Mohon tunggu...
Ali Maksum
Ali Maksum Mohon Tunggu... Guru - Education is the most powerful weapon.

Guru, Aktifis dan Pemerhati pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meminta Maaf Setalah Marah-marah

24 Januari 2022   05:00 Diperbarui: 24 Januari 2022   05:06 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Akhir-aakhir ini kita disuguhkan diberbagai media orang-orang yang diliputi kemarahan dikarenakan berbagai hal. Sikap marah tersebut seakan disengaja di pampang di media untuk menunjukkan sebuah `drama keperkasaan` punya power daripada yang lain dan menganggap orang lain tidak lebih terhormat. Sikap tersebut tidak hanya digambarkan oleh orang-orang dijalanan bahkan sekelas pejabat publik setingkat anggota DPR pun akhir-akhir ini membuat masyarakat sunda marah karena statemennya yang dianggap melukai masyarakat sunda.

Peristiwa viral seperti ini hampir menghiasi hari-hari kita. Sebagi contoh di jalan  antar mobil yang saling bersenggolan dipinggir jalan, mungkin jika diamati lebih dekat tidak begitu parah dan dapat diselesaikan dengan cara yang baik namun  kadang memilih cara sebaliknya dia berhenti dan  memaki-maki. Akhirnya jalanpun akan menjadi macet karena orang-orang memilih untuk menontonnya dan tentu saja sudah siap dengan kamera di tangan untuk mengviralkannya.

Tentu saja hal ini adalah peristriwa yang kurang mengenakkan dan tidak sedap dikonsumsi publik. Beberapa tahun yang lalu ketika pemilihan presiden semua orang dari pendukung masing-masing melampiaskan kemarahannya dari berbagai bentuk dan sama-sama ingin menang yang akhirnya lahirlah ancam-mengancam. Setelah itu dunia kedatangan tamu yang tidak diharapkan yaitu pandem. 

Peristiwa pandemi ini membuat kebiasaan manusia menjadi berubah total dari sektor ekonomi bahkan sampai kedalam dunia pendidikan yang secara tiba-tiba menyuguhkan sistem dan metode yang berbeda dari sebelumnya. Akibat perubahan besar ini tidak semua masyarakat dapat menerimanya. 

Mereka yang tidak siap dengan perubahan sering melampiskan emosinya dengan berbagai bentuk namun mereka yang telah siap dan akrab dengan perubahan yang terjadi cukup mudah untuk menyesuaikannya. 

Hal yang patut kita kritisi adalah akibat pandemi ini, tidak memandang umur semua orang akrab dengan teknologi informasi lewat dunia digital dari berbagi perangkat. Mereka punya cukup banyak waktu untuk membuka informasi apapun dari internet tanpa mereka ketahui bahwa mereka seharus dibekali literasi digital untuk menyaring serta menyerap berita tersebut benar atau salah.

Dari kurangnya kecerdasan dalam mengulik informasi tersebut maka di dalam internet kita kenal yang namanya peristiwa trolling, yaitu perilaku yang sifatnya ingin memancing kemarahan. Jadi dari peristiwa tersebut akibat menyaring informasi yang salah maka tidak heran sekarang banyak orang yang mudah marah karena terpancing dan termakan umpan dari berita-berita internet yang tidak benar. 

Peristiwa ini sering diterapkan saat pilpres atau pilkada. Ketika semua calon berlomba-lomba ingin mendapatkan simpati dari pemilih maka digunakanlah berbagai cara yang menyudutkan salah satu calon sehingga calon tersebut tidak dilipih oleh rakyat. 

Cara trolling tersebut bisa dijelaskan dengan berbagai cara misalnya dengan memberitakan negatif tentang sang calon, mengedit gambar dengan tujuan membuat fitnah hingga membawa nama agama dan mengeluarkan dalil-dalil kitab suci untuk menghakimi sang rival. Tujuan trolling tersebut hanyalah satu yaitu mengharapkan simpati dari rakyat dengan cara membuat publik marah dan akhirnya sang pembuat berita hoax tersebut tertawa terbahak-bahak.

Peristiwa trolling ini disebabkan akrabnya masyarakat kita menggunakan sosial media. Peristiwa trolling ini nampaknya telah berpindah kedunia nyata, orang-orang melampiaskan kemarahannya di dunia nyata akibat seteru di social media. Salah satu tips untuk tidak termakan trolling adalah jangan makan umpan trolling tersebut. Karena sekarang banyak orang menyebar umpan dan dia berfikir umpan tersebut akan dimakan orang lain.

   Moreau (2016) mengemukakan, terdapat 10 macam internet troll, dimana pelaku internet trolling yang dikenal dengan  internet troll, mereka menunjukkan beberapa ciri yang sering kita temui di dalam media sosial, yaitu:

  • The insult troll

Pelaku melakukan internet trolling dengan cara terang-terangan melakukan penghinaan secara murni dengan tanpa alasan yang mendasarinya. Sebagai contoh dari jenis ini adalah memanggil dengan panggilan yang buruk, melakukan fitnah serta hal hal lain yang memancing emosional dan menunjukkan hal-hal yang negatif.

  • The persistent debate troll

Perilaku ini sering disebut oleh publik yaitu debat kusir. Mereka melakukan argumen yang ujung-ujungnya tidak bermanfaat dan tidak dapat diambil kesimpulan. Yang sering muncul dari peristiwa troll ini adalah masing-masing pelaku menganggap bahwa pendapatnya adalah paling benar.

  • The grammar and spellcheck troll 

Sebenarnya hal ini adalah peristiwa lumrah dan kadang ditemui oleh pengguna watshapp atau pegiat medsos lainnya. Internet troll ini sering dikenal dengan pengoreksi ejaan. Pelaku sering dangan menggurui orang lain ketika salah seorang salah mengetik ejaan yang biasa kita kenal dengan typo. Sebenarnya tidak ada salahnya orang lain membetulkannya, namun akan menjadi masalah jika hal terebut dibuat umpan untuk menghina pelaku typo dengan sebutan yang kurang sopan seperti kata bodoh.

  • The forever offended troll 

Para pelakuk media sosial tidak sepenuhnya sempurna benar dalam berpendapat atau memberikan informasi kepada publik bahkan kadang menyinggung individu atau kelompok tertentu sehingga menimbulkan kemarahan publik. Sebenarnya hal tersebut wajar, namun menjadi tidak wajar karena para pelaku internet trolling terus menerus menyinggungnya serta mengulitinya di media sosial.

  • The show-off, know-it-all or blabbermouth troll 

Pelaku jesnis ini merasa paling benar mengetahui isu-isu yang menjadi topik perbincangan yang sedang berkembang serta memamerkannya kepada publik. Selain itu, pelaku internet trolling ini gemar dan suka menyebarkan rumor rahasia mengenai isu yang sedang dibahas tersebut.

  • The profanity and all-caps troll 

Pelaku internet trolling ini gemar menggunakan kata-kata kotor yang tidak pantas. Salah satu ciri pelaku internet trolling ini adalah sering menggunakan huruf besar dalam mengirim pesannya.

  • The one word only troll 

Pelaku internet trolling ini juga banyak kita jumpai disekitar kita. Pernahkan kita menemui orang-orang yang pada waktu membicarakan pembicaaan serius dan memerlukan keputusan penting dia hanya membalasnya dengan kata yang sangat singkat dan tidak neyaman seperti 'lol', "iya" atau sekedar "ok"

  • The exaggeration troll 

Internet troll jenis ini gemar sekali membesar-besarkan suatu topik masalah di luar topik yang sedang dibicarakan.

  • The off topic troll 

Pelaku "Troll" jenis ini mengalihkan topik pembicaraan. Hal ini akan mengganggu apabila Ia berhasil menggiring orang lain untuk mengalihkan pembicaraan dari satu topik ke topik yang lain. Padahal topik tersebut adalah hal utama untuk dibicarakan.

  • The greedy spammer troll 

Pernahkan kita bergabung dalam media sosial tertentu yang juga mempunyai peraturan tertentu untuk diposting namun tiba-tiba salah satu anggota muncul menawarkan barang atau kupon hanya menguntungkan dirinya sendiri? Inilah tipe trolling internet tersebut. Jenis Troll ini hanya berkomentar jika menguntungkan dirinya dan mempromosikan segala hal yang menguntungkan dirinya sendiri.

Dari berbagai jenis pelaku trolling internet tersebut sering kita temui di internet. Masyarakat dunia sosial yang disebut netizen sepertinya tanpa berfikir panjang dan jernih ketika mengeluarkan kata-kata atau perilaku yang menyakitkan hati saudaranya. Bahkan dalam masyarakat atau media sering terlihat gagah perkasa Ketika mencaci maki lewat medsos namun ketika ditangkap pihak berwajib menjadi layu dan akhirnya meminta maaf. 

Thomas Jeferson pernah memberikan tips untuk mengandalikan kemarahan yaitu ketiak kita marah maka berhitunglah 1-10. Sebenarnya dalam proses mengitung tersebut tidak hanya menghitung namun kita diharapkan ada proses mengevaluasi tentang sebab akibat, siapa saja yang akan dirugikan serta memikirkan kembali apa yang sebenarnya telah terjadi. 

Barangkali dalam proses marah tersebut kita akan menemukan jalan keluar dari perenungan yang mendalam. Dalam perenungan tersebut yang tentunya dengan pikiran jernih kadang justru kita menertawakan diri sendiri dari peristiwa mara-marah tersebut.

Dalam hal marah-marah ini kita patut mengingat kembali cerita yang pernah muncul 10-15 tahun yang lalu. Di ceritakan seorang anak yang sering marah-marah, dia begitu mudahnya memukul teman-temannya di sekolah. 

Ayahnya mengamati dari sifat anaknya tersebut yang berakibat si anak dijauhi oleh teman-temannya dan tidak mempunyai teman. Di panggillah sang anak dan berkata, "Nak kamu anak pintar dan cerdas namun jika kamu tidak dapat mengendalikan emosimu maka kepintaran dan kecerdasanmu tidak berarti apa-apa dan tidak akan mengantarkanmu kepada kehidupan yang lebih baik "

"Bolehkan ayah memberikan usul?" lanjut sang ayah

"Apa itu ayah?" jawab sang anak

"Ketika kamu marah ambil paku ini dan tancapkan di paku tersebut" setelah mendengar usulan ayahnya tersebut maka setiap dia marah penuh emosi maka diambillah paku dan di tancapkannya paku tersebut di pohon dan mengambilnya Kembali, marah lagi, di tancapkan lagi dan mencopotnya lagi. Karena seringnya marah maka terdapat banyak lubang bekas paku dipohon tersebut. 

Namun hal itu menimbulkan pertanyana di dalan diri si anak, kenapa dia harus melakukan hal tersebut?  maka bertanyalah dia kepada ayahnya. Di ajaklah anak tersebut ke pohon yang sering dia paku seraya berkata

"Nak kamu memang melampiaskan kemarahanmu dengan memalu paku ke batang pohon dan kamu merasa tenang dan kemudian kamu mencabutnya, kamu ulangi lagi perilaku yang sama dan mencabutnya Kembali. Ibaratnya kamu telah menyakiti seseorang, melukainya, membuat dia marah lalu kemudian kamu meminta maaf. Kamu memang telah mencabut pakunya namun lihatlah lubang yang telah kamu buat, tetap tertinggal disana"

Ibarat cerita tadi, kita bisa saja meminta maaf dan terbebas dari hukuman karena kita berfikir dengan meminta maaf orang-orang akan memaafkannya namun benarkah dengan cukup meminta maaf kasus tersebut akan hilang? Seperti lubang di pohon tadi, kita telah melukai seseorang atau banyak orang, itulah paku yang kita tancapkan. Namun dengan cara meminta maaf atau mencabut pakunya bekas itu akan terus muncul akibat dari kemarahan dan luka yang kita buat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun