Setelah gagal jadi Menteri, Mustain mulai merasa ada yang kurang dari dirinya. Setelah perenungan di toilet, Mustain merasa mungkin selama ini dia kurang melakukan pendekatan kepada orang-orang dekat Presiden di Negara Sianakompa. Makanya nama dia tidak dilirik untuk menjadi salah satu Menteri.
Untuk melakukan pendekatan terhadap orang-orang dekat, Mustain bingung karena pendapatannya dari menciptakan dan menyebarkan fitnah terhadap seseorang tidaklah terlalu besar. Lalu dia mencoba mencari di Google, dan menemukan satu video tentang peranakan uang di Padepokan Dinda Kanjeng Tak Taat aja.
“Hebat nih, uang bisa beranak disana” pikir Mustain.
Tanpa pikir panjang, Mustain mulai menghitung uang yang ada. Setelah ditotal ternyata uang hanya ada 10 juta rupiah. Mustain tidak puas hanya segitu, dia lalu menggadaikan sepeda motor dan sertifikat rumahnya demi uang yang lebih banyak.
Setelah uang yang didapat sudah cukup besar, Mustain mulai berangkat dengan hati riang. Karena dia berfikir akan mendapatkan uang dalam jumlah berkali lipat dan jabatan penting sudah menanti, asal orang sekeliling Presiden senang pada dirinya. Itu yang ada dalam fikiran Mustain, dia beranggapan semua bisa dinilai dari uang.
“Pak Mustain mau kemana?, kok bawa tas begitu besar,” kata tetangga yang melihat Mustain keluar rumah dengan kopernya.
“Jangan ngurus urusan orang lain. Nanti seluruh rumah disini saya beli,” kata Mustain dengan nada sinis.
Tetangga yang mendapat jawaban ketus tersebut langsung diam dan masuk kerumahnya dengan penuh heran. Mustain lalu naik taxi menuju poll bis yang akan membawanya ke daerah padepokan.
Satu hari kemudian, Mustain telah sampai di Padepokan. Tanpa banyak basa-basi, Mustain langsung minta ketemu dengan Dinda Kanjeng Tak Taat Aja. Tapi dia dihadang oleh para penjaga, dan menanyakan maksud kedatangan Mustain kesana.
“Saya mau memperanakkan uang ini. Katanya Dinda Kanjeng orang sakti dan bisa melakukan,” kata Mustain.
“Ooh, kalau begitu bapak tunggu aja disini. Nginap dulu, Dinda Kanjeng lagi bertapa jadi tidak bisa bertemu,” kata pengawal.
“Kapan bisa bertemu,” desak Mustain.
“Sabar pak. Tapi kalau bapak mau, silahkan masukkan dulu duitnya dalam kotak ini, nanti akan saya sampaikan kepada Dinda Kanjeng, jadi biar didoakan dari jauh,” jelas penjaga.
Mustain tanpa banyak mikir, langsung memberikan uang tersebut. Dia ingin secepatnya dapat duit banyak, dan langsung percaya kepada perkataan penjaga.
Seluruh uang Mustain sekarang telah pindah kedalam kotak yang dibawa oleh penjaga ke dalam ruangan. Dan Mustain dipersilahkan istirahat disalah satu kamar yang disediakan.
“Paling lama dua hari saya bakal kaya raya,” kata Mustain dalam hati.
Sepanjang malam Mustain tidak bisa tidur, dia sudah menghayal bakal beli rumah baru, mobil baru dan berencana membawa orang dekat penguasa berlibur ke Hawai. Mustain tersenyum sendiri membayangkan dirinya bakal dipanggil Pak Menteri dan dikawal oleh mobil polisi.
Menjelang subuh, terdengar suasana riuh diluar kamar Mustain. Dia yang baru saja terlelap kembali terbangun, dan langsung respon melihat keadaan diluar kamar.
Ternyata ada belasan polisi yang sudah ramai dipekarangan padepokan. Mustain menjadi heran, kenapa polisi jadi ramai subuh begini. Dengan perasaan takut, Mustain masuk kembali kedalam kamar sambal mengintip dari celah-celah dinding kayu.
Dia terkejut saat melihat Dinda Kanjeng digiring polisi dengan tangan terborgol. Dibelakang Dinda juga ada beberapa orang pengawal yang ditangkap, tapi tidak ada wajah pengawal yang kemaren dia menitipkan uang.
Setelah polisi pergi, Mustain keluar kamar. Ternyata bukan hanya dia yang nginap disana, masih banyak yang lain tapi mereka satu tujuan untuk memperanakkan uang.
“Kenapa Dinda Kanjeng ditangkap,” kata Mustain.
“Dinda ditangkap karena dituduh menipu,” kata orang itu.
“Menipu bagaimana,” tanya Mustain dengan penasaran.
“Dinda ternyata tidak orang pintar, dia pakai uang palsu buat nipu kita. Duit saya habis ratusan juta” kata orang itu sambil menangis.
Mendengar pengakuan orang tersebut, Mustain langsung jatuh pingsan. Mustain kehilangan segalanya, harta yang didapat dari memfitnah orang ludes ditipu orang. Cocok sekali dengan kata-kata ini “Uang setan dimakan hantu”
beribadah. Dari penelusurannya di google, Mustain mendapatkan informasi kalau sholat di Masjid itu pahalanya 59 kali dibandingkan sholat sendiri.
Mustain memutuskan agar sholat di Masjid dengan pertimbangan kekurangan selama ini bisa dikejar lebih cepat. Tapi, Mustain mikir sendiri, kalau dia sholat di dekat rumah nanti semua orang akan heran dengan perubahan dirinya. Selama ini Mustain kan masuk kategori malas datang ke Masjid, kalau pesta yang ada orgen tunggal dia paling duluan datang.
Sore harinya Mustain memutuskan pergi melakukan survei ke desa tetangga. Setelah tanya sana-sini, Mustain mendapatkan informasi kalau ada satu Masjid yang besok ada pengajian setelah sholat zuhur.
Mustain
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H