"Gak ada yang namanya babi ngepet, ini yang mencuri adalah manusia. Orang yang melakukan! dan kalian tahu kan yang keluar masuk hanya kalian berdua" Mereka berdua hanya terdiam mendengar suara ayah yang mulai tinggi.
"Pencurinya bukan mereka berdua ayah! Sebentar lagi pencurinya datang" Tidak lama setelah aku berbicara datanglah Wanita paruh baya keruangan sambil membawa nampan berisi beberapa gelas dan maknan kecil.
"Firly tadi datang ke rumah suruh bibi buat teh manis dan makanan kecil" Wanita itu saya persilakan bergabung bersama kami.
"Maaf ayah saya ingin bicara, saya sudah mengamati kamar ayah dan tadi saya menjemput bibi di rumahnya. Ruangan ayah telah ditinggal hampir satu bulan dan ditinggal dalam keadaan rapi namun tiba-tiba berantakan. Â Kamar yang ditinggal selama satu bulan tidak akan berbau harum namun kamar ayah begitu harum dan itu bukan pengharum ruangan rumah kita, Jika diamati ayah menyimpan uang dan perhiasan di peti kayu tua yang beberapa hari lalu ayah buka paksa karena macet dan akhirnya ayah paku untuk menguncinya kembali. Kotak besar itu masih di dalam kamar dan ditinggal oleh pencuri karena mungkin berat terbuat dari kayu jati namun pencuri kurang teliti bahwa ternyata pakunya telah melukai tangannya di sebelah kiri"
Mereka mendengarkan dengan seksama apa yang aku ceritakan. Ayah juga terheran-heran dengan analisaku belajar dari mana.
"Aku tadi menjemput bibi menkonfirmasi analisaku, mungkn bibi punya kebiasaan  memberikan pengharum ruangan ke kamar bibi namun kurang teliti jenis pengharum ruangan rumah kami berbeda. Dia membawanya dari rumah. Mungkin aku tidak menemukan bukti alat untuk mencongkel peti namun yang terkahir ini pasti terbukti...tunjukkan tangan kiri bibi, pasti terluka"
Wanita paruh baya itu bergetar dan merasa terjebak di tempat yang kurang nyaman namun akhirnya mengakui bahwa dialah yang mencurinya. Dia diminta oleh suaminya membantu membersihkan kamar karena tahu kami akan datang. Mungkin karena ada kesempatan akhirnya terjadilah kejadian itu.
"Maafkan istri saya pak, saya sungguh tidak tahu dan menyesalakan atas semua kejadian ini" Pak Selamet meminta maaf dan memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaan setelah sekian tahun bekerja. Ayah meminta bibi Surti mengembalikan barang yang dia curi dan tidak akan memperpanjang masalah ini ke kepolisian, mengingat pengabdian pak Selamet di keluarga kami. Masih terlihat nada emosi yang ayah tunjukkan lewat raut wajah beliau namun setalah memandangku wajahnya sedikit berubah.
"Jangan katakan bahwa analisamu belajar dari novel kesukaanmu, Sherlock Holmes? " ayah tersenyum kepadaku mengacak-acak rambutku menggambarkan kebanggaan.
"Terima kasih anakku, Firly" Sejak saat itu ayah selalu mengabulkan permintaanku jika meminta novel Sherlock Holmes bahkan beliau bejanji akan membelikanku secara lengkap serialnya. Aku sungguh senang sekali ternyata dengan hobiku membaca membawa manfaat kepada ayah dan keluarga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H