Mohon tunggu...
Ali Maksum
Ali Maksum Mohon Tunggu... Guru - Education is the most powerful weapon.

Guru, Aktifis dan Pemerhati pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

ASN Versus Generasi Milenial

31 Mei 2022   08:14 Diperbarui: 31 Mei 2022   08:30 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ada sebuah ungkapan yang lebih menunjukkan candaan  yang berbunyi " Muda foya-foya. Tua kaya Raya , Mati masuk surga". Sebagian besar dari kita mungkin pernah mendengar ungkapan ini dan tentunya akan menimbulkan banyak persepsi. 

Sebagian orang mungkin hal ini dianggap hanya candaan yang tidak perlu di pandang serius namun orang-orang bijak lebih menanggapinya dengan kandungan filosofi bahwa candaan ini berasal dari bangsa kita atau lebih menggambarkan mental kita sebenaranya.

Orang-orang dalam ungkapan ini digambarkan ingin berpenghasilan besar dengan cara hanya duduk-duduk santai menikmati hidup atau kalau memungkinkan bekerja tapi santai dan berpenghasilan tinggi. Setelah penghasilan tinggi akhirnya berfoya=foya menikmati gajinya karena dia mendapatlkan uang dengan begitu mudah. 

Tidak sampai disitu bahkan orang-orang ini meninggalpun masih memimpikan masuk surga setelah hidup senang. Gambaran itu sudah sekian lama mengidap dipikiran generasi kita yang berdampak pada melunjaknya pendaftar sebagai PNS atau sekarang dikenal dengan istilah ASN. 

Menurut mereka ASN telah mewakili semua hal yang mereka impikan diantaranya berseragam dinas, dianggap terhormat oleh masyarakat, anti krisis karena setiap bulan selalu gajian apapun kondisi ekonomi melanda dan kesan-kesan lain yang berhasil dibangun. Namun apakah kesan tersebut masih melekat sampai ke genarasi milenial sekarang?

Ternyata berita yang beredar baru-baru ini menggambarkan kontradiksi dari impian di atas bahwa ada ratusan ASN yang mengundurkan diri karena beberapa alasan sebagaimana dilansir dari Kompas bahwa alasan mereka mengundurkan diri adalah kaget melihat gaji dan tunjangan yang tidak sesuai dengan ekspektasi selain itu juga terdapat beberapa alasan lain seperti penempatan kerja yang tidak sesuai, dan yang terakhir lebih menggelitik lagi yaitu tidak memiliki motivasi.

Impian menjadi PNS atau ASN menjadi sebuah impian ketika di masa lalu tidak ada pekerjaan yang menjanjikan dan tidak menentu penghasilan perbulannya bahkan kalaupun ada mungkin tidak mencukupi untuk kehidupan sehari-hari. 

Mungkin dari alasan itulah ketika pendaftaran ASN di buka maka bisa di tebak antrean luar biasa mengular bahkan sebelum di terapkan model teknologi sekarang banyak dengan cara di curangi atau sogok menyogok demi mendapatkan kenyamanan dan keamanan hidup di masa depan. Namun bagaimana kondisi generasi sekarang? pengunduran ratusan ASN telah menunjukkan pergeseran yang menggambarkan juga pergeseran pemikiran generasi millenial. 

Generasi milenial lebih di gambarkan pada generasi yang lebih menyukai mobilitas, tidak suka diatur, lebih bebas berkreasi namun juga kadang tidak tahan banting yang dengan istilah lain di sebut dengan generasi strawbery, di luar terlihat vantik dan mempesona namun nyatanya rentan dan tidak tahan banting.  

Selain dari kondisi internal yang dialami individu diatas juga terdapat pengaruh dari faktor ekternal yaitu adanya pekerjaan-pekerjaan baru yang dulunya tidak oernah difikirkan sebelumnya yang memang dari faktor gaji melampui jauh lebihh tinggi dari ASN. 

Pekerjaan-pekerjaan baru ini  muncul belakangan setelah berkembangnya teknologi informasi yang sangat pesat di tambah kondisi pasca pandemi yang membuat kratifitas-kreatifitas baru dari generasi milenaial. Sebagai contoh dalam hal ini adalah youtuber, progammer, gamer bisnis online,  designer dan segudang pekerjaan lain yang sebelumnya kita fikir hanya menghabiskan waktu.

Ungkapan ketidak tertarikan menjadi ASN karena gaji kecil dan kehilangan motivasi mungkin juga dipengarugi dari faktor-faktor di atas yang mungkin sebelumnya gajinya tinggi namun ternyata tidak sebanding dengan seorang youtuber atau programmer selain itu karena generasi tipe ini juga tidak mau di atur kaku sebagaimana pekrjaan kantoran atau di atur atasan faktor tempat kerja juga akhirnya menjadi salah satu alasan. 

Hal ini mungkin juga terkait dengan akses internet, atau jauh dari pemukiman dan bahkan berada di pelosok desa yang untuk generasi milenial hal ini merupakan `neraka` baru yang mengambat mereka untuk berkreasi.      

Fenomena pengunduran diri ASN bahkan disambut oleh pemerintah dengan `mengucurkan` sangksi yang sesuai dengan peraturan pemerintah, namun apakah hal itu perlu meskipun memang begitulah regulasinya?

Alangkah bijaknya halini justru malah bisa dijadikan batu pijakan untuk membenahi regulasi yang ada salah satunya adalah bagaimana kinerja ASN harus disesuaikan dengan pola pikir milenial misal gebrakan work from home untuk ASN dengan peraturan yang di buat sesuai dengan generasi kita sekarang.

Dalam beberapa kementrian mungkin bisa di sesuaikan dengan generasi milenial namun beberapa kementrian lain membutruhkan beberaoa tahun ungtuk menggeliat kea arah milenaial seperti kementrian pendidikan yang harus mengikuti regulasi pemetintah untuk penempatan di daerah terpencil karena memnag kondisi daerah yang tidak memungkinkan dan ini merupakan tantangan tersendiri bagi ASN yang mendafatar. 

Anjuran pemerintah untuk membaca dan menggali informasi terlebih dahulu seputar ASN sebelum mendaftarnya adalah anjuran yang bijak.  Hal ini untuk menhindari kekecewaaan di kemudian hari dan lebih terkendali dalam pengambilan keputusan. Jadi pelajari dulu sebelum `membeli` .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun