Mohon tunggu...
Ali Maksum
Ali Maksum Mohon Tunggu... Guru - Education is the most powerful weapon.

Guru, Aktifis dan Pemerhati pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Agamisasi" di Sekolah Negeri, Kok Dipaksa?

7 Agustus 2022   08:53 Diperbarui: 7 Agustus 2022   09:07 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alasan-alasan yang di berikan salah satunya adalah karena mayoritas sekolah siswanya bergama tertentu dan yang lain merupakan minoritas. Bahkan di temukan sekolah mempunyai peraturan sendiri. 

Meskipun mayoritas jika praktik agama tertentu cenderung mendominasi di sekolah negeri yang notabene netral untuk semua agama maka image atau citra yang terbangun di masyarakat akan menjadi lain yaitu sekolah agama. 

Akibatnya anak-anak non agama tertentu yang awalnya ingin sekolah di sekolah tersebut malah justru mengurungkan niatnya karena kebiasaan yang sudah terlanjur membudaya tersebut.    

Selain di Jogja pada tahun 2014 juga terjadi di Bali, tentang ketakutan siswa muslim untuk mengenakan jilbab dikarenakan peraturan yang berlaku bahkan diindikasi berlaku di seluruh Bali. 

Di propinsi Riau, SMA Negeri 2 Rambah Hilir mewajibkan siswa non muslim untuk mengenakan jilbab yang menurut berita siswa tersebut  yang bernama Ferbrina Chyntia Sihombing yang beragama Kristen merasa keberatan.

Semangat keberagamaan mungkin patut kita apresiasi karena menuju hal yang positif namun patut diperhatikan bahwa implementasi keberagamaan juga harus diimbangi dengan semangat keberagaman. 

Jika beragama dengan semangat buta dan tidak memandang toleransi maka bukan oknum saja yang akan mendapatkan cap negatif namun juga agama yang dibawa juga mendapatkanya. Bukannya mendapatkan simpati sesuai semangat dakwah namun  malah mendapatkan hal negatif karena memaksa agama yang dia peluk kepada orang lain, seagama maupun tidak. intoleran yang semakin melekat di mata mereka.

Simbolisasi agama memang tidak hanya terjadi dalam bidang pendidikan namun `jualan gama` ini juga terjadi dalam bidanng lain seperti politik, ekonomi, sosial dah bidang lain yang semakin mengkotak-kotakkan golongan tertentu untuk menonjolkan kekuatannya. 

Semangat pancasila yang semakin meredup ditimbulkan oleh salah satunya semanagat `keberagamaan yang tinggi` yang tidak diimbangi oleh semangat toleransi. Akibatnya habluminallah (hubungan kepada Allah SWT) yang diperkuat namun habluminannas (hubungan sosial) yang melemah. Yang terjadi selanjutnya Agama hanya hidup dalam ranah privat tetapi tidak ramah dalam ranah sosial.

Semoga dengan dengan kejadian-kejadian seperti ini kemendikbud mempunyai sebuah kebijakan untuk memberi pendidikan kembali para pemimpin sekolah di Indonesia.      

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun