Mohon tunggu...
Ali Maksum
Ali Maksum Mohon Tunggu... Guru - Education is the most powerful weapon.

Guru, Aktifis dan Pemerhati pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru dan Fenomena Kejahatan Seksual

13 Januari 2022   07:00 Diperbarui: 13 Januari 2022   07:09 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal ini bisa kita lihat seperti dunia pesantren tradisional bagaimana contoh akhlak seorang kyai sepuh yang sangat dihormati oleh para santri, begitu takdzimnya mereka. 

Seorang kyai atau guru yang sangat dihormati bukan terjadi sehari semalam namun timbul dari proses bertahun-tahun. Mereka dihormati karena perilaku dan ilmunya. 

Namun apakah hal tersebut terjadi di semua sekolah dan pesantren atau universitas? ternyata kasus yang timbul baru-baru ini menunjukkan jawabannya, tidak.

Perilkau buruk seorang oknum pimpinan pesantren, oknum dosen universitas atau oknum guru di sekolah formal telah menodai kemuliaan seorang guru bahkan hal ini telah merubah terminologi  yang awalnya `digugu` dan `ditiru` kini berubah menjadi bahan ledekan `wagu` (aneh, tidak cocok) dan `saru` (tidak senonoh) memang itu hanya sebagai ekspresi main-main namun patut menjadi bahan kritik kita sebagai seorang pendidik. 

Kita bisa mengartikan fenomena tersebut sebagai ujian di dunia pendidikan atau lebih kepada upaya refleksi bagi para guru, dosen atau ustadz bagaimana seharusnya bersikap. 

Apakah kita sebagai seorang guru telah mampu menggambarkan yang telah dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara, Ing ngarso Sung Tulada, Ing Ngadyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani ? jika belum maka sudah saatnya melihat dan belajar kembali bagaimana etika seorang guru dan akhlak sebagai seorang guru seharusnya.

Berita-berita negatif tersebut telah menurunkan kepercayaan dari masyarakat tentang dunia pendidikan karena terdapat oknum yang tidak terpuji dan merusak tatanan etika dan akhlak seorang guru kepada murid. 

Kita sangat setuju bahwa para guru harus mendapatkan pendidikan kembali bagaimana cara beretika dan berperilaku sebenarnya sebagai seorang pendidik. 

Ketika para guru sebelum menjadi guru, di universitas, prosentase menerima pendidikan etika ini sangat terbatas dan lebih fokus kepada keilmuan praktis yang sedang mereka geluti. 

Pendidikan guru penggerak yang dicanangkan pemerintah seperti ini adalah salah satu upaya mendidik kembali bagaimana seharusnya sebagai seorang guru berperilaku dan mempunyai nilai, baik cara berfikir, media pembelajaran, metode, pemecahan masalah bahkan sampai ke taraf etika dan moral.  

Selain Upaya pemerintah tersebut para guru juga harus mampu punya inisiatif mencari bahan pembelajaran kembali. Saat ini banyak sekali ajang pembelajaran bagi seorang guru baik lewat offline maupun online tinggal para guru apakah menyambutnya untuk berbenah diri dan belajar kembali? Ataukah sudah merasa cukup dengan ilmu yang dia terima di masa lalu? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun