Dokpri
Kodrat zaman adalah salah satu faktor kedua yang sangat penting untuk menjadi dasar guru dalam mengajar setelah sebelumnya kita mempelajari tentang kodrat alam sesuai pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Seperti yang telah kita ketahui bahwa pendidikan bergerak sangat dinamis mengikuti perkembangan zaman. Kodrat zaman merupakan bagian dasar pendidikan murid yang berkaitan dengan "isi" dan "irama" selain kodrat alam.
Ki hadjar Dewantara mengungkapkan , "Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan anak-anak didik baik mengenai hidup diri pribadinya maupun hidup kemasyarakatannya jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan baik pada alam maupun pada zaman. sementara itu segala bentuk isi dan irama yaitu cara mewujudkannya hidup dan penghidupannya hendaknya selalu disesuikan dengan dasar-dasar dan asas kehidupan kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan".
Ki Hadjar Dewantara ingin mangingatkan kita para pendidik untuk menuntun murid mencapai kekuatan-kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zaman menggunakan asas "trikon" yaitu Kontinyu, Konvergen dan Konsentris.
1. Kontinyu
Guru membimbing murid dengan perencanaan dan pengembangan berkesinambungan menyatu dengan alam masyarakat Indonesia untuk mewariskan peradaban.Â
2. KonvergenÂ
Pendidik  menuntun murid dengan pemikiran terbuka terhadap segala sumber belajar,mengambil praktik-praktik baik dari kebudayaan lain dan menjadikan kebudayaan kita menjadi bagian dari alam universal.
3, KonsentrisÂ
Pendidik menuntun murid dengan berdasarkan kepibadian, karakter dan budaya kita sendiri sebagai pusatnya.
Asas trikon diyakini mampu menghadapi derasnya perubahan zaman seperti abad ke 21. secar global pendidikan saat ini di tekankan untuk menuntun anak memiliki keterampilan abad ke 21: yaitu berfikir kritis dan solutif, kreatif dan inovatif, serta mampu berkomunikasi dan berkolaborasi. Meskipun demikian pengaruh-pengaruh global harus disaring dan diseleksi menggunakan kekuatan bangsa indonesia yaitu kearian lokal, sosial, budaya sehingga isi dan irama pendidikan berupa konten, temuan dan pengetahuan yang diadopsi selaras dengan nilai-nilai kemanusiaan dan konteks sosial budaya yang ada di Indonesia.
Maka cara mendidikpun harus sesuai dengan tuntutan zaman cara belajar dan interaksi murid abad ke 21 tentu berbeda dengan murid pertengahan abad ke 20. Seperti apa yang di katakan oleh Ki Hadjar Dewantara, "Didiklah anak-anak yang sesuai dengan tuntutan zaman dan alamnya" misalnya guru membantu murid melakukan refelksi diri sebagai proses mengenali diri dan potensi dirinya, kemudian murid diajak  untuk mengenali keadaan sekolah dan lingkungannya.Â
Setelah itu murid menganalisis permasalahan dan potensi yang muncul dari hasil pengamatannya, ini adalah contoh belajar berikir kritis. Guru kemudian mengajak murid untuk berkreasi merespon potensi dan isu yang terkoneksi dengan dirinya melalui proses berproyek yang bisa mereka lakukan secara individu maupun berkelompok ini adalah bentuk belajar kreativitas dan berkolaborasi.Â
Lalu murid mengkomunikasikan karyanya dengan berbagai format presentasi seperti misalnya pameran, sosialisasi atau seminar kepada publik atau audiens yang akan terdampak dari karyanya, ini adalah bentuk belajar dari komunikasi. Dengan pembelajaran tersebut murid merasa lebih merdeka dan bertanggung jawab atas pengalaman belajaranya bukan karena tuntutan yang membelanggu kemerdekaannya.
Mari kita renungkan, apakah kita sudah mendidik murid kita sesui dengan kodrat zamannya? apa yang perlu kita lakukan untuk menuntun mereka agar sesuai dengan kodrat zamannya? Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H