Pemilihan Presiden memang hal yang paling di tunggu-tunggu masyarakat, bagaimana presiden selanjutnya, apakah presiden selanjutnya akan mendengarkan aspirasi masyarakat apa tidak. Kekhawatiran masyarakat akan terjadi pada saat menuju pergantian Presiden dan Wakil Presiden.
Prediksi Pilpres 2024 yang mana menghadirkan 3 Pasangan calon dikarenakan ambang batas pencalonan presiden sebesar 20 persen. Henri mengatakan bahwa pasangan calon berasal dari ketua umum partai politik.
“Kalau bicara sekarang, klaster pimpinan yang paling mungkin. Karena mereka yang memegang tiketnya,” Ucap Henri.
“Kalau di Partai Politik yang paling menonjol ada 3, yaitu prabowo, Airlangga, dan AHY,” Henri menambahkan.
Selain itu, prediksi capres dan cawapres 2024 kemungkinan berasal dari kepala daerah. Ada beberapa sejumlah nama kepala daerah yang memungkinkan bisa menjadi capres atau cawapres, yaitu Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil, Khofifah Indar Parawansa, Zulkieflimansyah, dan juga Isran Noor.
Anggota Dewan Pembina Parludem, Titi Anggraini juga mengatakan 3 pasangan calon di Pilpres 2024 bisa jadi terjadi jika konfigurasi ambang pencalonan presiden tidak mengalami perubahan. Dalam pasal 222 UU Pemilu, pasangan calon diusulkan oleh Partai Politik peserta pemilu yang memenuhi syarat peroleh kursi paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPR atau 25 persen dari suara sah secara nasional pada pemilu sebelumnya.
Ia melihat bahwa adanya kecenderungan terjadi polarisasi disintegratif yang tidak berorientasi pada gagasan dan program akibat masih berlakunya ambang batas pencalonan. Untuk menghadirkan adanya 3 pasangan calon Pilpres 2024, Titi mengatakan perlu kenegarawanan dan itikad baik elite Partai Politik dalam memberikan alternatif calon pemimpin yang lebih beragam agar masyarakat terhindar dari terjadinya polarisasi.
Sementara pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia yaitu Ujang Komarudin mengatakan bahwa Presiden Jokowi tidak akan berpartisipasi di Pilpres 2024. Ini berarti tidak ada pertahanan, Pilpres 2024 akan semakin “panas”.
Selain itu, Puan Maharani diprediksi akan maju di Pilpres 2024. Ia dinilai memiliki modal komplit untuk maju. Pengamat politik dari Universitas Paramadina yaitu Hendri Satrio mengatakan bahwa tidak ada yang diragukan kapasitas Ketua DPP PDIP, sehingga dapat disebut sebagai calon presiden atau calon wakil presiden dari PDIP.
“Dengan pengalaman Bu Puan yang komplit di pemerintah, misalnya di legislatif pernah, eksekutif pernah. Kemudian di pengurus parpol juga sebagai salah satu yang termasuk jajaran petinggi parpol,” Kata Hendri.
Sebelumnya, nama Puan Maharani muncul dalam bursa capres atau cawapres 2024. Nama ketua DPR RI itu pun disebut sejumlah partai akan diduetkan dengan kader partainya. Kabar bahwa Puan akan maju di Pilpres tersebar setelah muncul politisi PDIP diduetkan dengan beberapa petinggi partai.
Contohnya Puan sempat diisukan akan berdampingan dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto yang disampaikan oleh Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani. Selain itu munculnya nama Anies Baswedan berpasangan dengan Agus Harimurti Yudhoyono. Pasangan ini hasil dari perkawinan Partai Demokrat, Partai Nasdem dan juga PKS. pasangan ini bisa muncul mengingat komunikasi antara Nasdem dengan PDIP belum sepenuhnya pulih, pasca kekecewaan PDIP atas manuver Nasdem yang dianggap membajak sejumlah kader utama PDIP di daerah.
Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Studies (Indo Strategic), Khoirul Umam mengatakan bahwa Anies bisa menjadi titik temu antara Nasdem dan PDIP yang selanjutnya akan dikawinkan dengan AHY sebagai representasi kekuatan Partai Demokrat yang memiliki bekal elektabilitas yang memadai.
Selanjutnya munculnya nama Ketua Umum Partai Golkar yaitu Airlangga Hartarto berpasangan dengan AHY. melihat hasil perkawinan Golkar dan Demokrat sudah cukup memenuhi syarat Presidential Threshold 20 persen. Khoirul Umam berpendapat bahwa seharusnya Golkar memperjuangkan martabat yang lebih tinggi, dengan mengajukan kadernya di Caper. Bukan hanya mengedepankan “bandwagoning strategy”, atau strategi mengekor ke kekuatan yang lebih besar.
Sudah tiga kali Pilpres namun Golkar selalu gagal mengajukan kandidat. Cara terbaik agar Golkar dapat mengajukan kandidat yaitu dengan perkawinan Golkar - Demokrat untuk mengajukan kekuatan politik nasional-moderat untuk menghalau praktik politik identitas yang istilahnya dapat menguntungkan PKS dan PDIP. Apabila Golkar dan Demokrat bersatu mereka harus memasukan unsur kekuatan politik islam seperti PKB, PAN, atau PPP untuk mendukungnya. Sehingga basis kekuatan nasionalis-religius tetap kuat.
“Adapun nama seperti Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, Eric Tohir, dan lainnya yang kemungkinan ada kendala oleh dukungan partai politik. Kecuali mereka “membeli” mesin partai seperti yang dilakukan Sandiaga Uno saat Pilpres 2019 yang lalu,” Ucap Umam.
Prediksi ini mendorong agar sebisa mungkin Pilpres 2024 tidak terjadi lagi politik identitas dengan melakukan upaya-upaya dengan terbentuknya poros lebih banyak. Pemimpin yang sukses itu adalah yang mampu menyiapkan suksesi kepemimpinan yang sukses pula. Terdapat dua syarat suksesi kepemimpinan berjalan lancar adalah yang pertama penyelenggaraan pileg dan pilpres mampu mengundang partisipasi masyarakat dan terwujudnya persatuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H