Mohon tunggu...
Alimah Faqihah
Alimah Faqihah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Anak Introvert

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Merapah Laut Kota Daeng

15 Juli 2023   10:53 Diperbarui: 18 Juli 2023   18:30 876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Wisata kemaritiman kedua aku berlayar ke pulau kodingareng, bersama teman sekelompok kami menjelajahi pulau kodingareng, melihat kehidupan masyarakat di pulau, berbincang dengan nelayan, dan menikmati  keindahan alam lautnya. Tidak ada yang tidak indah dari sudut pulang ini, semua indah seperti tuhan melukisnya di atas kanvas putih tanpa noda.

Tuhan melukisnya dengan kehati-hatian dan penuh akan makna, namun pagi itu aku melihat 1 manusia yang menumpahkan warna cat yang berbeda, aku melihat manusia itu mengotori laut indah yang telah tuhan lukis sedemikian rupa agar enak dipandang mata. 

Dan kemudian sorot mataku mendung aku bertanya dalam benak  "Mengapa ada manusia yang sejahat itu kepada laut? apakah dia tidak mengetahui adanya kehidupan di bawah sana?" hatiku miris melihatnya. 

Baik lewatkan bagian yang sedih, hari ini adalah hari yang paling aku tunggu akhirnya aku bisa ke pulau lagi, dan untuk pertama kalinya aku trip bareng dengan teman-teman tanpa rasa khawatir dicariin orang tua.

Pada hari Sabtu di dermaga Kayu Bangkoa, dibawah teriknya matahari, mulai tercium aroma tidak sedap entah itu dari amisnya ikan atau amisnya keringat para pengunjung yang berdesakan menaiki kapal. Pada siang itu yang aku pikirkan hanya duduk dengan nyaman dengan harapan aku tidak mual ketika kapal telah berlayar.

Siang itu ketika berlayar arus ombak cukup kencang, angin berhembus menerpa wajahku dengan raut wajah yang tetap stay cool menahan mual yang mendera. 

Tak ada yang lebih menyiksa daripada menahan muntah dengan mencium bau anyirnya ikan, rasa ini sudah tak terbendung lagi yang aku bisa hanya menutup mata sambil berfikir positif bahwa semua akan baik-baik saja.

Setibanya di pulau rasa yang kurasakan adalah rasa panas yang saat membakar kulit, tetesan keringat sebesar biji  jagung mengalir tanpa henti  membuat hawa panas menjadi panas berbaur dengan bau-bau keringat yang menyengat hidung. 

Pikiranku berubah, satu yang ku inginkan saat ini yaitu tidur dengan nyaman, sekilas aku merindukan kamarku yang ternyaman . kami berjalan menyusuri  jalan-jalan rumah warga menuju rumah yang akan kami tempati untuk sementara.

Neneknya Amanda, rumah yang akan kami gunakan untuk tempat makan, kami dijamu dengan makanan yang enak dan disambut baik oleh keluarganya, selepas makan kami beristirahat sebentar untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya. Dan rasanya saat itu sangat panas, tapi tidak boleh mengeluh harus tetap happy kiyowo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun