Mohon tunggu...
Rikat Ali Ikwan
Rikat Ali Ikwan Mohon Tunggu... -

cogito ergo sum - aku ngeblog maka aku ada

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Kembalinya “Nurdinisme” di Sepak Bola Indonesia

19 Maret 2013   16:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:30 1077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu lagi keputusan pasca-kongres yang menentang akal sehat adalah, keputusan PSSI hasil KLB mengenai pencopotan pelatih tim nasional Luis Manuel Blanco yang belum genap satu bulan menangani tim nasional. Pencopotan Blanco tak lepas dari keputusannya yang sempat mencoret 14 pemain nasional dari ISL dari skuad tim nasional karena alasan indisipliner. PSSI kemudian mengangkat duet pelatih Rahmat Darmawan dan Jacson F-Thiago untuk menangani tim nasional.

Sejumlah keputusan kontroversial itu menunjukkan minimnya semangat rekonsiliasi dan lebih mengdepankan semangat sepak bolo daripada semangat sepakbola. Dan, inilah refleksi dari kembalinya Nurdinisme, bukan saja menyangkut cara-cara yang ditempuh, tapi juga orang-orang yang terlibat adalah anggota “kabinet Nurdin”.Inilah mengapa, dalam sebuah talk show di tv, tokoh JakMania langsung menyatakan kekhawatiran munculnya kembali cara-cara pengaturan hasil pertandingan. Memang, di masa lalu, praktik-praktik seperti ini kerap dijumpai.

Mari kita lacak hasil diskusi para “Kaskuser” di awal tahun 2011:

Daftar 10 dosa Nurdin Halid seperti dilansir laman forum diskusi kaskus :

- Menggunakan politik uang saat bersaing menjadi Ketua Umum PSSI pada November 2003 dengan Soemaryoto dan Jacob Nuwawea.

- Mengubah format kompetisi dari satu wilayah menjadi dua wilayah dengan memberikan promosi gratis kepada 10 tim yakni Persegi Gianyar, Persiba Balikpapan, Persmin Minahasa, Persekabpas Pasuruan, Persema Malang, Persijap Jepara, Petrokimia Putra Gresik, PSPS Pekanbaru, Pelita Jaya, dan Deltras Sidoarjo.

- Terindikasi jual beli trofi sejak musim 2003 lantaran juara yang tampil punya kepentingan politik karena ketua atau manajer klub yang bersangkutan akan bertarung di Pilkada. Persik Kediri (2003), Persebaya Surabaya (2004), Persipura Jayapura (2006), Persik Kediri (2006), Sriwijaya FC Palembang (2007), Persipura Jayapura (2008/2009).

- Jebloknya prestasi timnas. Tiga kali gagal ke semifinal SEA Games yakni tahun 2003, 2007, dan 2009. Tahun 2005 lolos ke semifinal, tapi PSSI ketika itu dipimpin Pjs Agusman Effendi (karena Nurdindi penjara). Terakhir 2010 mengajak timnas pelesiran politik sehingga tak bisa konsentrasi dalam final piala AFF 2010.

- Membohongi FIFA dengan menggelar Munaslub di Makassar pada tahun 2008 untuk memperpanjang masa jabatannya.

- Tak jelasnya laporan keuangan terutama dana Goal Project dari FIFA yang diberikan setiap tahunnya.

- Banyak terjadi suap dan makelar pertandingan. Bahkan, banyak yang melibatkan petinggi PSSI lainnya seperti Kaharudinsyah dan Togar Manahan Nero.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun