Mohon tunggu...
Ali Maksum
Ali Maksum Mohon Tunggu... Guru - Education is the most powerful weapon.

Guru, Aktifis dan Pemerhati pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Penghargaan yang "Membunuh", Sebuah Otokritik

12 Januari 2022   10:02 Diperbarui: 12 Januari 2022   10:06 1766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Selain itu penghargaan adalah alat yang terbatas untuk sebagian orang hanya jika orang-orang yang memenuhi syarat yang akan dapat menerima pernghargaan tersebut namun jika orang lain tidak mendapatkannya maka bisa jadi orang tersebut merasa kecewa dan tidak akan melakukan lagi.  

Selain secara objektif yang menimbulkan efek ketagihan bagi sang penerim apenghargaan, hal ini juga mengakibatkan subyek pemberi penghargaan juga merasa ketagihan. 

Mengapa demiakian? Jika seorang pendidik ingin menggerakkan seorang murid agar malakukan sesuatu maka dia akan menyediakan sebuah hadiah. "Ibu akan memberikan kamu kotak pensil jika kamu rajin" setiap guru tersebut menuntut seorang siswa untuk rajin maka dia selalau menyediakan kotak pensil atau hadiah lain agar siswanya rajin, pertanyaanya samapi kanapan ana itu berubah? Apakah guru sellau akan menyediakan hadiah samapi anak tersebut berubah? Efektifkah?    

PENGHARGAAN MENIMBULKAN KARAKTER BURUK.

Pernahkan kita sebagai seoang guru meras bahawa penghargaan yang kita tanamkan selama ini juga akan menimbulkan karakter yang kurang baik kepada para peserta didik. Ketika kit amemberikan penghargaan kepada peserta didik maka akan menimbulkan sifat iri hati. 

Hal ini timbul karena banyakny apujian yang di terima oleh peserta didik yang menerima penghargaan dan hal itu menimbulkan sifat yang tidak menyukai yang menerim apenghargaan tersebut.  

Selain itu jika guru sering kali memberikan penghargaan dengan cara apapun hanya untuk mengontrol mereka agar berubah maka bisa jadi peserta didik mau berubah selain ingin mendapatkan penghargaan terebut tetapi juga ingin menyenangkan gurunya. 

Sebagai contoh adalah salah satu guru memancing siswanya untuk ikut lomba menggambar karena minimnya peserta yang ikut maka dia mengumumkan, "Bagi siswa bergabung dalam lomba ini akan mendapatkan nilai tambahan ". Bayangkan saja betapa mudahnya mendapatkan nilai tambahan hanya dengan cara ikut perlombaan. Bagaimana reaksi kita bagi siswa yang oandai menggambra tetapi tiduk ikut lomba?.

Ada beberapa guru yang mempunyai alasan bahwa budaya pengharagaan adalah untuk meningkatkan persaingan yang sehat. Namun juga perlu diingat bahwa persaingan di dalam kelas akan menimbulkan kecemasan dan kecemasan dinilai sebagai pencipta utama hal yang kurang menyenangkan. Yang lebih fatal lagi penghargaan seringkali diterima oleh orang yang sama setiap tahunnya. 

Sebagai contoh: Jika seorang guru menggulirkan penghargaan peraih rangking atau apapaun seringkali orang-orang yang sama akan menerimanya di lain waktu. 

Jika jumlah siswa dalam satu kelas terdapat 30 siswa dan yang mendapatkan penghargaan hanya kurang dari 5 siswa, apa kabar yang 25 siswa? boleh jadi kompetisi yang kita ciptakan lewat penghargaan tersebut malah justru mematikan para peserta didik untuk mencoba dikarenakan score nilai mereka tidak mungkin mengejar.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun