Mohon tunggu...
Ali Maksum
Ali Maksum Mohon Tunggu... Guru - Education is the most powerful weapon.

Guru, Aktifis dan Pemerhati pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hubungan antara Pembelajaran Berdiferensiasi dan PSE

17 Maret 2022   17:21 Diperbarui: 17 Maret 2022   18:08 2786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Usaha pemerintah untuk membentuk guru yang berkualitas yang lebih mengerti kondisi murid dan berpihak kepada murid bisa dinilai sangat serius lewat beberapa program seperti guru penggerak. Dalam salah satu materi guru penggerak adalah pembelajaran berdiferensiasi. Materi ini merupakan `daging` dari semua materi yaitu materi inti  bagaimana seorang guru bersikap dan mengajar di dalam kelas. Adanya pembelajaran berdiferensiasi menyikapi pembelajaran guru yang mungkin selama ini biasa-biasa saja dan hanya bersikap formalitas namun pembelajaran berdiferensiasi guru dituntut mampu dan mengerti profil siswa, mampu memetekan siswa yang audi0, visual dan kinestetik dan juga mampu memetakan bagaimana mengimplementasikannya di dalam kelas dengan berbagai metode pembelajaran yang kreatif.

Pemahaman seorang guru untuk memetakan keadaan dan kemampuan siswa menjadi sangat penting karena dengan cara itulah siswa dapat menerima pembelajaran secara adil sesuai dengan kemampuan mereka. Dalam  pembelajaran berdiferensiasi diilustrasikan bahwa seekor monyet tidak bisa dipaksa untuk bereneng dan begitupun juga seeokor ikan tidak bisa dipaksa untuk memanjat pohon. Setiap mahluk tersebut mempunyai kekuatannya dan keitimewaaanya masing-masing. Kita tidak bisa membandingkan kemampuan sang ikan terhadap kepandaian kera yang pandai memanjat. Begitu juga sebaliknya kita juga tidak bisa membandingkan kepandaian ikan berenang terhadap kepandaian kera dalam berenang. Kedua mahluk ini juga tidak bisa dibandingkan dengan standar penilaian yang sama untuk ituah diperlukan kemampuan sang penilai untuk menguasai profil dari kedua hewan tersebut. Contoh ini bukan bertujuan untuk membandingkan manusia dengan hewan yang memang sangat jauh, namun hal ini hanya sebagai ibarat untuk agar lebih mudah untuk dipahami.  

Sebagai seorang guru mungkin selama ini mempunyai salah satu siswa yang `diagungkan` karena kepandaiannya menguasai berbagai mata pelajaran sehingga dia mendapatkan ranking satu di kelas. Namun guru lupa bahwa siswa yang lain yang juga mempunyai kemampuan yang berbeda yang tidak bisa dianggap sebelah mata. Diantara sekian banyak siswa  dalam kelas kita terdapat kemampuan yang berbeda-beda yang juga harus diperlakukan dengan cara yang berbeda. Ada yang mempunyai kemampuan olahraga yang baik namun kekurangan dibidang lain, ada yang mempunyai bakat matematika yang unggul namun disisi olahraga kemungkinan berkurang dan lain sebagainya. Setiap anak adalah istimewa karena diberikan kemampuan Tuhan dengan skill yang berbeda dan juga istimewa. Kelebihan mereka akan melengkapi kekurangan yang lain dan kekurangan mereka juga akan dipenuhi oleh kelebihan yang lain. Untuk itulah sudah selaiknya setiap guru  tidak mengistimewakan salah satu siswa dan menganggap yang lain kurang. Semua siswa istimewa di bidangnya masing-masing.

Mengenal Pembelajaran Sosial Emosional (PSE)

Jika seorang guru mampu menerapkan Pembelajaran berdiferensiasi dengan baik maka hampir dipastikan guru tersebut mempunyai hubungan emosional yang sangat baik dengan semua siswa. Karena untuk mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi   seorang guru sudah memahami profil siswa dan memetakannya apakah termasuk golongan siswa Audio, Visual atau kinestetik sehingga dalam pembelajarannya seorang guru mampu menciptakan media pembelajaran yang tepat dan mampu merangkun dari semua tipe siswa tersebut. Sebelum mengetahui keterkaitan keduanya maka yang perlu kita pahami adalah apa sih yang di sebut dengan pembelajaran  Sosial Emosional (PSE) itu? Yang di maksud dengan Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) adalah sebuah proses mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk memperoleh kompetensi sosial dan emosional sebagai modal anak dalam berinteraksi dengan dirinya, orang lain dan lingkungan sekitar.    Dalam penerapannya PSE setidaknya menerapkan beberapa kompetensi yang harus termaktub dalam pembelajaran. komptensi-kompetensi tersebut tersebut antara lain:

1. Pengelolaan Diri-Mengelola Emosi dan Fokus Untuk Mencapai Tujuan.

Dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat dipungkiri akan terjadi tekanan pekerjaan atau bahkan tugas sekolah yang menumpuk. Banyaknya mata pelajaran yang dialami memungkinkan siswa juga menerima banyak tugas. Dengan demikian maka timbullah tekanan dan stress untuk itu perlu skill bagaimana mengelola diri dari emosi dan fokus mencapai tujuan.  

2. Pengambilan Keputusan yang yang bertanggung jawab.

Kemampuan pengambilan Keputusan yang bertanggung jawab sesungguhnya adalah kemampuan yang jika secara konsisten dan berkelanjutan ditumbuhkan dan dirasakan sejak dini, akan memungkinkan seseorang tumbuh pribadi yang bertanggung jawab dan lebih berdaya lenting (resilience) dalam menghadapi segala konsekuensi yang harus dihadapi akibat keputusan yang dibuat dalam hidupnya. Seseorang mengambil keputusan yang bertanggung jawab akan mempertimbangkan semua aspek, alternatif pilihan, berikut konsekuensinya, sebelum kemudian mengambil keputusan. Untuk melakukan hal tersebut maka  seseorang perlu belajar bagaimana: (a) mengevaluasi situasi, (b)Menganalisis alternatif pilihan mereka dan, (3) mempertimbangkan konsekuensi dari masing-masing pilihan itu terhadap diri mereka sendiri dan orang lain.

3. Kesadaran Sosial-keterampilan Berempati.

   Kemampuan berempati dapat membangun hubungan yang lebih melibatkan (engaged) dengan menerima dan memahami orang       lain. Cara ini membantu belajar merespon orang lain dengan cara yang lebih informatif dan penuh afeksi ke orang lain sehingga lingkungan yang lebih terbuka akan terbentuk. Keterampilan ini membantu seseorang memiliki hubungan sangat hangat dan lebih positif dengan orang lain. Mengapa? karena empati mengarahkan kita untuk mengurangi fokus hanya kepad diri sendiri, melainkan juga belajar merespon orang lain dengan afeksi. Untuk menanamkan empati dapat di lakukan dengan cara sederhana yaitu dengan menaruh perhatian  pada perasaan orang lain dengan bertanya: (a) apa yang di rasakan orang tersebut? (b) apa yang mungkin di lakukan (c) Apa yang saya rasakan jika mengalamai kejadian yang sama. Setelah menanyakannya sebelum berbicara atau bertindak, meyakini bahwa setiap orang berbeda dan memberi dukungan kepada orang lain meskipun berbeda pandangan akan memungkinkan kita untuk bersikap lebih empati pada orang lain.  

4. Keterampilan Berelasi-Kerjasama dan Resolusi konflik

Dalam kehidupan sehari-hari pasti akan ditemukan benturan konflik peran dan bagimana membangun kerjasama dengan orang lain. Kemamapuan seseorang untuk menyelesaikan konflik adalah hal yang sangat penting. Apalagi menyelesaikan dengan cara konstruktif dan membantu membina hubungan positif dengan orang lain. Hubungan positif tidak hanya membangun rasa percaya diri tetapi juga diyakini dapat memitigasi stress, melawan penyakit dan memperpanjang umur. Lalu bagaimana mengelola konflik yang terjadi?. di bawah ini merupakan beberapa keterampilan yang dapat digunakan dan dikembangkan untuk membangun kerjasama: (a) keterampilan menyampikan pesan dengan jelas dan mendengarkan secara aktif, (b) Keterampilan Menyampikan sikap setuju dan tidak setuju dengan sikap saling menghargai (c) keterampilan mengelola tugas dan peran dalam konflik.  

Hubungan antara Pembelajaran Berdiferensiasi dan Pembelajaran Sosial dan Emosional

Pembelajaran berdiferensiasi membutahkan pemahaman lebih dari seorang guru dari profil siswa dan juga memahami bagaimana seorang guru memetakan kemampuan siswa sesuai bakat minat mereka. Hal ini membuat seorang guru lebih mendalam mengenal siswa secara emosional. Oleh karena itu dalam penerapannya di dalam pembelajaran guru juga tentunya dapat menerapkan komptensi-komptensi yang terdapat dalam PSE dengan baik. Hal ini  dapat dilihat misalnya jika siswa tidak mengerjakan tugas dengan baik maka guru tidak langsung marah dan menjustifikasi siswa tersebut malas atau dengan istilah lain namun guru dapat menerapkan kompetensi empati dan mengendalikan diri. Melalui pengenalan profil kemampuan siswa guru dapat menerapkan empati dengan mendengarkan alasan siswa tersebut mungkin saja karena banyak tugas sehingga tidak punya waktu, atau mungkin kelelahan. Dari alasan-alasan tersebut maka guru juga bisa menerapkan  kompetensi pengambilan keputusan secara bertanggung jawab sesuai dengan alasan yang telah di kemukakan siswa tersebut. 

Dengan mengaikatkannya maka guru lebih bijak dan bijaksana dalam mengelola siswa dan kelas sehingga akan tercipta hubungan yang lebih harmonis dan siswa juga senang dalam belajar karena mempunyai guru yang menyenangkan dan bijaksana. Keputusan yang bijak akan membuat anak nyaman karena merasa diberikan konsekuensi yang seimbang dan tidak berlebihan. Bayangkan saja jika seorang guru tidak mempunyai profil siswa dan tidak memahami siswa maka dia lebih mengedepankan emosi diri daripada menerapkan rasa empati kepada siswa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun