Mohon tunggu...
Alika Syafitri
Alika Syafitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Sejarah Peradaban Islam

Uin Sunan Gunung Djati Bandung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membongkar Sejarah : Snouck Hurgronje dan Karyanya ' De Atjehers'

14 Juni 2023   20:01 Diperbarui: 14 Juni 2023   20:06 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Snouck Hurgronje seorang Orientalis Belanda menulis buku De Atjehers hasil penelitiannya di wilayah Aceh 

Snouck Hurgronje merupakan ilmuwan yang berkontribusi dalam ilmu sejarah dan antropologi. Beliau dilahirkan pada 8 Februari 1857 di di Oosterhaut, Belanda dari pasangan bernama Ds JJ.Snouck Hurgronje dan Anna Maria de Visser.[1] Karena orang tuanya seorang pastur, maka sedari kecil Snouck sudah beragama Nasrani.  

 

Namun dirinya merasa tertarik dengan Islam. Snouck menyelesaikan pendidikan doktornya dengan mengangkat judul Het Mekkansche Fest pada disertasinya dan berhasil meraih gelar yudicium cumlaude pada tanggal 24 November 1880.[2] Snouck menyelesaikan disertasinya dengan bantuan sumber tekstual yang mulanya dari kitab-kitab yang merujuk pada ajaran islam seperti Al quran. [3]  

 

Karena ketertarikannya pada islam, snouck juga pernah mengaku berpura pura beragama islam demi dapat menilik jamaah haji secara langsung di tanah suci. Demi kelancaran misinya ini ia mengaku sebagai Abdul Gaffar dan berteman dengan banyak ulama disana. Dari jalur inilah Snouck mempelajari banyak hal disana seperti belajar Bahasa Arab dan memperdalam Bahasa Melayu. Berdasarkan pengalamannya di Mekah, Snouck menganalisis bahwa umat islam Hindia memiliki sifat fanatic terhadap perlawanan kepada Belanda. Maka dari itu setelah dari Mekah, ia putar balik ke Leiden untuk mengajar. Pada tahun 1855 Snouck mau tidak mau harus angkat kaki dari Mekah karena mendapatkan beberapa masalah[4].

 

Mengenai penulisannya, Snouck menggunakan pendekatan fenomenologi dalam beberapa karyanya terutama penulisan tentang sejarah Islam. Fenomenologi itu sendiri bermakna sebagai ilmu mengenai hal-hal yang terlihat atau tampak. Lebih jelasnya, fenomenologi disini merupakan sebuah pendekatan filsafat yang bertumpu pada analisis terhadap gejala yang membanjiri kesadaran manusia. [5]

 

Cendekiawan sekaligus sang orientalis ini menulis beberapa buku dan karya tulis salah satunya yakni De Atjeher atau Atjeh Verslag. Buku ini ditulis sesuai dengan hasil observasi dan penelitiannya yang memakan waktu selama dua tahun. Snouck  melaksanakan perjalanan ke Nusantara pada tanggal 1 April 1889. Namun Snouck hanya bisa tinggal di Aceh selama dua tahun sesuai surat perizinan yang pertama. Meskipun begitu, Snouck mempelajari lebih dalam mengenai masyarakat Aceh dalam segi sosial antropologis agama Islam. Hasil penelitian tersebut juga membawa ia kembali ke Aceh guna melaksanakn penelitian lanjutan sampai yang ketiga. Pada saat itu Snouck bekerja dibawah kekuasaan Gubernur Militer wilayah Aceh yakni Van Heutsz.

 

Kemudian pada tahun 1892 Snouck kembali ke Batavia. Tepatnya pada tanggal 23 Mei 1892 Snouck Hurgronje menerangkan laporan penelitiannya yang memiliki judul Atjeh Verslag kepada pemerintah kolonial Belanda. Kemudian laporan tersebut terbit menjadi buku yang berjudul De Atjeher yang terbit dua jilid yaitu pada 1893 dan 1894. [6] Buku ini membantu pihak Belanda terutama Gubernur Aceh saat itu yakni Joannes Benedictus Van Heutsz dalam pelaksanaan agersi kolonialisasinya. [7] Buku ini juga berisi hal hal penting diantaranya mengesampingkan golongan Keumala (Sultan yang berkedudukan di Keumala) danpengikutnya ; selalu menyerang serta menghantam kaum ulama; hendaknya jangan mau mengikuti ajakan berdiskusi dengan para pemimpin gerilya ; membangun pangkalan tetap di Aceh Raya ; dan memperlihatkan niat baik Belanda kepada rakyat Aceh, melalui cara membangun masjid, irigasi, memperbaiki jalan, dan membantu pekerjaan sosial masyarakat Aceh. [8]

 

Buku ini menuturkan mulai dimulai dari asal muasal masyarakat Aceh yang yang kabarmya  berasal dari keturunan Arab, Turki dan Persia. Menurut Snouck juga, orang Kleng yang memiliki tujuan berniaga dari Madras, India, Malabar, mereka singgah lalu tinggal di Aceh dengan cara meminang penduduk pribumi Aceh. Begitupun dengan orang Nias atau Nieh memiliki pesona yang rupawan, digambarkan juga sebagai orang yang dapat dipercaya, jujur dan berperangai baik. Namun beda halnya dengan orang Batak yang dikenal memiliki konotasai negatif.

 

Dalam hal berpakaian, Snouck memaparkan bahwa orang Aceh memiliki ciri khas dalam berpakaian yakni menggunakan siluweu yakni  berupa celana yang ukurannya amat lebar dan menjadi isyarat kaum muslim yang sangat berlatarbelakang sekali jika dibandingkan dengan orang Kaphe atau kafir yang dominan memakai baju ketat . Kemudian jika di daratan rendah ukurannya biasanya lebih panjang dan besar. Dibagian atas siluweu  ada ikat pinggang atau ija pinggang, dalam hal ini juga menurutnya jika dikontraskan dengan islam hanya orang-orang kafirlah yang merasa tidak  tersipu saat mereka mengenakan celana ketat tanpa menutupi bagian lutut dan pusar.

 

Kemudian dalam buku ini juga dijelaskan perihal baju yang dipakai masyarakat Aceh mulai dari penutup kepala seperti kopiah sampai ke ujung kaki. Kemudian dipaparkan juga mengenai makanan popular orang sana berupa eungkot tho, masam keu’eung, dan timphan asoe akaya. Lalu dipaparkan juga mengenai bentuk rumah masyarakat Aceh berupa susunan rumah dan fungsinya yang memiliki ruang khusus untuk perempuan yakni anjong. Dalam buku ini Snouck menjelaskan seputar kebudayaan dan adat istiadat masyarakat Aceh namun tidak bisa dijelaskan satu persatu sebab terlalu banyak yang harus dideskripsikan, terlebih ini baru bagian bab pertama, masih ada bab kedua, ketiga dan keempat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun