“Iya sir..” Jawabnya sambil menunduk yang hampir seluruh bagian wajahnya saya tidak dapat melihat.
“Pasti Surya tahu jika berbohong tidak bagus dan Tuhan tidak senang. Sir juga sudah berbicara dengan John sebelum sir berbicara dengan Surya”
Tiba-tiba anak itu ketakutan dan sepertinya ada pergolakan hati yang menimbulkan kecurigaan bahwa semua ceritanya tidaklah benar. Benar saja diapun bercerita dengan menangis bahwa sebenarnya uangnya selalu diambil oleh kakaknya di rumah dan dia takut mengadu kepada ayahnya sehingga dia mengarang cerita itu agar dapat pembelaan dari Ayahnya. Tanpa sepengetahuan Surya saya merekam pembicaraan kami sebagia bukti.
Waktu pertemuan kami dengan orang tua Surya pun tiba, kami persilakan beliau masuk ke ruang kepala sekolah menceritakan apa yang terjadi. Beliau marah, menyalahkan saya sebagai wali kelas dan juga sekolah bagaimana sekolah bisa `memelihara` pemalak kecil yang merugikan anaknya. Saya tidak mau mendebat karena sudah mengantongi kartu truf yang akan menyelesaikan masalah ini. Setelah beliau bercerita, giliran saya menyuguhkan rekaman yang saya ambil sebelumnya. Singkatnya sang Bapak meminta maaf kepada kami dan merasa malu dengan ulah anaknya yang menuduh temannya sendiri. Kami memanggil Surya dan surya minta maaf kepada ayahnya.
“Kalau kamu jujur, Ayah tidak akan marah nak” jawab ayahnya sambil memeluk anaknya.
Dalam dunia anak-anak kadang mereka takut mengeluarkan pendapatnya dengan berbagai alasan. Bahkan pemikiran ini sampai kepada ketika melihat kesalahan yang datang dari orang yang mereka hormati seperti guru dan orang tua juga mereka tidak berani berbicara karena mungkin akan dimarahi, nilainya dikurangi atau dituduh tidak sopan. Akibatnya akan fatal bahwa kesalahan yang dibiarkan terus menerus maka akan menjadi sebuah kebiasaan, kebiasaan yang terus dibiarkan akan menjadi sebuah kebenaran dan budaya. Nilai moral ini bisa kita lihat dari cerita Abu Nawas pada awal pembukaan tulisan ini.
Mendidik anak-anak secara moral dari hal terkecil adalah hal paling penting dalam proses pendidikan. Degradasi moral (kemunduran moral) yang terjadi di bangsa kita juga salah satunya tanggung jawab dari para guru yang dirasa kurang menanamkan benih-benih pendidikan moral yang baik di dalam kehidupan sekolah. Mengapa harus ada pendidikan moral? Bukankah terdapat pendidikan Agama? Agama mengajarakan keyakinan dan moral berdasarkan agama mereka sendiri bahkan kadang pendidikan agama yang tidak diberikan secara tepat akan cenderung di salah pahami seperti tidak menanamkan kehidupan toleransi, kurang menghormati perbedaan dan cenderung alergi kepada perbedaan di tengah masyarakat dikarenakan fanatisme berlebihan. Hal ini juga tidak terlepas dari pola pikir para pendidik karena tidak bisa dihindari bahwa hasil pemikiran para pendidik tentang agama dan moral serta hal apapun juga turut mempengaruhi bagaiman mereka mengajarkan nilai-nilai tersebut di sekolah.
Pelajaran Caharcter Building di Paramount School di harapkan dapat mengisi kekosongan tersebut. Memandang moralitas sebagai hal yang netral dan universal untuk semua golongan dan semua keyakinan yang dipeluk oleh para peserta didik. Selain itu kehidupan masyarakat sekolah yang heterogen setidaknya mampu menanamkan benih-benih moral seperti saling menghormati perbedaan satu dengan yang lain, bergaul dengan mereka yang berbeda golongan agar saling mengenal dsb.
Moral merupakan ukuran penting seseorang dapat dikatakan berpendidikan atau tidak. Bahkan ketika seseorang mempunyai strata sosial tinggi dan berpendidikan dengan ditandai sederet titel di belakang namanya, ketika dia melakukan hal-hal buruk seperti korupsi misalnya maka orang-orang akan memberikan julukan yang kurang pantas seperti “orang yang tidak bermoral”. bahkan Albert Eisntein mengaitkan pendidikan dan moral dalam kutipannya, “Pengetahuan tanpa Moral (Agama) adalah buta, dan moral tanpa pengatahuan adalah pincang”.
Jauh sebelum Albert Enstein lahir ada ulama kenama`an Turki yang mengarang kitab Ta`limulmutaallim yaitu Syekh Burhanuddin al-Zarnuji (w. 1243 M) pernah menulis bahwa pendidikan yang paling utama adalah pendidikan moral (akhlaq). Kitab ini hampir wajib diajarkan di pesantren-pesantren Indonesia khususnya pesantren tradisional tentang bagaimana adab mencari ilmu dan menghormati guru.
Semoga Nilai Moral akan terus `dilembagakan` di setiap sekolah dan menjadi trigger utama pendidikan dasar di negara ini. Karena jika pondasi pendidikan kuat maka akan di bawa sampai anak-anak dewasa dan memperbaiki nilai moral di negara Indonesia tercinta. Untuk membawa negara indonesia menjadi lebih baik. Aamiin.