yang kita tahu bahwa kemampuan menciptakan ada di puncak Taksonomi Bloom. Ketika murid mampu menciptakan sebuah karya misalnya membuat denah rumahnya artinya murid sudah memahami dan menguasai kompetensi yang diharapkan. Memahami cara mengukur ruangan, menghitung skala dsb. maka jika mengacu pada teori konstruktivisme sebenarnya kemampuan memahami terdapat di level yang paling tinggi berbeda pada Bloom yang berada di level C2. 

Jadi ketika guru membaca komptensi pada Capaian Pembelajaran, patut diingat bahwa capaian disini menggunakan pendekatan konstruktivisme bukan Taksonomi Bloom . Sebelum mengakhiri pembahasan patut diingat bahwa capaian pembelajaran (CP) berfokus pada  Kompetensi Inti dan Konten esensial yang ingin dicapai. Capaian Pembelajatran dibagi dalam fase untuk memberikan rentang waktu yang lebih leluasa kepada murid untuk menguasai komptensi. Hal ini juga membantu kepada guru agar lebih Fleksibel untuk menyusun startegi pembelajaran sesuai kebutuhan murid. Dengan menggunakan CP sebagai acuan utama guru mempunyai ruang yang cukup luas untuk mengfasilitasi pembelajaran yag mendalam dan bermakna kepada muridnya. Dengan demikian murid dan guru terdorong untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat. 

 

Referensi: 

1. Pusat Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan. 2020. Naskah Akademik Program Sekolah Penggerak. Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan teknologi

2. SK Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi No. 008/H/KR/2022 tentang Capaian Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah Pada Kurikulum Merdeka

3. Salinan Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 162/M/2021 tentang Sekolah Penggerak

4. https://www.getsmarter.com/blog/research-hub/unpacking-blooms-taxonomy-part-1/ diunduh pada tanggal 2 Juni 2023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun